Summary :Maehara tidak bisa memilih antara ketiganya. Ketiga nya memiliki sisi lain tersendiri bagi Maehara. Yuuma yang sedari kecil bersamanya. Hinata yang sampai saat ini tetap menyayanginya dan Rinka yang harus ia lindungi. Ia mencintai ketiganya.
"Ohayou Maehara, aku sengaja meninggalkan pesan singkat ini untuk mu,aku tadi memasuki Apartementmu dan membawakan semangkuk Sup miso yang sudah kuletakan diatas meja dapur. Jangan lupa Sarapan sebelum sekolah ya,"
"Isogai ya ?" Maehara menguap ngantuk seraya mendengarkan pesan singkat dari Gadget nya yang baru saja ia aktifkan. Ia mendapati VoiceNote dari Sahabat lama nya tersebut.
Ia pun segera memasuki dapurnya dan menyantap masakan Yuuma. Setelah benar-benar habis ia segera mandi dan memulai harinya disekolah.
.
.
.
.
Disclaimer :Yuusei Matsui
Odayakana Minamo : Belong to me
Warn :Typo!
Enjoy it
.
.
.
Bersenandung kecil mendengarkan lagu lewat headseat yang ia kenakan, Maehara memulai perjalananya kesekolah yang jarak nya cukup jauh dari apartement nya. Sepatu Sneakers berwarna putihnya menapaki dedaunan yang telah kering,berhamburan dijalanan.
Kali ini ia tidak berangkat sekolah dengan rasa lapar lagi, sejak teman lama nya itu pernah mendapati Mehara jatuh sakit dan dirawat inap di rumah sakit selama Seminggu, Yuuma selalu membawakan Sarapan untuk Maehara.
Maehara hidup sendiri di apartement nya. Sejak sang kakak , Maehara Kotomi, telah menikah dan hidup dengan suaminya. Seorang Cassanova yang single memang sewajarnya tidak ada yang memperhatikan, makan pun bisa dikatakan jarang. Bukan karena tidak ada uang, melainkan Maehara itu bukan laki-laki yang mandiri.
Untunglah sahabat berpucuknya itu selalu ada disisinya,dari ia berusia lima hingga sekarang ia mununjang pendidikan swasta di Sekolah Arsitektur.
"Yuuma,sup buatan mu itu sangat lezat,"Gumam Mehara sambil tertawa cekikikan. Ia meletakan kedua tanganya di perpotongan belakang leher, lalu bersenandung kecil.
"Maehara,"
Maehara tersentak. Ia menilingkan kepalanya.
"Oh Okano,Ohayou.."Maehara memberikan senyumnya pada gadis sangat dekat dengannya itu. Seperti biasa ia nampak selalu malu-malu jika bertemu dengannya.
"Anooo apa kau sudah sarapan?"Tanya-nya. Berusaha sedemikian rupa untuk kelihatan tidak peduli.
"Hehe ,kau begitu peduli pada-"
"SIAPA YANG PEDULI? AKU...AKU...AKU CUMA HANYA INGIN BERTANYA!"Hinata memotong ucapan Maehara dengan lantang, meski warna merah diwajahnya tidak dapat disembunyikan.
Maehara tetap mempertahankan senyumnya.
"Oh begitukah? Hehe aku kira kau peduli.."
Hinata memalingkan wajah, lalu menyerahkan benda yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik punggung.
"Untuk makan siangmu.."
"Hora hora,,kau seperti biasanya ne.."Maehara menyambut kotak bekal pemberian Hinata, lalu mengacak-acak surai kecoklatannya. Ia sudah biasa mendapati sikap Hinata yang seperti ini.
"Ce...cepatlah pergi , kau bisa terlambat nanti,"
"Wakatta yo Jaa ne,"
Maehara dan Hinata berbeda sekolah. Hinata bersekolah di sekolah negeri yang sama dengan Isogai. Sejak lulus SMP dan hingga sekarang mereka menduduki bangku kelas 2 SMA, mereka selalu bertemu saat berangkat kesekolah.
Maehara melanjutkan perjalanannya. Menyeberangi beberapa Zebracross lalu sampailah pada gedung SMA nya. Ia berjalan santai sambil menenteng bekal berbungkus kain biru yang cantik dan tanpa sengaja, teman semasa perjuanganya-Okajima Taiga- untuk beberapa kalinya bertemu lagi dengannya.
"Oy Maehara, bekal dari Okano lagi hee?"Tany Okajima,menepuk pelan pundak Maehara. Maehara menengok ke bekal yang ia tenteng lalu terkekeh.
"Ya seperti biasa,"
"Aih kau curang,aku iri sekali!"
"Carilah kekasih ,Okajima..."Mereka berjalan beriringan ,memasuki gedung lantai utama."..Aku dengar Sakakibara masih single,"
Okajima terkekeh dengan paksaan.
"Kalau ingin melawak?"
Maehara terkikik geli melihat wajah kesal yang tak biasa dipasang Okajima. Sambil terus mengomel, Okajima berjalan mendahului Maehara yang tiba-tiba berhenti.
Okajima tersadar Maehara tak lagi berjalan disampingnya. Ia pun berhenti dan menengok kebelakang. Ia mendapati Maehara yang tertegun didepan sebuah Meja peringatan.
"Oyyy,"Okajima berusaha memanggil. Namun Maehara begitu tenggelam oleh apa yang ia amati sekarang. Okajima menghela nafas lalu berjalan menghampiri Maehara.
"Kau masih teringat dia?"
Atensi nya tertuju pada sebuah foto yang disekelilingnya di penuhi bunga crysant dan lilih yang hampir habis.
"Dia pergi terlalu cepat,"
Maehara memejamkan matanya. Mengingat suatu kesalahan yang pernah ia buat.
"Seharusnya kita masih bisa mencegahnya datang kesekolah pukul 22:00 malam seminggu yang lalu"
Okajima mengalihkan pandanganya dari foto tersebut.
"Dari pada terus menyesali masa lalu, kau seharusnya melakukan kewajibanmu pada orang yang datang setiap hari menaruh bunga dan menyalakan lilin ini,"
Maehara melayangkan mimik penuh tanya pada Okajima.
"Hayami Rinka..."
.
.
.
.
Jam pulang sekolah berbunyi. Maehara dan Okajima berjalan bersama dikoridor. Okajima kini sedang asyik bercerita tentang Gadis yang dikabarkan dekat dengannya. Maehara mendengarkan dengan ogah-ogahan, Menurutnya Surai Jingga yang sedang menunggu di depan gerbang lebih menarik perhatiannya.
"Hoi apa kau mendengarkanku?"
Maehara tersentak. Ia mengusap leher belakangnya.
"Yah aku mendengarkan..."Manik coklatnya memberi isyarat Pada Okajima."...Tapi seperti nya ada yang sudah menungguku.."
Pandangan Okajima beralih menatap Gadis manis didepan sana yang mununduk. Okajima mengangguk paham.
Maehara berpisah dengan Okajima setelah Gadis itu menatap ke arah Mereka. Maehara berjalan ke arah Gadis itu.
"Lama menunggu Hayami?"
"Iie,"
"Souka,ayo.."
Mereka berjalan beriringan. Sudah Seminggu mereka seperti ini, kadang Maehara yang menunggu Hayami didepan sekolah nya dan terkadang juga mereka saling menunggu di taman Favorit kedua nya.
Maehara menoleh, menatap Hayami yang menunduk. Rambut kuncir dua yang ia pertahankan sejak SMP itu sekarang mulai tumbuh panjang. Sangat cantik dan cocok pada wajahnya yang Tsundere Alami itu.
"Bagaimana harimu disekolah?"
Hayami menoleh dan tak sengaja mata mereka bertemu, dengan cepat keduanya mengalihkan pandangan ke arah lain.
"B-baik seperti biasa,"Jawab Rinka setelah jeda yang cukup lama.
Maehara mengangguk. Ia berdehem lalu menyangga tangannya dibelakang leher seraya bersiul Ria.
"Maehara.."
"Y-ya?"Maehara menoleh dengan kaget.
"Kita janji akan mampir ke Minimarket kan?"
Maehara mengerjab. Lalu terkekeh ketika sadar ia melupakan janji yang mereka buat kemarin.
"Oh iya ya kebutuhan ku di Apartement sudah habis hehe aku lupa.."
Hayami tersenyum lalu memasuki Minimarket tersebut dengan Maehara yang mengikutinya dari belakang.
.
.
.
.
"Apa yang kau beli Hayami-san?"Tanya Maehara seraya menatap Bungkusan yang dibawa Hayami.
'"Beberapa kacang almond, Ibuku ingin membuat pancake hari ini,"
"Kau sendiri bisa memasak?"
"Tentu saja aku bisa,"
Maehara mengangguk paham lalu kembali menatap kedepan. Hayami memperhatikan Bungkusan yang dibawa Maehara
"Apa santapanmu sehari-hari hanya ramen instan saja?"Tanya hayami. Maehara menatap bungkusan yang ia bawa lalu terkekeh.
"Yah mau gimana lagi, aku ini hidup sendiri diapartement dan aku tidak bisa memasak,"
Si manik emerald menatap ke bungkusan kacang almondnya lalu menatap ke sebuah toko Sayuran yang baru saja mereka lewati.
"Ah Maehara, aku akan ke situ sebentar,"Hayami menunjuk toko disebelah mereka.
"Ah yap silahkan saja,"
Hayami memasuki toko tersebut. Sepuluh menit kemudian ia keluar dengan membawa kantongan besar berisi bahan makanan.
"Nah Maehara bawa aku kerumahmu,aku akan memasak.."
"WHEEEE?"
.
.
.
.
"Ini dia Apartementku,maaf berantakan.."
"Tidak apa-apa.."Hayami melepas mantelnya."..Nah dimana Dapurnya?"
"Itu dibelakang,"
Hayami memasuki dapur dengan bawaan bahan-bahan makanan. Maehara menatap kearah kamarnya dan tersentak melihat beberapa MAJALAH DEWASA YANG BERSERAKAN. Ia kelabakan menyembunyikanya sehingga terpeleset karena lantai apartementnya yang licin.
Gedubarkkkk.
"Doujobu Maehara?"Teriak Hayami dari dapur. Maehara mengelus pantatnya yang sakit.
"Tidak apa-apa kok,," Ia meringis. Hayami kembali melakukan kegiantan memasaknya.
.
.
.
.
Semua makanan sudah tersedia di atas meja makan. Maehara terperangah.
" Anosa...Silahkan dimakan Maehara.."
Maehara tersentak, ia segera mengambil sumpit dan mulai menikmati santapan lezat yang dibuat oleh Hayami.
"Ittadakimasu,"
Hayami memandang senang Maehara yang menyantap masakannya dengan lahap. Hingga ia tak sadar jikalau sedari tadi ia masih berdiri dideoan meja makan.
'Apa hari-hari seperti ini kelak akan datang?'Tanya nya dalam hati dengan wajah merona.
'Araa apa yang aku pikirkan..'Hayami menggeleng keras. Berusaha menghapus khayalan memalukan yang lewat di pikirannya.
Maehara yang melihat kelakuan Hayami, mengernyit heran.
"Hayami-san, ayolah kau juga harus ikut makan! Kau tau Sashimi Okara yang kau buat benar-benar enak,"Maehara berkata dengan makanan yang belum sepenuhnya ia telan.
Hayami duduk dikursi sebelah Maehara, Ia menyelipnya anak rambutnya dibelakang telinga.
"Benarkah? Aku baru saja belajar memasak,"
Maehara memasukan suapan yang ke 7 ke dalam mulutnya."Hmm ini benar-benar enak , padahal ini Cuma okara kan?"
Maehara mengambil potongan Sashimi terakhir di mangkuknya lalu menyuapi nya ke mulut Hayami dengan santainya.
"..?!"
"Bagaimana ? Enak kan?"
Hayami mengerjab bingung. Mulutnya yang penuh dengan sepotong Sashimi tidak bisa berkata apa-apa.
'Indirect kiss?'
Blush
"Anosa ,kenapa wajahmu memerah Hayami-san?"
Hayami tersadar. Ia menguyah cepat Sashimi di mulutnya lalu menatap maehara yang kebingungan.
"Anosaaa Aku... aku cuman haus,"Hayami meneguk air mineral di cangkirnya dengan terburu. Alhasil, ia tersedak.
"Doujobu ka?"Tanya Maehara yang khawatir. Ia mengelus pungung Hayami.
"Nandemo, aku akan ke kamar kecil sebentar.."
Hayami berjalan meninggalkan dapur. Selang beberapa detik, kepalanya muncul dari balik dinding pembatas.
"..Dan setelah ini aku akan pulang,"
Maehara mengangguk. Ia membereskan peralatan makannya. Lalu bersiap akan mengantar Hayami pulang.
.
.
.
.
.
"Aku jadi tidak enak denganmu,"
Maehara bergumam tapi masih bisa didengar oleh Hayami.
"Mengapa?"Tanya Hayami sembari memandangi langit yang malam ini cukup cerah dan bertabur banyak bintang.
"Kau jadi pulang terlambat hari ini,"
"Doujobu, Oh iya Maehara aku ingin bertanya ,"
Maehara mengalihkan pandangannya dari langit malam. Langkahnya pun melambat.
"Ya?"
Ada helaan nafas sebelum Hayami berkata.
"Yuuma dan Hinata..."
Maehara mengernyitkan dahi.
"..Apa hubunganmu dengan mereka?"
Seketika itu Maehara terhenti, mengingat dua sosok yang cukup berarti dalam hidupnya sekarang. Lalu, bagaimana dengan gadis disebelahnya ini. Maehara tidak bisa membantah jika ia ada sepercik rasa pada gadis yang baru saja berduka atas meninggalnya sahabat mereka itu.
Untuk itu Maehara dengan sigap lantas menghadap lurus Hayami. Lalu mengatakan nya dengan mantap.
"Mereka adalah orang yang berarti dalam hidupku.."
Sorot mata Hayami memudar, menandakan perasaan kecewa.
".. dan.."
Maehara menggaruk belakang lehernya. Ia kini memandangi ke arah lain.
"..Kau juga sama,"
"?!"
.
.
.
TBC
A/N : Konichiwa, minna chapter depan mau pair apa ? MaeIso ? atau MaeOka? Kalau nyari Maesugi atau MaeRen Sorry nda ada disini hehe.
Review and kritik saran pleaseeee
Seperti biasa selalu mengandalkan RESPON.
Bye bye Siyu
Salam sejuta Romance
