Kisetsu kurikaesu tabi,Hotsureteku kizuna wo. Tsuyoku, tsuyoku dakishimete
nakusanu you
.


Dia menatap langit dengan nanar. Nafasnya keluar-masuk dengan teratur. Matanya menatap kosong ke arah depan. Kelopak matanya menampung seseuatu yang mungkin sebentar lagi akan meledak. Bibirnya melengkung ke bawah. Wajahnya tirus–berubah, tidak seperti dulu lagi. Tangannya, seperti ingin menggapai sesuatu yang tidak mungkin dia gapai lagi. Kaki yang terpasang sepatu pentofel coklat tua itu menapak di tanah yang lembab bekas hujan semalam.

'Apa kabar, wahai kau yang disana'


.

.

Flutter

A Kirigaya Kyuu Fanfiction.

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadoshiki

Hirari-Hirari © Hatsune Miku

Oneshot SongFic

.

.


kakaeta kotoba no omotasani, ugoke nakunatte. Tada atatakana yume ni oboreteta,
kizukeba kimi wo miushinai.


Lelaki berkulit dim dengan surai berwarna navy blue itu tersenyum kecut. Manik shappire-nya yang dahulu kala bersinar terang menjadi meredup.

Semua kata-kata umpatan yang sering mereka luncurkan itu terngiang-ngiang kembali di telinga lelaki dim bagaikan kaset rusak. Dengan usaha, dia mencoba menghilangkan suara-suara tawa itu dari telinganya. Entah dengan menutup kedua lubang telinga dengan tangan, sampai berteriak untuk membuat suara itu tak terdengar lagi.

Namun sayang, dia terlalu sulit untuk di lupakan.

Bahkan suara serak-serak basahnya itu tak dapat dilupakan. Suara itu selalu memutari gendang telinga si dim bagaikan ringtone dalam smartphone. Tawanya, desahannya, ucapannya, omelannya, terus menerus terngiang-ngiang di otak navy blue. Ia tak akan pernah bisa melupakan dia.


Tabane, daki shimeteta sugata wo. Yaoragani chirashite akaku. Itai hodoni sore wa yakitsuite.


Gombalan-gombalan romantis, perlakuan kasih sayang yang di berikannya itu mengisi relung hatinya yang awalnya kosong menjadi penuh. Hati nya penuh oleh dia.

Pelukkan, ciuman, pujian yang di lalukan si manik shappire kepada dia seakan kebiasaan yang tidak bisa di hilangkan. Pagi, siang, malam, pasti aktifitas itu akan di lakukan si shappire. Termasuk pujian, meski terkadang lebih seperti makian.

Dan dia membalasnya tanpa ragu, semua itu di balasnya–tak kalah sayang.

Bahkan saat suatu malam dimana dia sedang demam tinggi, shappire–tanpa takut akan tertular–malah mengecupnya di kening, dan tertidur bersama di satu ranjang dengan posisi saling berpelukkan erat. Sangat erat. Seakan perompak yang tidak mau kehilangan takara mono-nya. Yah, walaupun keesokkan paginya–masih dalam posisi berpelukkan di ranjang–dia sudah sembuh, namun si shappire malah ikut-ikutan demam.

'Arara… kau ini merepotkan saja…' si lelaki bermanik crimson itu menatap temanatau bisa dibilang kekasihnya sambil menaruh tangan putihsedikit coklatdi kening dim.

'Sumanna, Kagami…'

Orang yang di sebut Kagami itu menggeleng. 'Ung… kali-kali aku bisa balas budi padamu, hihihi'

Sebuah cengiran manis terlukis perfect di wajahagakgarangnya.

Cengiran yang membuat hati lelaki dim teduh dan rileks.

Sebuah bayangan secepat kilat melesat di benaknya–lagi. Semua orang berkata dia lelaki kuat. Lelaki yang tak gentar. Lelaki yang pantas bergabung dengan militer. Namun apa yang terjadi sekarang? Dia jatuh terduduk di tanah lembek dengan lutut yang menjadi penahan. Semua orang berkata wajahnya sangar, pantas menjadi anggota kepolisian. Namun apa yang terlihat sekarang? Tak ada yang lebih dari raut wajah yang berisi kepedihan, kesepian, dan kesedihan yang mendalam. Semua orang bilang matanya seperti elang, yang dapat menerkam apapun yang mengganggunya. Namun apa yang terjadi sekarang? Bendungan itu telah jebol. Rusak. Semua air yang ditahannya meluncur deras di pipi tirus itu. Basah, padahal hari ini sedang tidak hujan–hanya mendung.

Semua orang telah berbohong padanya mengenai dirinya sendiri.

Atau dia yang sebenarnya berbohong kepada semua orang, mengenai dirinya.


Hirari, hirari, hirari


Mata berairnya menatap sendu keatas langit. Angin berhembus kembali seakan menusuk apapun yang menghalangi jalannya. Untung saja lelaki itu menggunakan jacket yang cukup tebal untuk menjaga sirkulasi darah tidak membeku..

Daun-daun yang berguguran itu terbang menjauh dari letak awalnya. Daun-daun itu tidak membenci angin. Padahal angin-lah yang telah membuatnya terjatuh dan terbang menjauh. Daun-daun itu tidak mengeluh meninggalkan keluarganya yang masih tergantung dengan baik. Mereka tidak menangis, tidak seperti lelaki dim ini.

"AAARRGGGHHH!"

Sebuah teriakan terdengar dari mulutnya. Kedua tangan itu menjambak rambut navy blue-nya sendiri–tak ada rasa sakit. Hm, rasa sakit itu telah membeku di hatinya–yang tak kalah beku.

Tetesan cairan bening itu juga terbang terbawa angin.

Aneh? Tidak.

Angin hanya ingin membantu sang lelaki untuk tidak meratapi kehidupan. Angin hanya ingin menunjukan betapa indahnya dunia. Angin hanya mau membuat lelaki itu tampak seperti daun yang tidak membenci angin.

Namun apa daya?

Toh, hatinya sudah beku, 'kan?

Dan yang bisa mencairkannya, hanya dia seorang.


Sora e, umi e dokoka tooku e. Kimi, e ,hitohira demo todoku youni. Tsumugu, kizuna no sono iro ga.


Sekali lagi dia menatap ke arah langit. Kakinya berjalan meninggalkan sebuah batu itu menuju bunyi deburan ombak. Ya, dia berlari ke arah laut.

"AARRRGGGGHHHH! KUSO! KUSO!"

Setidaknya di laut nan sepi ini, dia bisa mengeluarkan rasa gundah di hatinya, bukan?

"KENAPA KAU MENINGGALKANKU SEDIRIAN HAH!?"

Mata berair, namun dia marah.

'Kenapa… Kagami?'

"Kau dengar aku… kau di sini bukan? Kita sudah berjanji untuk tidak saling meninggalkan, 'kan?"

Tangan kirinya digunakan untuk mengelap bekas-bekas cairan bening di wajahnya, sedangkan tangan kanannya menahan rasa sakit di dada. Dia mencengkram kaus di dalam jacket-nya kuat-kuat.

"Kau… mau meninggalkanku sendirian dan mengkhianati janji kita? Kau… tidak adil Kagami! Setidaknya bawalah aku! Ahaha…"

Tawa hambar itu tertutup dengan suara deburan ombak yang notabene lebih berisik. Ombak yang seperti sedang 'melahap' batu karang penyendiri di tengah laut itu. Menabrakkan dirinya, berharap dapat mengikis batu tersebut hingga tipis.

"Kau meninggalkanku begitu cepat…" pertahanannya runtuh kembali "… bawalah aku, aku tidak bisa hidup tanpamu"

Dia terjatuh di pasir hangat nan lembut dan basah. Lututnya menjadi alat penopang badannya–lagi. Tangisan itu meledak–lagi. Teriakkan itu terdengar–lagi.

Dia berfikir untuk menyusul sang kekasih.


Itsuka, kasureteiku omoi wa. Chira, sareta setsuna ni saite. Kuchiruto shitte nao azayaka ni.


Sebuah bayangan kembali meluncur di kepalanya–yang tengah merunduk–. Meluncur bagai trailer sebuah film horror.

"Naa! Aomine!" lelaki bermanik crimson berseru semangat.

Lelaki navy blue–yang nampaknya sang pemilik namamenoleh kearah suara "Hm? Apa?" tanyanya sambil tersenyum tipis.

"Mari kita buat perjanjian!" lelaki itu meloncat duduk tepat di depan sang… kekasih.

"Hn? Perjanjian? Guh, kau ini childish banget, hahaha" Aomineatau yang bisa di sebut seperti itumengacak-acak rambut crimson di depannya dengan gemas. Ya, siapa yang tidak gemas dengan wajah imut di campur dengan pipi yang menggembul bagai tupai?

"Mou! Aomine!" diapun merajuk. Pipinya tambah gembul. Dan berkat itu, Aomine malah ingin terus menggodanya.

"Iya-iya gomen Kagami, hihi" tetap saja meski sudah di hentikan, Aomine tetap menertawakan Kagamimeski dalam artian yang baik.

"Hmph!" dia menolehmencoba untuk tidak melirik aominesambil mengkempiskan pipi tupai-nya "Jadi gini…" tetap juga di lanjutkan.

Aomine menghela nafas panjang sambil tersenyum tulus.

Ya. Dia sayangah tidak, Aomine sudah tidak saying lagi dengan Kagami. namun dia cinta. Ya, cinta. C-I-N-T-A dengan Kagami.

Aku rela melakukan apapun untuk terus berada di sisinya sumpah Aomine.

"… aku ingin kita…" matanya melirik sana-sini sebelum melanjutkan deklarasi perjanjiannya "… berjanji untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain…" pipinya merona merah.

Oh Kagami, kau tahu? Kau baru saja seperti membaca pikiran kekasihmu sendiri.

"Hm? Kenapa harus?" Uh-oh. Jawaban yang tidak terkira di otak Kagami. "Okay-okay! Aku berjanji!" ralat Aomine cepat. Dia masih ingin hidup sebelum tinjuan super Kagami mendarat di benda sakral-nya. Diapun masih ingin merasakan kesempitan lorong hangat Kagami. uh, mengapa Aomine menjadi se-Ero ini?

"Ehehe, baiklah! Pinky promise?" si alis bercabang mengacungkan jari kelingkingnya.

"Eh? Pink!? Aku tidak suka warna itu! Aku macho Kagami! macho!"

Satu tinjuan penuh cinta jatuh di kepala biru Aomine.

"Itte–Kenapa kau memukulku!?" teriak Aomine sambil memegang benjolan super besar di kepalanya.

"Kau itu memang Aho ya, Aomine…" Kagami mendekatkan wajahnya di benjolan maha karya buatannya. Dan satu kecupan menjadi obat merah Aomine. "… pinky promise itu tanda kalau kita membuat janji. Ayolah, aku tahu kau itu bodoh. Tapi gak sebodoh ini juga kali?!"

Bamboo runcing imajiner menusuk dada Aomine telak di hati. okay Kagami, dia sadar kalau dia begitu bodoh.

"Baiklah! pink– apalah itu promise!" shappire mengaitkan jari kelingkingnya di jari sang kekasih.

"Hihihi… aishite… Ahomine…"

"Hm, wakatteru… aishite mo, bakagami"

Jari itu masih saling mengait. Bibir mereka saling kulum mengulum. Satu tangan lainnya untuk berpelukkan. Mereka cuddling di sofa layaknya pasangan normal.

Janji itu akan berlaku selamanya. Sampai maut memisahkan salah satu di antaranya.

Kita tidak pernah tahu kapan waktu kita akan habis, bukan?

"Kagami… ayolah Kagami… ini tidak lucu… kembali lah…"

Entah berapa gelas air mata sudah di keluarkannya. Mata yang terdapat kantung hitam mirip panda itu memerah–se merah rambut sang kekasih.

"Kagami…how about our pinky promise?"


Hirari, hirari, hirari


Dari kejauhan, Aomine menatap tebing dari bawah–tempatnya berdiri sekarang. Dia kembali berlari menuju tempat itu. Tempat yang mungkin akan menjadi pemandangan terakhirnya.

Ide bodoh terlintas di benakknya.

"Aku tidak tahan Kagami. kau pergi dengan tidak elit-nya! Baka! Jadi setidaknya, biarkan aku mengikutimu. Begitukan? Isi janji kita?"

Apa kalian tahu? Kalau orang yang sedang patah hati karena cinta itu bisa terbesit ide-ide konyol?

Entahlah. Yang pasti, salah satu ide itu mendatangi hati Aomine.


Nido to, tsugerarenai kotoba mo. Kimi, e saigo kurai todoku youni. Sotto ame noyouni furu koe.


"Hai lagi, Kagami. maaf aku pergi sebentar tadi"

Kosong.

Tidak ada siapapun yang berada di sekitarnya.

Sunyi.

Tidak ada suara apapun yang menjawab pernyataannya.

"Hey, tunggu sebentar ya? Aku akan segera menyusulmu"

Tangan itu mengelus sebuah batu dengan perlahan. Sebuah senyum tulus–namun penuh kesedihan–itu terpampang di wajahnya.

Satu kecupan penuh cinta yang sama sekali tidak berkurang itu di tujukan pada batu di depannya. "Cup…semoga ini dapat tersampai ke padamu. Supaya kau bisa menjemputku di sini… hehehe"

"Yosh, saatnya"

Bagaimana caranya? Entahlah. Yang pasti sebuah serpihan beling kaca–yang tampak cukup tajam–itu sudah di genggaman tangannya.

ZRASHHH

Air hujan itu turun tanpa malu. Turun sekencang tenaga dan sebanyak yang mereka bisa. Dan pada waktu yang sama, tangan kiri Aomine di gunakan untuk memotong tangan kanannya sendiri.

Matanya mulai terasa berat. Rasa sakit sudah tak dapat dirasa lagi. Tangan kirinya di gunakan untuk memeluk batu itu. Air matanya tercampur dengan air hujan di tepi laut. Angin dingin juga datang membatu menambah kesan menyedihkan di sore hari ini.

Langit merah-oranye-abu smoke itu berubah menjadi abu-abu smoke keseluruhan.

"A...i…shi…te… Ka…ga…mi…"

Kalimat terakhirnya, telah berkumandang.


Hirari, hirari, hirari


Hujan masih belum mau menyurut. Laut menjadi pasang. Angin bertambah kencang.

Tak ada seorangpun yang memindahkan badannya.


Kagami Taiga

2 Agustus 19xx 6 Juni 20xx


Di depan batu nisan itu. Terdapat dua makhluk tak kesat mata yang bertemu.

'Okaeri… Aomine'

Wajah mereka sudah tak dapat menahan kebahagiaan.

'Tadaima… Kagami'

Sebuah cahaya menyorot batu itu. Seakan mendukung dua makhluk itu untuk kembali ke rumah mereka.

'Aishiteru…'

.

.

.

Owari


A/n:

Hai, Kyuu lagi gak pengen banyak bacod. abis berantem hehe,

Kyuu saranin baca fic ini sambil dengerin lagu 'Hirari, Hirari - Hatsune Miku'

yah, semoga fic ini menyentuh dan gak gaje yah hehe.

OneShot AoKaga pertama yang berhasil yey!

ini juga untuk iseng-iseng berpartisipasi di #NulisRandom2015

Akhir kata,

Read and Review Please?

KiKyuu.