Hai hai hai~ gw kembali membawa sekuel dari 'Tak Ada Logika'. Jadi yang merasa kemaren minta sekuel, ini nih udah gw buatin, awas aja klo ga review #plak

Maaf ya klo jelek, ga sesuai keinginan, abal, ide pasaran, apapun itulah yang bikin kecewa. Ngomong-ngomong gw author baru yang baru untuk soal ff chara k-pop gini, jadi maaf klo ada kata2 yang salah, just notice me, ok? Soalnya gw sebenernya author dengan fandom band dari Jepang sono :3

Ok lah, ga banyak bacot lagi, silahkan menikmati! Kritik dan saran yang membangun sangat di perlukan~ enjoy!

.

.

Stay With Me

By: Skylar.K

Pair: Kristao/Kevtao

Cast: Kris Wu/Kevin Wu, Huang Zi Tao

Genre: Drama, Hurt, Romance

Rating: T semi M(?)

Warning: TYPO(S) everywhere❢

.

.

.

If it's wrong to love you, then my heart just won't let me be right...

Tidak ada kata tenang dan damai sejak kepergian Kevin ke Korea, Seoul lebih tepatnya. Sejak pria tampan bersurai pirang gelap itu pergi, banyak hal telah terjadi. Banyak hal yang dapat membuat air mata mengering, yang menghancurkan hati menjadi berkeping-keping, dan meredupkan kemilau indah yang menjadi bagian dalam sepasang Onyx cemerlang.

Sekeras apapun Zi Tao berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman seorang Kris, yang tidak lain adalah saudara kembar Kevin, semakin sering pula ia tersakiti. Baik itu tubuh maupun mentalnya. Semakin mengikatnya secara tidak langsung, membelenggunya di dalam sebuah kata bernama 'pengkhianatan'. Tanpa dirinya sendiri tahu sampai dimana semua ini akan berakhir.

Ya, secara tidak langsung Kris telah menyatakan perasaannya, dari semua perbuatan yang di lakukan pada dirinya. Pria tampan itu berusaha menghancurkan hubungan Zi Tao dan Kevin, selama 3 hari ia berusaha pula menggores ruang di dalam hati Zi Tao dengan namanya. Dengan cara hampir setiap malam atau setiap jam istirahat bekerja, Kris akan membelenggu Zi Tao diatas tempat tidur, atau dimana pun yang memungkinkan untuknya menikmati tubuh semampai kekasih saudara kembarnya.

Apakah Zi Tao tidak menolak?

Tentu saja pria muda pemilik sepasang Onyx itu berontak sekuat tenaga, dengan segala tenaga yang di milikinya, dengan makian dan apapun yang bisa di lakukannya.

Hasilnya?

Nihil.

Kris seperti monster yang tak sedikit pun bergeming saat Zi Tao berhasil melayangkan kepalan tangannya tepat di rahangnya yang tegas. Malahan, pria pemilik obsidian coklat gelap itu akan bersikap kasar, dan semakin tidak ingin menyudahi kegiatannya menyetubuhi Zi Tao.

Menangis pun percuma. Percayalah, Zi Tao tak pernah berhenti menangis sejak pertama kali Kris menidurinya sepulang dari caffe. Kelenjar air matanya seolah tak mengering karena hampir setiap menit pemuda manis bermata ala Panda itu menumpahkan air matanya, bahkan jika Kris melihatnya menangis. Pria tampan itu akan selalu mengucapkan kata-kata manis yang selalu menyudutkannya.

Seolah ketika bibir plum itu terbuka memang di latih untuk melukai seseorang.

Dan Zi Tao lelah. Lelah dengan tubuh, pikiran, dan permainan berbahaya yang di ciptakan Kris. Bahkan tanpa harus menangis sesungukkan pun, air matanya dapat keluar dengan sendirinya, seiring semakin banyak luka yang di goreskan Kris pada kondisi mentalnya.

Bibir curvy merah muda itu seolah kehabisan kata untuk mengungkapkan betapa kejam dan brengseknya seorang Kris Wu, dan betapa ia merasa mengkhianati Kevin, kekasihnya.

Lelah, Zi Tao lelah. Berharap saat malam menjelang dan menarik dirinya ke alam bawah sadar, semua mimpi buruk itu akan menjadi bunga tidur semata. Berharap jika nanti saat dirinya membuka mata, semua itu tak pernah terjadi. Dan dirinya tidak bisa membayangkan harus berwajah seperti apa jika nanti Kevin pulang dari Beijing.

Akankah pria tampan itu akan mengetahui penderitaannya selama 3 hari terakhir? Akankah hubungannya dengan Kevin masih bisa berjalan lancar atas semua kebohongan yang di lakukannya?

Zi Tao tak pernah sedetik pun tidak memikirkan semua itu, bahkan saat tubuhnya lelah, terasa remuk redam, dan kedua kelopaknya yang menutup lelah, semua ketakutan dan kecemasan itu selalu berputar-putar di dalam kepalanya. Meskipun masih dalam kondisi lengket karena sperma, baik itu miliknya maupun milik Kris.

Pria tampan itu seolah tanpa dosa merengkuhnya ke dalam dekapan hangat, tanpa tenaga, tanpa kekangan, hanya terdengar suara detak jantung yang seirama, seolah berusaha menenangkan Zi Tao yang telah jatuh ke dalam lubang.

Pelukannya, kehangatannya, semua yang ada pada diri Kris di miliki pula oleh Kevin. Terkadang karena pikiran dan tubuhnya terlalu lelah, Zi Tao tak lagi bisa membedakan mana kehangatan yang ia rindukan, dan mana kehangatan yang melukainya. Semuanya sama, terlalu persis, dan memang tidak ada yang bisa membedakan Kris dan Kevin

Karena mereka satu. Memiliki kesamaan yang membingungkan, dan hal itu semakin memenjarakan Zi Tao akan rasa bersalah yang mendalam.

3 hari sudah. Seperti malam-malam sebelumnya, Zi Tao akan berakhir di tempat yang sama, bersama orang yang sama, dan kondisi yang sama.

Diatas tempat tidur yang berantakan, aroma peluh yang membaur dengan sperma, deru nafas yang tak beraturan, dan kehangatan yang semakin memperdalam lukanya. Kedua kelopak matanya memang menutup, dengan mata yang bengkak, indra penciumannya di tusuk oleh aroma maskulin Kris yang memabukkan. Pria tampan itu seolah tidak kehabisan stok pheromone yang selalu menguar dari tubuhnya.

Belaian lembut di kepalanya, semakin menghantarkan Zi Tao ke dalam alam bawah sadarnya. Usapan hangat di pipi, dan sentuhan kecil di dahinya. Semua itu semu, ketenangan semu yang entah kenapa mampu membuatnya lupa akan pengkhianatan secara tak langsung yang telah di lakukannya.

"Kau pantas untuk istirahat malam ini dear" bisikan lembut yang keluar dari mulut Kris, menjadi penutup kegiatan malam mereka.

Ah tidak, bukan mereka. Kegiatan Kris lebih tepatnya. Karena ia lah pengendali permainan berbahaya ini, dialah moderator sekaligus pelaksana.

Zi Tao tak bergerak, entah telah berada di alam mimpi atau memang lelah, ia tak bergeming sedikitpun saat Kris menarik tubuhnya hingga kulit lengket mereka saling bersentuhan. Pria tampan itu menempatkan tangan kirinya di pinggang ramping Zi Tao, dan menyimpan wajah manis Zi Tao yang kelelahan di dada bidangnya.

"Mimpi burukmu akan masih terus berlanjut sayang, jangan kau pikir kau bisa lepas dariku esok hari" bisiknya berbahaya, lalu mendaratkan kecupan singkat di leher Zi Tao yang basah oleh keringat.

Zi Tao tetap tak bergeming, meski dirinya belum sepenuhnya berada di alam bawah sadar, ia sudah terlampau lelah membalas kata-kata berbahaya Kris, serta segala pergerakan di tubuhnya. Bukan berarti ia menerima semuanya, memang untuk saat ini dirinya hanya ingin beristirahat. Meski di dalam dekapan hangat Kris yang menyakitkan, tapi ada dayannya? Pelukan dan kehangatan ini sama dengan milik Kevin.

Pemuda manis bersurai sehitam arang itupun terlelap, dengan air mata yang mengering di pipi, dan harapan kecil akan mimpi indah. Kris menundukkan kepalanya, melihat wajah tidur Zi Tao yang tergurat jelas akan rasa lelah.

Wajah manis yang tak kehilangan pesonanya meski tergores luka yang amat dalam disana, menuntun Kris untuk merencanakan banyak hal yang mendekatkannya pada satu tujuan.

Memiliki Zi Tao seutuhnya. Bukan hanya tubuh, tapi juga hatinya. Hati yang di miliki Kevin, saudara kembarnya. Dan memikirkan hal itu saja sudah menyulut amarahnya.

Bagaimana? Apalagi yang harus dirinya lakukan untuk merebut Zi Tao?

Pria bersurai pirang gelap itu menatap lamat-lamat wajah tidur Zi Tao, mengelusnya perlahan, dengan sorot tajam yang berubah sayu, ia mendaratkan kecupan ringan di dahi Zi Tao.

"Jika aku Hades, kau adalah Persephone" bisiknya, lalu mencium daun telinga Zi Tao, dan turun ke leher.

Mencurahkan betapa besar keinginannya memiliki pria manis di dalam dekapannya saat ini.

.

.

Entah sudah keberapa kalinya sepasang obsidian coklat gelap milik Kris Wu mengarah pada jam tangan mahal yang melingkari pergelangan tangan kanannya. Padahal hanya berjarak beberapa menit, pria tampan berwajah dingin itu rajin menilik jarum jam, sesekali harus berhenti membaca laporan yang tersodor di mejanya.

Setidaknya sebagai pemilik sebuah Mall sekaligus Direktur utama, pekerjaannya tak terlalu banyak menyita waktu. Ia hanya harus hadir di pagi hari, mengawasi, jika tidak ada yang bermasalah dirinya dapat pergi kemana saja, dan jika setumpuk laporan sudah berada di mejanya, saat itulah dirinya bekerja. Karena sebagai seorang pemilik Mall terbesar di Seoul, pekerjaannya tergolong santai.

Pria pirang itu meletakkan berkas laporan yang tengah di bacanya ke meja, dengan gusar merogoh saku jasnya mengeluarkan smartphone hitamnya yang pendiam. Mulai menyapukan ibu jarinya di layar sentuh ponsel tersebut, memutuskan untuk menelpon seseorang, dan tak lama mendengar nada sambung yang monoton, panggilan itu bersambut.

"Apa saja yang kau lakukan hah!?" semprotnya pada orang di sebrang line.

"Maafkan saya Tuan, saya baru saja sampai di apartment Tuan Huang"

Kris berdecak kesal. "Kevin?"

"Beliau sudah pulang, kami melihat mobilnya di basement"

"Bunganya?"

"Sudah kami pastikan Tuan Huang menerima karangan bunga tersebut"

"Terus awasi mereka, akan ku patahkan tulang mu jika sampai tidak memberiku laporan"

"Saya mengerti Tuan"

Pik

Kris memutuskan sambungan telepon tersebut, dengan wajah tertekuk dan alis menukik, ia melemparkan ponselnya ke meja hingga menimbulkan bunyi benturan yang cukup keras. Dan kini dirinya kehilangan gairah untuk melanjutkan pekerjaannya.

Oh, sebegini besarkah pengaruh Zi Tao padamu?

Kris menyandarkan punggungnya ke belakang, menatap lurus ke depan namun pikirannya sedang tidak berada disana. Ia tengah berpikir, ya. Entah apa yang di pikirkannya, yang jelas tidak akan jauh dari rencananya untuk merusak hubungan Zi Tao dan Kevin, meski saat ini dirinya telah memiliki pion penting untuk merusak hubungan itu kapan saja yang ia mau.

Tapi tidak. Pion itu tidak akan dirinya gunakan untuk saat ini. Selain karena terlalu awal, dirinya juga harus mengambil langkah yang tepat agar Zi Tao menatapnya.

Drrttt~ drrtt~

Ponsel mahal berwarna hitam diatas meja bergertar ringan diringi nada ponsel yang lembut. Kris menyambar gadget tersebut, dan kedua alis tebalnya terangkat melihat nama yang tertera di layar.

Kim's Calling

"Ada apa?" tanyanya datar tanpa berbasa-basi. Alisnya berkedut, "Apa maksut mu Pesta?"

Kris mendegus. "Katakan padanya kalau hal itu hanya buang-buang waktu, pesta ulang tahun hanya untuk anak umur 5 tahun...apa?" kini kedua matanya memicing.

"Oh...jam makan siang aku akan menemuinya" ujarnya, kemudian mematikan sambungan tersebut.

Obsidian tajam itu kini berkilat akan sesuatu, dan kemudian senyum tipis tersemat di bibir seksinya. Sebuah senyum berbahaya.

"Tidak ku sangka akan semudah ini" senyumnya berubah menjadi seringai.

.

.

"Sayang"

"..."

"Hei love, kenapa diam saja hm?"

Pria manis bersurai sehitam arang tersebut masih menutup bibirnya dan semakin erat memeluk pinggang sang kekasih yang bahkan belum mengganti baju kerjanya.

Sudah 30 menit sejak Kevin datang, dan Zi Tao seperti seorang anak yang merajuk pada sang Ayah. Si manis pemilik sepasang Onyx itu memeluk Kevin erat, membuat sang kekasih tertawa renyah akan tingkahnya yang menggemaskan.

Dan disinilah mereka duduk, di sofa Ruang Tamu tanpa ada keinginan untuk saling melepaskan diri. Zi Tao melesakkan wajahnya di dada bidang Kevin, menghirup lamat-lamat aroma maskulin pria yang di cintainya, seraya memejamkan mata menikmati usapan lembut di kepalanya.

"Aku juga sangat merindukan mu sayang" Kevin berbisik, balas memeluk Zi Tao. Tak bisa menahan senyum, ia mengecup puncak kepala si pria Panda di dekapannya.

Tak ada kata yang keluar dari mulut Zi Tao. Pria Panda pemilik sepasang Onyx itu masih tenggelam dalam kerinduannya, seolah kekasihnya itu telah meninggalkannya sangat lama. Dengan semua hal yang telah ia alami beberapa hari ini, tentunya 3 hari bagai 3 tahun. Dan sekarang dirinya bahkan tidak tahu harus memasang wajah seperti apa.

Zi Tao terlalu takut jika Kevin dapat membaca ekspresi wajahnya. Pria pirang itu memang selalu bisa membaca pikirannya, bahkan Kevin dapat tahu kapan dirinya berbohong atau tidak.

Dan itu membuatnya sangat sakit.

Kevin menghirup dalam-dalam aroma harum surai hitam Zi Tao, mendaratkan kecupan kecil di puncak kepalanya, lalu turun ke leher pundak Zi Tao yang mengintip dari balik sweater merah tipis yang di kenakannya. Mencoba menyalurkan kerinduannya akan sosok manis sang kekasih, tanpa berkata.

Karena terkadang sebuah kata pun tidak dapat mewakilo apa yang tengah di rasakan.

Kevin mengeratkan pelukannya, sedikit pun tak keberatan jika Zi Tao yang bertubuh tinggiーmeski tak setinggi dirinya, kini duduk di pangkuannya. Seperti seorang bocah yang tengah merajuk pada Ayahnya.

Namun saat bibir plumnya bergeser di perpotongan leher Zi Tao, aroma lain yang tak asing menusuk ke indra penciumannya. Dahinya berkerut samar, kedua alisnya menaut, semakin menekankan hidung mancungnya di perpotongan leher Zi Tao.

"Apa kamu mengganti sabun mandimu sayang?" tanyanya, menjauhkan wajahnya. Dengan sebelah alis terangkat, menunduk menatap Zi Tao yang masih menyembunyikan wajahnya di dadanya.

Si manis itu menggelengkan kepala pelan. "Tidak, kenapa?" ia mengangkat wajahnya, menunjukkan sepasang Onyx cemerlang yang di rindukan sang kekasih.

"Harumnya agak berbeda, aku sering mencium aroma itu dulu. Tapi dimana ya?" Kevin menautkan alisnya, tampak berpikir. Zi Tao mengarahkan tangan kanannya menyentuh pipi tirus Kevin.

"Sabun mandiku masih sama, mungkin hanya perasaanmu saja" katanya, tersenyum tipis. Kevin menggenggam tangan Zi Tao yang berada di pipinya, mengangguk-angguk kecil. Dan kemudian ia mengingat sesuatu.

"Ah, aku ingat! Aroma itu sabun yang dulu sering aku dan Kris pakai. Ck, bagaimana bisa aku lupa" desisnya, merutuki ingatannya yang mulai payah.

Zi Tao terdiam, tubuhnya menegang diatas pangkuan Kevin. Sepasang Onyx miliknya menerawang, dan rasa perih di hatinya semakin menjadi.

"Sayang? Kamu baik-baik saja?" Kevin bertanya cemas, mengusap lembut pipi Zi Tao. Pria manis itu mengerjap, seperti orang ling-lung, kemudian mengangguk cepat. "Apa Kris mengganggumu saat aku pergi? Apa dia melakukan sesuatu?" obsidian coklat gelapnya bergulir gelisah menelisik wajah manis Zi Tao.

Si manis yang memiliki kantung mata seperti Panda itu menggeleng lemah, menyematkan senyum tipis di bibir kucingnya. "Tidak, dia tidak melalukan apapun " jawabnya.

Bohong. Aku sudah mengkhianati mu Kevin, maafkan aku...

"Sungguh?" Kevin menautkan alisnya. Zi Tao mengangguk.

"Kenapa tidak percaya padaku?" rengutnya lucu. Kevin terkekeh, dan dengan gemas mencubit pipi Zi Tao.

"Hei, aku ada oleh-oleh untuk mu. Mau lihat?"

"Sungguh? Oleh-oleh apa?" Zi Tao tampak sangat antusias. Keping Onyx nya berbinar. Membuat kekasihnya terkekeh melihat reaksinya yang seperti bocah akan mendapatkan permen.

"Lihat lah di kamar, paper bag warna ungu. Aku mau minum sebentar, ok?"

Zi Tao mengangguk cepat, kemudian turun dari pangkuan Kevin. Pria pirang itu tak bisa berhenti tersenyum melihat Zi Tao yang setengah berlari menuju kamar mereka, lalu ia pun bangkit mengarahkan kakinya menuju dapur.

Kevin mengeluarkan sebotol air dingin, dan menuangkannya dalam gelas yang terjajar rapih diatas lemari pendingin. Seraya meletakkan botol air ke dalam lemari pendingin, ia menegak cairan putih bening tersebut, dan tak sengaja ia melihat sebuah buket bunga yang teronggok di dalam tempat sampah.

Pria tampan itu meletakkan gelasnya diatas meja dapur, mengarahkan kakinya mendekati tempat sampah, memungut buket bunga tersebut. Bunga Lily putih. Kedua alisnya menaut memendangi buket bunga di tangannya itu, lalu mengambil sebuah kartu kecil yang terselip di dalam bunga.

Dear my peach,

Kita akan segera bertemu lagi ne? Bernafas tenanglah untuk saat ini.

Kerutan dalam menghiasi dahi Kevin. Dan sedetik kemudian ekspresi wajahnya mengeras, seraya meremas kartu ucapan tersebut, ia kembali membuang buket bunga di tangannya beserta kartu tersebut.

To be continue

Kalian bisa panggil gw occhan, otsu, sky, ato apa aja deh suka2, biar akrab *wink* #muntahberjamaah xD

Makasih buat yang udah baca, siapapun itu, dan akan lebih baik klo meninggalkan review :D makasih juga buat silent readers, and You! Thank you so much, arigatou, gomawo, xie xie, merci, matur nuwun~

With Love, Skylar