Alfred Jones menggigit M&M Toblerone yang tadi Beildschmidt bagikan ke seluruh kelas. Asalnya darimana tidak usah dipedulikan, asal mulutnya berhenti menguap dan matanya fokus ke ceramah Profesor Jan De Hoop tentang perdamaian dunia sebagai masalah utama dunia saat ini.

Satu gigit, dua gigit... Tujuh M&M habis dalam sepuluh menit. Matanya mengisyaratkan Beildschmidt untuk memberinya M&M lagi, tapi sayang, si pengedar M&M telah kehabisan stok. Ia melepaskan sebuah helaan nafas panjang,

hari ini akan berjalan sangat lama.


Disclaimer: I do not own Hetalia Axis Powers. Midnight Beast diambil dari judul sebuah band UK bernama sama: The Midnight Beast. Lagu mereka keren loh! *malah promosi*


Universitas Utrecht adalah universitas tertua yang ada di Belanda dan seorang Alfred yang suka melemparkan komentar-komentar lucu (jangan salah artikan dengan mengejek) tentang hal-hal 'tua' tidak habis pikir mengapa ia bisa kuliah disana. Oke,bangunannya tidak kelihatan tua, tapi tetap saja... Tua.

Permasalahan 'tua' inilah yang menyebabkan Alfred Jones dan Gilbert Beildschmidt yang-albino-dan-suka-mengedarkan-M&M-di-kelas bisa berteman baik dari awal semester kuliah disana. Alasannya sederhana: rambut Gilbert putih seperti lansia. Alfred tidak pernah capek untuk mengejek rambut Gilbert yang 'ajaib' dan Gilbert tidak pernah berhenti mengejek lensa kacamatanya yang lumayan tebal untuk dewasa muda seperti mereka.

Selain albino pengedar M&M, Alfred punya kawan lain. Namanya Elizaveta. Jangan tertipu dengan namanya yang cewek sekali itu, kenyataannya penampilannya jauh dari namanya. Ia tomboy, anti feminis dan tinggal satu atap dengan dua orang pria—Alfred dan Gilbert— yang bisa menyerangnya sekembalinya dari bar dengan keadaan bau alkohol aka mabuk. Syukur kedua orang pria itu berorientasi seksual ganjil karena hal ini menguntungkan baginya; satu, ia tidak perlu takut diserang dan dua, ia tidak perlu menyamar dan jauh-jauh pergi ke gay bar yang banyak tersebar di sekitar universitas hanya untuk memuaskan nafsunya akan pria homo. Subyeknya telah berada di depan hidungnya, man!

Alfred punya banyak teman, tapi hanya mereka berdua yang begitu dekat dengannya dan... ehem, melihat ia menangis karena digigit anjing tetangga.

Beralih ke Elizaveta. Sekarang gadis—kalaupun ia pantas dipanggil gadis—Hongaria itu sedang sibuk dengan handphonenya saat Alfred membuka pintu apartemen mereka, bermuka masam. Elizaveta yang baru membuka mulut ingin mengucapkan selamat datang mengurungkan niatnya. Ia mengangkat alis, "Apa?" tanyanya merasa terintimidasi dengan tatapan yang diluncurkan Jones ke dirinya.

"Aku tidak melihatmu dikelas," jawab Alfred pendek, alisnya mengernyit. "Kau sudah bolos tiga kali dalam seminggu." Ia melemparkan tasnya ke lantai.

"Bilang aku tidak enak badan." sahutnya masih menatap layar handphone serius.

"Orang sakit nggak mungkin pakai celana sependek itu." tunjuk Alfred ke hot pants yang sedang ia gunakan. Wajah Elizaveta memerah karena malu, lalu ia melempar sebuah bantal tepat ke muka Alfred. "Hak asasi bung!" teriaknya yang dibalas cengiran oleh si korban.

"Apa katamu lah!" kata Alfred, masih nyengir sambil membentuk tanda 'peace' menggunakan tangan kanannya sebelum menghilang dibalik pintu kamar.


A/N: Pendek ya? Biarin ah, ini kan baru prolog #plak. Oh ya, ini sekuel dari Unrequited Love loh. Jadi kalau belum baca, baca ya! Jangan lupa RnR ohohoho #ngarep. Ah ya, ada yang protes sama gaya penulisan saya yang agak berbelit-belit dan bahasanya yang agak berat (?). Maaf, gaya penulisan saya memang terpengaruh oleh novel-novel crime yang rata-rata untuk dewasa =w= Saya nggak tertarik dengan Teenlit. Pembacanya nggak diajak mikir *halah, gayamu nak*

*nyengir kuda* RnR, anyone?