Near Kun : My second Eyeshield fic on FFn^^ sekaligus fic dengan cerita yang serius pertama yang aku buat! *tiup terompet* maaf menuh-menuhin archive fandom Eyeshield 21 dengan fic super gajeku, haha. Okelah kelamaan ngebacot saya. Cekidot ja…!

ooOOOoo

Hujaman air dari langit menerjang tanah yang sudah 3 hari kering karena sengatan sang dewa Ra. Terjangan airmata langit tak dihiraukan oleh seorang pemuda berambut spike kuning itu. Dia malah menantang dengan menengadahkan wajahnya. Membiarkan hujan membasahi rambut dan bajunya. Rasa dingin yang menusuk kulit tak membuat pemuda itu menggigil, sebaliknya, dia seakan menikmati setiap kebekuan yang menyapunya. Seakan itu dapat memendam sesuatu dalam hatinya yang ingin meledak layaknya magma. Tangan kanannya memegang sebuah senjata api jenis AK-47, namun tanpa peluru didalamnya. Karena semua peluru sudah berpindah ketubuh seseorang yang terbujur kaku didepan kaki si pemuda spike itu. Darah yang keluar dari setiap lubang bekas peluru mengalir mengikuti aliran air hujan. Senyum atau lebih tepatnya seringai khasnya muncul menghiasi wajahnya. Mata emeraldnya menatap setiap titik hujan yang menghujam wajahnya. Bibir pemuda itu bergerak, membentuk suatu kalimat tanpa suara yang mengiringinya. "Hey, kuso chibi. 1 nyawa untukmu."

ooOOOoo

16 Januari XXXX

Seijuro Shin, Lelaki berumur 27 tahun dengan rambut hitam kebiruannya tengah berjongkok disamping mayat yang diperkirakan sudah sejak 9 jam yang lalu tewas. disentuhnya beberapa lubang ditubuh jasad itu dengan tangannya yang telah terbalut sarung tangan. Dihitungnya jumlah lubang ditubuh si korban.

"9 peluru menembus bagian vital, 2 peluru bersarang dijantung, 3 di paru-paru bagian kiri, 1 diginjal, 2 dilambung, dan 1 peluru dikepalanya hingga menembus tengkorak belakang."

Pandangan Shin beralih pada lelaki berkacamata yang berdiri disebelahnya. Dia Ichiro Takami, ahli forensik di divisi investigasi, kepolisian Tokyo.

"Pelakunya brutal."

Shin mendengus, "Dia tidak brutal, kalau dia brutal maka tembakannya tidak akan setepat itu. Pasti akan meleset."

"Dia hanya menghabis-habiskan peluru. Tidak bergunakan? Padahal tembak saja jantungnya atau kepalanya." Ujar Takami yang sekarang ikut berjongkok disebelah Shin.

"Ciri khas." Jawab Shin enteng.

Dahi lelaki berkacamata itu berkerut namun seketika dia kembali serius dan mengangguk, "Perbuatan sang Akuma bukan?"

"Ya, pembunuh paling dicari di Jepang. Pengguna AK-47 dengan cara membunuh yang kejam. Benar-benar Akuma."

"Tapi anehnya, hampir semua yang dibunuh oleh Akuma mempunyai hubungan. Apa mungkin ada sesuatu?" Tanya Takami.

Shin hanya mengangkat bahu sebagai jawaban temannya itu, "Tidak ada yang tahu selain dia sendiri, sang Akuma."

ooOOOoo

Soul For You

An Eyeshield 21's Fiction by Near Kun Cinta Anime

Disclaimer : Riichiro Inagaki & Yuusuke Murata

Chapter one : Akuma

~Happy Reading~

ooOOOoo

Derap langkah kaki bergema disalah satu lorong di sebuah mansion yang terbilang mewah itu. Sumber suara berasal dari kaki jenjang pemuda berambut spike kuning dengan AK-47 yang selalu setia mengantung dibahunya. Dihentikan langkahnya didepan sebuah kamar dengan pintu kayu jati kualitas baik dan ukiran yang menghiasi permukaan pintu. Pemuda itu memegang gagang pintu dan membukanya secara perlahan. Kemudian dia masuk keruangan bernuansa Eropa klasik dengan warna merah maroon dan coklat yang mendominasi hampir setiap sudut ruangan. Pemuda spike itu berjalan pelan menuju kasur king size yang terlihat mencolok ditengah ruangan. Dengan tiang berukir kelelawar disetiap sudut kasur. Disana terbaring sesosok pemuda mungil berambut coklat. Mungkin terlihat biasa saja kalau pemuda itu berbaring tanpa selang yang ada ditubuhnya, tanpa alat bantu pernafasan, tanpa alat pemaju detak jantung, dan segala alat yang dapat menyokongnya agar tetap mempertahankan eksistensinya didunia ini. Si rambut kuning itu duduk disebelahnya. Tangannya menyentuh rambut coklat pemuda mungil itu. Membelainya perlahan seolah takut bila pemuda dihadapannya ini akan hancur berkeping-keping. Didekatkan wajahnya, kemudian dengan lembut dikecupnya kening pemuda rapuh itu. Lama dan penuh perasaan. Mata emeralnya meredup saat melepaskan ciumannya.

"Bangun kuso chibi." Bisiknya. Entah sudah berapa kali dia mengucapkan itu, namun orang yang dipanggilnya dengan sebutan kuso chibi itu tidak bergeming sedikitpun. Tetap terlelap untuk waktu yang tidak dapat diketahui. Bahkan oleh dokter hebat manapun. Pemuda itu hanya dapat menghela nafas sambil memandang keluar jendela.

Matahari mulai beralih kebelahan dunia yang lain untuk disinarinya. Meninggalkan semburat jingga dilangit kelam kota Tokyo itu. Entah karena polusi dari asap industri dan kendaraan atau memang langit akan menangis kembali.

Cklek. Lamunan pemuda itu buyar saat mendengar suara pintu yang terbuka disusul suara langkah pelan. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis berumur 20 tahunan seperti dirinya dengan rambut merah sebahu. Gadis yang diketahui pemuda itu dengan nama Anezaki Mamori.

"Kau tidak istirahat Hiruma?" Tanya Mamori dengan senyum lembut.

Pemuda yang dipanggil Hiruma itu hanya mendengus lalu menunjukan seringai khas diwajahnya. "Aku bahkan tidak pernah merasakan lelah semenjak kejadian 2 tahun yang lalu."

"Kau belum bisa melupakannya?"

"Tidak akan pernah kulupakan, dosa mereka harus dibayar. Aku tidak peduli walau harus mencabut nyawa sekalipun." Ujar Hiruma. "Kau harusnya tahu perasaanku, karena lebih lama mengenal kuso chibi dan sudah menganggapnya sebagai adikmu kan?"

"Apa kau pikir Sena akan senang melihatmu seperti ini?" Tanya Mamori dengan nada suara yang tinggi.

Hiruma menatap gadis didepannya itu. "Aku tidak tahu, tapi hanya ini yang bisa kulakukan untuk membalaskan semua yang terjadi pada Sena. Apapun itu."

2 orang itu terdiam, Hiruma beralih pada Sena, si pemuda mungil yang sangat disayanginya. Sedang Mamori hanya dapat menatap sedih kedua insan itu. Di dunia ini semua harus selaras, perbedaan yang ada akan membuat kau dikucilkan. Bahkan oleh keluarga dan sahabatmu sendiri. Keluar dari lingkaran keseimbangan akan membuat kau dihina oleh sang bumi. Pria harusnya bersama dengan wanita. Itu suatu kodrat dari sang pencipta. Namun saat cinta membuatmu menentang kodrat itu, apa yang dapat kau lakukan? Antara mengikuti perasaan yang ada dan bersiap akan pandangan jijik dari orang lain atau menyerah dan memilih meninggalkan perasaanmu. Dan Hiruma memilih pilihan pertama, terus mengikuti perasaan hatinya walaupun harus dikucilkan dan dibuang. Tapi dia tidak peduli, hingga 2 tahun yang lalu semua membuatnya berubah. Membuat jiwa Akuma yang tadinya terkekang oleh tali milik Sena, lepas begitu saja. Karena si penggenggam tali tak lagi sanggup menggenggamnya. Semua itu memunculkan lubang dendam tak berdasar. Bahkan bila dia mencabut nyawa orang yang dibencinya takkan membuatnya merasa puas sebelum kuso chibi-nya kembali. Entah kapan itu terjadi.

'Semoga kau cepat bangun Sena.' Batin Mamori.

ooOOOoo

Satu bulan kemudian

Jemari Shin memijat pelipisnya, data-data tentang Akuma membuat kepalanya terasa berat. Tak ada sedikitpun data yang membuka identitas asli Akuma. Walau dalam setiap pembunuhannya terlihat brutal, namun tak dapat dipungkiri bahwa dia melakukannya dengan professional. Tanpa meninggalkan jejak sedikitpun kecuali peluru yang menjadi khasnya, peluru yang biasa dipakai pada senjata jenis AK-47, kaliber 5.56mm. Setahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 16 oktober, Tokyo digemparkan dengan pembunuhan seorang pengusaha besar bernama Agon Kongo. Padahal bisa dibilang penjagaan presiden direktur itu sangat ketat. Tapi dengan mudah ditembus oleh Akuma. Pihak kepolisian digegerkan oleh peristiwa ini dan sejak kejadian itu, setiap tanggal 16 terjadi rentetan pembunuhan. Kepolisian tidak pernah berhasil meringkus Akuma bahkan sekedar mengetahui wajah aslinya pun tidak.

Shin menghela nafas, disandarkan tubuhnya pada sandaran tempat duduk. Matanya tertutup, mencari ketenangan pada dirinya dan melupakan sejenak tentang kasus yang entah kapan akan berakhir. Akuma, apa tujuannya membunuh? Seolah dari korban yang dibunuhnya dia ingin memberitahukan sesuatu. 'Astaga, kasus ini benar-benar rumit.' Batin Shin.

"Hei! Kau terlihat kacau sekali Shin." Ujar Takami dengan nada mengejek.

"Berisik kau Takami! Akuma ini membuatku tidak bisa beristirahat." Gerutu Shin.

"Bahkan Inspektur muda genius seperti kau kewalahan dalam kasus ini ya." Ucap Takami seraya membenarkan letak kacamatanya.

"URUSAI! Kau bukannya membantuku, hah?" bentak Inspektur muda itu.

"Aku ini ahli forensik, jadi masalah tentang kasus Akuma itu bukan urusanku." Takami tersenyum. "oh iya, hari ini tanggal 16 kan? Apa kau lupa?"

Mata onyx Shin melebar, "Shit! Akuma!"

"INSPEKTUR!" sebuah seruan membuat Shin beralih menatap seseorang didepan pintu ruangannya. Lelaki berambut pirang yang bernama Sakuraba Haruto itu tengah mengendalikan nafasnya setelah berlari dengan cepat ke ruangan atasannya itu.

"Ada apa?"

"Pengusaha bernama Rikiya Gaou ditemukan tewas di sebuah vila miliknya." katanya dengan nafas tersengal. "Korban tewas dengan 7 peluru bersarang ditubuhnya dan peluru itu… yang biasa digunakan oleh Akuma."

Dengan sigap diambilnya jas yang tergantung pada sandaran kursi, kemudian dia berlari keluar diikuti Takami dan bawahannya. Geraham shin mengeras, bagaimana bisa dia melupakan tanggal 16? Tanggal sang Akuma akan mencabut nyawa.

'KUSO!'

ooOOOoo

TBC

ooOOOoo

Near Kun : Kalau ada kemiripan cerita, itu benar-benar suatu kebetulan. Beneran deh… hehe *plak* ceritanya terlalu cepat dan pendek ya? Yah, maklum chapter pertama, takutnya kalau pada nggak suka. Um, kalau misalnya cerita ini nggak bagus atau apapun itu, dan pantas untuk di delete. Maka saya akan mendeletenya. Jadi tergantung para readers yang ingin fic ini lanjut atau sampai disini saja. Arigatou ^^

Hope you like

And

Please Review