6 tahun yang lalu

Kakashi mengetukan perlahan telunjuknya secara abstrak ke atas meja mahoni tumpuan tangannya, Ia bertopang dagu, bertemankan kebosanan. Di sebuah sudut perpustakaan yang besar, di samping sebuah jendela yang terbuka lebar, dengan bunga matahari yang tunasnya menyembul dari pot di dekatnya. Disinilah Hatake Kakashi, memandang acak atlas Sobotta miliknya, sesekali mengetuk meja, sesekali memutar pulpennya. Lembaran kertas penuh dengan coretan rancangan soal itu kini menjadi tak menarik untuk diperhatikan. Ia menghela nafas, menyisir rambut peraknya dengan nyaman. Lagi, dan Ia melirik jam, lalu mendengus perlahan, kebosanan mengundang kantuk.

"Apa ujian praktik anatomi nanti sulit ?", sekilas suara manis familiar membuat mata Kakashi menyala. Itu suara yang menarik perhatiannya, berharap suara kedua mengabulkan keinginannya sore ini.

"Kurasa.. mungkin kita perlu meringkas Evelyn pada bab tertentu untuk membantu responsif nanti..". Cicitan lembut penuh makna itu mengguyur ngantuk Kakashi dengan air.

Bravo ! Kakashi bersorak dalam hati, Ia menegakan punggung dan menajamkan mata. Suara manis kedua adalah jawaban penantiannya selama berjam-jam di sudut perpustakaan yang sepi. Tepat jam 3, setiap Kamis, seorang gadis. Terkadang Ia sendiri, terkadang Ia bersama temannya seperti hari ini. Gadis itu, ya.. tiga tingkat dibawahnya, dengan wujud yang lugu dan pipi yang sering memerah karena memalu. Kakashi mengulum senyum, tak apa, walaupun hanya bisa memandangnya dari kejauhan dalam jadwal sistemik tertentu, Kakashi tetap bahagia.

"Kakashi-senpai..", dan yang pertama menyadari keberadaannya justru si pirang, teman dekat gadis itu. Kakashi tersenyum datar, namun matanya tak lepas dari sosok di belakang Yamanaka Ino. Seorang gadis yang memandang ragu, dengan rok hitam selutut dan kemeja berenda ungu, didekapannya sebuah buku bersampul putih merah dengan gambar rangka manusia.

"Hai..", balas Kakashi datar, tapi matanya tak berkedip.

"Hinata..", si Pirang berbisik girang menahan napas. Refleks Kakashi membalik lembaran kertas yang sejak tadi Ia anggurkan, tulisan berantakannya lenyap seketika menjadi warna putih.

"Sendirian dan bersama Sobotta disini, senpai pasti sedang membuat soal ujian anatomi nanti..", setengahnya, jawaban Ino benar.

"Apa kisi-kisi soalnya, bab mana yang banyak keluar, topik praktikum mana..", dan Ino menarik kursi kosong di depannya, Kakashi bingung antara harus sebal atau bersyukur. Apalagi saat Hinata –si gadis perpustakaan setiap kamis jam 3- ikut-ikutan menarik kursi dan duduk di samping sahabatnya. Menghadap Kakashi, lelaki yang sedang menarik nafas panjang untuk menyembunyikan rasa gugup dihatinya.

"Ayolah senpaaai..", Ino memandang Kakashi dengan nada memohon.

"Kalau kalian sudah mengikuti praktikum 100 % dan belajar sungguh-sungguh maka soalnya tentu tak akan terasa sulit..", jawab Kakashi, jawaban paling klasik dari semua asisten dosen.

Ino mendengus, helaan nafas putus asa. Memang sulit, lelaki ini sudah terkenal dengan julukannya, seputih es, seaneh rambut peraknya. Ia berdiri kembali dan menarik tangan Hinata,

"Lebih baik kita kembali ke asrama dan belajar..", sang gadis mengangguk setuju. Lambaian rambutnya, seperti angin gemulai yang menerbangkan kelopak bunga putih di hati Kakashi, lagi, Kakashi merasa lupa berkedip. Suara sepatu datar Ino menghentak menjauh, dan Kakashi masih terlarut dalam keterpesonaannya.

"A..ano..", suara manis itu dan Kakashi terbangun. "Terimakasih atas bantuannya Kakashi-senpai..", Hinata, namanya. Dan sekarang Ia membungkuk ramah sambil mengucapkan terimakasih. Kakashi meneguk ludah, dan rasanya terlalu sekejap saat wujud indah itu berpaling dan menyusul temannya yang sudah mendahului. Keluar dari sini, dan meninggalkan Kakashi, Sobotta serta perpustakaan lengang yang sepi. Tidak.. tidak boleh hanya seperti ini.

"Hinata...", sebuah kata yang muncul dari rasa berani yang sangat dalam.

"Iya..", dan wujud itu kembali jatuh di retinanya, menyilaukan Kakashi dengan sinarnya yang hangat.

Apa kau ada waktu luang ? Maukah makan bersamaku ? Apa warna kesukaanmu ? Berapa orang anggota keluargamu ? Mau jadi dokter apa selepas dari sini ? Kau tahu kau cerdas dan cantik, mungkin kau pemalu dan canggung, tapi bagiku itu menarik..

Apa kau pernah melihatku ? Hinata ?

"Sampai bertemu kembali..", dari seribu kata, hanya itu yang dapat tersampaikan.

"Tentu..", dan bersama satu senyuman yang tulus, Kakashi terbang entah ke langit yang mana.

xoxoxoxo

"Apa yang membawamu kemari ?", Nara Shikamaru meregangkan badannya. Ini siang yang ramah, matahari yang lembut, taman fakultas yang rindang, rumput yang empuk. Semua persiapan sempurna, yang perlu Shikamaru lakukan hanya merebahkan kepala dan menutup mata.

"Kampus fakultas kalian ternyata bagus juga..", jawaban tidak nyambung. Shikamaru memandang lelaki disampingnya, dengan rambut hitam pendek dan mata yang tajam.

"Tentu kalah mewah dengan kampus fakultas finance..". Shikamaru mengingat jelas halaman parkir luas kampus ekonomi yang selalu penuh mobil-mobil mewah berderet. Milik dosen ? Sebagian, kebanyakan milik mahasiswa.

"Tidak, kampus kalian sejuk dan rindang..". Balas lelaki itu memperhatikan sekitar. "Bahkan semua tanaman disini berlabel nama dan khasiat..", tambahnya. Ia menggulung lengan kemeja birunya yang berlapis sweater hitam, jam tangan mahal membalut lengannya.

"Itu pekerjaan kami jika mengambil peminatan Botanis dan Biomedik..", balas Shikamaru. "Hei.. Uchiha Sasuke.. jangan mengalihkan perhatian, kau belum menjawab pertanyaanku..", cecar Shikamaru setengah malas pada sahabatnya itu.

"Apa yang dilakukan anak finance di wilayah anak kedokteran ?", Shikamaru mengubah pertanyaannya.

"Apa kau kenal Hyuuga Hinata ?", bukannya menjawab, Sasuke balas bertanya.

"Apa semua anak sosial suka berdebat..?", balas Shikamaru sebal, itu adalah konsensus baku, jawab pertanyaan dengan jawaban ! Bukan dengan balas bertanya.

"Kudengar dia seangkatanmu.. Kau kenal tidak ?", Sasuke tetap cuek, fokus dengan masalahnya.

"Tentu aku kenal, kami malah partner di kelas evolusi..". Akhirnya Shikamaru menyerah, mengikuti alur bicara Sasuke.

"Bawa aku padanya..", Shikamaru melongo.. "Setiap hari di setiap waktu kau bisa..".

a SasuHinaKaka fanfic

by Yuna Fu

"Having and Lost"

DISCLAIMER :

All of the character was taken from Naruto by Kishimoto

Wrapped on this story by myself

Untuk Uchiha Sasuke, ini adalah tentang kehilangan.

Untuk Hatake Kakashi, ini adalah tentang memiliki.

Saat itu mereka belajar tentang cinta yang dapat dipersembahkan dalam milyaran cara.

BAGIAN SATU

Rokok itu mengepulkan asapnya, memancarkan wangi nikotin yang bercampur dengan dinginnya AC.

"Dilarang merokok disini ! Kau tahu ini ruangan dokter..". Sebuah buku catatan kecil melayang ke kepala Asuma. Bahunya mengedik tanda merespon,

"Apa kau punya asbak ?", balasnya acuh.

"Injak dan buang di tong sampah..", lelaki dengan rambut perak itu membalas, Ia melipat asal jas putihnya dan meletakannya pada sandaran kursi kerjanya. Tertata rapih, disebelahnya sebuah rak buku mungil penuh dengan buku tebal bertema medis, dan pigura-pigura yang membingkai ijazah dan penghargaan milik satu nama, Hatake Kakashi.

"Ada urusan apa yang membawamu kemari ? Apa kanker paru, tenggorokan ? Siap operasi ? Sehingga kau perlu menemui spesialis anestesi bahkan pada jam istirahat makan siang..". Kakashi memandang lelaki yang duduk di depannya dengan tatapan serius,

"Whoa.. apakah dokter anestesi ini lupa dia adalah teman serumahku saat kuliah dulu ? Sungguh terlalu melupakan sahabat lama saat kau telah sukses", lelaki dengan jas rapih dan dasi berwarna merah itu tersenyum mengejek.

"Kukira menjadi pengacara membuatmu harusnya sibuk..", balas Kakashi.

"Benar, tentu ada hal penting yang membuat orang sibuk ini perlu datang kemari dan berbicara empat mata dengan temannya..", Asuma menyambut secangkir air yang diberikan Kakashi untuknya. "Aku membawa kabar gembira.. kau punya kesempatan besar !", mata Asuma membesar, seperti sales yang sedang begitu antusias memperkenalkan dagangannya.

"Langsung ke intinya..".

"Gadis itu, dia akan internship di rumah sakit ini..". Asuma menyebutkan inti kabarnya, "Selama dua tahun..", lanjutnya. Mata Kakashi yang selalu sayu kini menyala, jika Asuma menyebutkan seorang gadis maka bukan orang lagi, hanya satu gadis yang selalu mengukir nama di benak Kakashi, Hyuuga Hinata.

xoxoxoxo

6 tahun yang lalu

Hinata mengkeret di belakang Ino, berusaha menyembunyikan dirinya dengan risih. Lagi-lagi, entah kesekian kalinya Ia bertemu dengan orang itu, sayangnya dia bukan orang yang secara teknis selalu ditemui Hinata seperti kawan seangkatan, kakak tingkat atau dosen. Orang ini berbeda, bahkan Ia bukan berasal dari sini.

"Bisakah kita tak jadi ke kantin ?", bisik Hinata perlahan.

"Apa maksudmu, ini satu-satunya istirahat hari ini dan aku sangat lapar ! Sehabis ini kita lembur di lab mikrobiologi Hinata !", seru Ino, penolakan tegas. Hinata merasakan panas di perutnya, asam lambung. Namun panas perutnya tak sebanding dengan panas pipinya, kala seorang lelaki menakutkan ini menghampiri meja duduknya dengan Ino. Karage Hinata terasa hambar seketika,

"Hai kita bertemu lagi..", sebuah suara maskulin yang menyapanya, Hinata tahu itu. Tentu saja selalu bertemu ! Kesengajaan ini terlalu vulgar ! Alih-alih menyuarakan isi hatinya, Hinata malah terpekur memandang nasi dengan taburan wijen dan nori, mangkuknya memantulkan bayangan wajahnya yang memerah.

"Kau masih ingat aku ? Yang menawarkan tumpangan kemarin ?", Lelaki itu tersenyum samar, bertopang dagu dan mata kelamnya dengan seksama mengamati gadis canggung dengan casual-dress putih dihadapannya. Tentu Hinata ingat, mobil mentereng hitam yang nampak mahal, menawarinya tumpangan kemarin sore. Entah pemiliknya sadar atau tidak bahwa mahasiswi penerima beasiswa seperti Hinata itu tinggal di asrama kampus, yang bahkan berada dalam kampus itu sendiri, Siapa yang butuh mobil ? Hinata meneguk ludah, Ia merasakan kakinya disenggol dari bawah oleh converse ungu Ino. Tatapan Ino berkata,

Kau cari masalah apa dengan laki-laki ini Hina-chan ?

"Selamat siang..", sebuah nampan diletakan di meja sebrang Ino duduk, laki-laki lain lagi, berambut gondrong dan diikat. Nampan itu membawa sepiring nasi omelet dan dua gelas kopi. Kalau dia jelas bukan orang asing,

"Nara..", Ino memandang sinis.

"Yamanaka..", balas lelaki gondrong itu cuek, menyendok nasinya.

Inilah alasan Shikamaru merasa sulit untuk mengabulkan permintaan Sasuke untuk menjadi juru jodoh. Bukannya apa-apa, tidakkah kau bisa membacanya sendiri ? Kini mereka malah saling memanggil nama keluarga, sungguh aura dingin yang kuat dari Ino. Shikamaru hanya heran, mengapa dari sekian banyak populasi gadis di kampus ini, Sasuke harus tertarik dengan seorang gadis yang berada di jangakauannya, sangat terjangkau malah, karena gadis itu adalah sahabat dekat Ino, mantan kekasihnya sendiri.

Hinata berdehem melonggarkan tenggorokannya, kini situasi makin canggung, walau lelaki bermata kelam ini tetap santai dan meneguk kopi hitamnya dengan elegan. Tempat duduk di sudut kafetaria itu kini penuh dengan satu pasangan mantan kekasih, dan satu pasangannya lagi tanpa status.

"Dingin sekali, bukankah kalian pernah berpacaran ?". Damn, Sasuke.. Shikamaru tersedak, segera meminum kopinya banyak-banyak.

"Pernah.. tapi tidak lagi, camkan itu..", jawab Ino lugas, walau wajahnya bersemu merah padam.

"Maaf nona Yamanaka, sebenarnya aku tidak ingin mengganggumu..", Sasuke tersenyum, lebih terlihat seperti orang sadis dibanding orang yang ramah di mata Hinata. "Aku hanya ingin berkenalan dengan dia lebih jauh", jemari Sasuke menunjuk Hinata yang gugup. Pandangan lelaki itu beralih lagi padanya,

"Apa kau tahu siapa aku.. ?".

"Uchiha Sa-suke", Bodohnya Hinata, kau memang tahu, tapi tak mesti kau jawab !

Lelaki dihadapannya menyodorkan ponsel layar sentuh keluaran terbaru yang memantulkan bayangan wajah Hinata.

"Boleh aku minta nomormu ? Aku ingin mengajakmu keluar sesekali..", Sasuke sekilas menatap Ino dan Shikamaru yang curi-curi pandang dengan sudut mata yang sinis. "Tentu saja hanya kita berdua nantinya..".

"Aku selesai..", Ino berdiri tegap, tak satupun kata yang dibaginya dengan Shikamaru hari ini walaupun ini pertama kalinya dalam tiga bulan mereka berbagi meja. Hanya menyapa nama, bahkan nama keluarga. Ino meraih tas ranselnya dengan tidak sabar dan mencari dompetnya ke dalam. Hinata yang juga telah selesai dengan porsi karage-nya memandang Ino yang frustasi dengan mata perhatian.

"Aku yang traktir..", suara Sasuke.

"Oh terimakasih !", Ino menyerah mencari dompetnya, rasa jengkel yang membuncah dihatinya sudah merusak mood of the day Ino secara keseluruhan, rasanya sulit bahkan hanya untuk mencari dompet lipat ungu di antara buku yang dibawanya dalam ransel. Sial, bahkan aku masih memakai dompet hadiah darinya... Ino menggelengkan kepalanya, mengangkat tas dan berlalu. Hinata memandang sahabatnya sembari berkemas, dan membawa tas tangan serta jinjingan map berisi penuh jurnal-jurnal. Ia segera menyusul Ino yang duluan keluar kantin.

"Apa kubilang..", Shikamaru mendelik pada Sasuke dan dengan sok cuek masih melanjutkan makannya.

"Hinata..", gadis itu menoleh. Lelaki dengan mantel hitam, Uchiha Sasuke dengan langkah panjangnya menyusulnya dengan mudah. Sasuke menyerahkan sebuah kartu berwarna putih, kartu nama.

"Kita pasti akan bertemu kembali..", mantapnya suara Sasuke membuat Hinata merasa kecil, begitu mindernya dirinya, pipinya –lagi dan lagi- memerah.

Kau pasti akan segera kumiliki...

Lalu Sasuke memandang punggung mungil menawan yang berlalu dari hadapannya itu. Rambutnya yang indah melambai, itu tentu bukan salam perpisahan.

Namun di saat yang sama seorang saksi mata tercipta, Hatake Kakashi mengepalkan tangannya. Dua tahun, dua tahun penuh bahkan ! Ia selalu memperhatikan gadis itu, bahkan Ia hafal kegiatannya sehari-hari. Kakashi selalu berusaha berada dimana gadis itu ada dalam setiap waktu luangnya. Memandangi dari jauh, menikmati menjadi pengagum rahasia, menikmati setiap ekspresi Hinata sebagai orang luar yang terpesona. Dan Ia tak pernah menyangka akan melihat ekspresi Hinata seperti hari ini, itu adalah eskpresi seorang gadis yang tertarik dengan seorang lelaki. Dan lelaki itu bukan dirinya, tapi orang yang sangat dikenalnya.

xoxoxoxo

Kakashi memijat tengkuknya sembari menghela nafas, Ia memandangi matahari yang terbenam dengan lembut di penghujung musim gugur.

"Aku tahu kau memendam perasaan yang besar, karena itu kau masih sendiri hingga sekarang, ini waktumu, kau mapan dan punya nama, waktumu untuk merasa pantas bersamanya..". Kakashi memejamkan mata, kata-kata Asuma terngiang di pikirannya.

Empat tahun, bukan waktu yang singkat untuk tertarik pada seseorang. Padahal Kakashi adalah seorang pemberani, tentu, Ia bahkan memegang asistensi mata kuliah anatomi dan pembedahan selama dua tahun. Sudah berapa mayat yang membuat orang lain bergidik, Ia kuliti dan teliti dengan pisau-pisau bedahnya tanpa rasa takut. Semuanya demi mempersiapkan dirinya menjadi tenaga kesehatan terbaik, juga mempersiapkan almamater kampusnya. Tapi nyatanya, Ia merupakan pengecut sejati, pengecut dalam urusan cinta, pengecut tentang wanita.

Kakashi masih mengingat betul mata indah yang menyita pandangannya semenjak mereka pertama bertemu, saat matrikulasi. Ia dan jas putih dokter mudanya tak berdaya memandang seorang anak baru yang bahkan tak terlihat istimewa, pemalu dan ada banyak gadis yang lebih pintar memoles penampilannya hingga terlihat lebih menarik di mata senior lain, tapi tidak bagi Kakashi. Baginya seorang gadis dengan kemeja sederhana dan rok berenda itu sangat berbeda, pandangan tertunduk dan wajah lembut dengan kesan tanpa dosa, terbingkai sempurna dengan rambut Indigo pendek berponi rata. Kala itu Kakashi memahami bahwa kecantikan bisa ditampilkan dalam beragam cara, salah satunya yang jatuh di retina matanya saat itu.

Semakin tahun, Kakashi semakin bahagia. Rambut indah itu kini tak lagi hanya sependek bahu, namun tergerai semakin panjang. Kelebatnya saja dalam satu hari sudah bisa memberi Kakashi banyak semangat dan mencerahkan harinya. Apalagi jika memandang gambar yang terbingkai oleh rambut itu, sebuah wajah yang jika dibayangkan saja olehnya mampu membuatnya tersenyum bahagia.

Kakashi selalu terpesona, cara gadis itu memperhatikan kala dosen menjelaskan di kelas. Tekunnya gadis itu mencatat dan memesrai buku-buku tebalnya, rapihnya catatan kuliahnya dengan beragam warna. Senyuman gadis itu kala melihat bunga-bunga carnation yang ditanam olehnya mekar dengan subur di taman fakultas. Kerja kerasnya saat membawa banyak buku untuk kuliah, di ransel hitamnya yang berat, di tas jinjingnya yang besar. Kakashi selalu suka melihat dan memandangi gambar-gambar tangannya yang indah pada tiap laporan praktikum yang dikumpulkannya. Hingga bagaimana gadis itu memakan karage kantin favoritnya dengan senyum, atau begitu pasnya syn jas laboratorium pada tubuhnya, seperti mantel elegan yang melingkupinya.

Segalanya tentang Hinata, dan Kakashi menjalin itu sebagai kebahagiaan kecilnya yang selalu mewarnai hari-harinya setiap kali. Hingga otak encernya dengan mudah mengingat rutinitas Hinata, bahkan detil kecilnya. Kamis jam 3-perpustakaan, setiap hari jam 1, kecuali Sabtu-kafetaria, karage, udon, fried rice dan es lemon, Rabu pagi-taman fakultas, jadwal menyiram dan memberi pupuk tanaman untuk klub berkebun. Setiap sore setelah jam 16.30, sepanjang jalan menuju asrama putri, dia berjalan pulang. Selalu sistemik, dimana Kakashi menikmati mencari garis singgung antara rutinitasnya dan rutinitas Hinata, untuk apa ? Begitulah seni seorang pemuja rahasia.

Karena Hatake Kakashi tak cukup berani.

"Kau tahu dengan alamarhum Hyuuga Hiashi ?"

"Oh ya.. internist terkenal itu.."

"Kudengar putrinya masuk fakultas kedokteran di sini, tahun ini.."

"Namanya Hyuuga Hinata..".

Karena Hatake Kakashi bukanlah orang yang istimewa, Ia cuma anak yatim-piatu dari panti asuhan, sekolah dengan terseok-seok, semua hanya dengan otak cerdasnya Ia dapat bertahan. Untuk bertahan hidup dan kuliah, dari menjadi janitor, menjadi tukang kebun, hingga penjaga kantin dan perpustakaan. Hingga pada saat semester teratas dan dokter muda sudah didapatnya, Ia bisa menikmati gelar asisten dosen dan asisten laboratorium dari hasil kerja keras dan catatan IPnya setiap semester.

Dan Ia merasa bukan untuk Hyuuga Hinata, yang lahir dari keluarga terhormat dan punya nama terkenal. Siapa dia ? seorang anak tanpa asal dan usul yang pasti, mana mungkin dapat diterima. Sedangkan Ia adalah seorang yang logis, dan sedangkan rasa sukanya sudah tumbuh menjadi rasa cinta, dan cinta itu bukan untuk perkara main-main. Bukan hubungan sementara tanpa masa depan yang jelas yang ingin dibangunnya. Ia ingin gadis itu ada di masa depannya, setiap hari menjadi orang pertama yang ditemuinya kala membuka mata. Tapi itu seperti tentang ingin pergi ke bulan, tapi tanpa roket, tanpa baju astronot, tanpa modal bahkan untuk ke pangkalan NASA, itu adalah hal yang mustahil, begitu mustahil.

Semenjak kecil Ia telah ditempa oleh kenyataan kerasnya hidup, dan cinta pun tak mungkin cukup untuk membawanya terbius ke alam mimpi. Dan dari saat itu Kakashi mencukupkan diri untuk mencintai dengan caranya sendiri, mencintainya dalam jauh dan diam.

"Kau kenal lelaki itu ?"

"Dia tampan.."

"Dia Uchiha Sasuke.."

"Uchiha ? Maksudmu Uchiha group ? Bukankah itu keluarga konglomerat ?"

"Dia mahasiswa finance, fakultas elit, apa yang dia lakukan disini ?"

"Gosipnya dia jalan dengan Hyuuga Hinata..",

"Wah.. pasangan serasi, sama-sama dari keluarga terkenal. Tak ada harapan lagi..".

Lalu bahasa cinta Hatake Kakashi berubah menjadi mencintai dalam kehilangan.

xoxoxo

"Sensei ! DARURAT !", suara keras dari pintu atap membuyarkan lamunan Kakashi atas cerita masa lalunya. Shizune dengan terengah-engah menuju ke arahnya, dia adalah koordinator IGD.

"Ada apa ?", tanya Kakashi mengerti keadaan, Ia segera berjalan dengan terburu-buru. Memasang jasnya, bersisian dengan Shizune, menuruni tangga dari atap rumah sakit.

"Korban kecelakaan, keseriusan tingkat 2, pendarahan akut kepala bagian frontal, tidak sadarkan diri". Shizune menjelaskan situasi.

"Berapa orang ?", tanya Kakashi, mereka mencapai ruang IGD.

"Hanya satu..", balas Shizune. "Tsunade-sensei mencarimu..".

"Harus ada operasi ? Tentu itu alasan mencariku". Kakashi menjawab pertanyaannya sendiri dengan jawaban.

"Pasien darurat kecelakaan telah dipindahkan ke ruang operasi di gedung bagian satu..", seorang perawat menginformasikan.

Shizune dan Kakashi berlari dengan bergegas, ini adalah bagian yang Kakashi selalu jalani. Adrenalin menjadi seorang dokter, terutama spesialis.

"Sensei, silakan masuk..", seorang dokter dengan pakaian hijau steril ruang operasi menjawab, Ia sedang sibuk memasang sensi-gloves dan membiarkan masker standarnya tergantung di leher. Kakashi pun langsung menggunakan pakaian standar tersebut disusul oleh Shizune yang harus membantu para perawat asisten operasi menyiapkan alat-alat. Terdengar suara rintihan dari balik tirai, pasien itu setengah sadar.

"Luka di bagian frontalis kepala, pendarahan tingkat satu, terjadi benturan dan fraktur..", Tsunade menjelaskan hal penting pada Kakashi. "Fraktur parah ekstermitas posterior, serpihan besi masuk dan melukai ligamen..".

"Apa kau yakin akan operasi..?", tanya Kakashi memasang atribut-atribut yang diperlukan.

"Aku sudah menghubungi keluarganya dan mereka setuju, aku mengenal orang ini dan dokter keluarganya adalah Jiraya-sensei.. Jika tidak dilakukan sekarang, luka ini bisa memberi pengaruh buruk..".

"Anestesi total..", Jawab Kakashi dari balik maskernya. "Shizune, balikan pasien, aku perlu akses bersih ke tulang belakang..". Kakashi berjalan menuju meja operasi, Ia mengambil suntikan khusus dan mengambil salah satu ampul untuk menyiapkan cairan injeksi.

"Pasien, laki-laki, 26 tahun". Seorang perawat dengan catatan keluar dari tirai dimana pasien dibaringkan. Kakashi mengangguk, dibantu asisten menyiapkan anestetik yang sesuai. Ia menghela nafas panjang dibalik maskernya, walau ini bukan yang pertama, Ia tak memungkiri jika kegugupan itu selalu ada.

"Nama pasien Uchiha Sasuke..".

TBC

Vocabulary :

Sobotta : Buku legend :D Biasanya dibilang atlas karena banyak gambarnya, kalau dalam geografi atlas kan gambarnya peta. Kalau atlas anatomi, gambarnya dengan lengkap bagian-bagian anatomi manusia. Beserta keterangan (bahasa latin) dan penjelasannya. Ini buku berseri, masing-masing seri ada spesialisasi pembahasannya. Sobotta itu nama belakang penulisnya ya ^^ Ini buku mahal, biasanya jadi referensi di perpustakaan. Saya ada punya satu tapi bukan Sobotta, yang lokal aja, yang terjangkau dompet.

Evelyn : Buku legend juga :D Buku teks anatomi, tebalnya sedang, saya beli terjemahannya pas jalan ke Yogya sama suami harganya 18 ribu, hehe.. tapi itu yang bajakan.. yang original gr*medi* lebih mahal. Evelyn nama penulisnya, Evelyn C. Pearce, judulnya Human Pishiology and Anatomy. Tapi kan biasa, nama buku itu pakai nama penulis.

Responsif : Gampangnya itu tes sebelum praktikum, dinilai apakah kita paham materi dan cara kerja praktikum, apakah pantas buat praktikum ?

Internship : Bahasa kerennya magang, tapi internship resmi itu pasca coass setau saya, kerjaannya yang sudah , sarjana wajib mengabdi. Hehehe

Syn jas : Jas putih laboratorium, wajib pakai dan bawa ini kalau mau praktikum, kalau nggak ditendang sama asisten lab. hehe :D

Botanis : Pembelajaran tentang tumbuhan yang fokus pada manfaat tumbuhan tersebut, hingga zat-zatnya. Ada juga matakuliah atau spesialisasi yang mirip yaitu Entnobotani, tentang bagaimana masyarakat etnik memanfaatkan aspek botani (manfaat) dari tumbuhan tersebut.

Biomedik : Kalau di Indonesia, biomedik cuma ada di pasca sarjana beberapa universitas saja. Salah satu fokusnya pada pengembangan obat-obatan, terutama yang alternatif tapi secara ilmiah. Kebetulan skripsi saya ada nyangkut dengan bidang ini.

Anestesi : Bidang pembiusan, fokusnya pada anatomi, sistem syaraf atau regulasi dan lain-lain. Ini spesialisnya lumayan susah dicari. Untuk membius bukan dokter sembarangan yang bisa, tapi spesialisnya yaitu Anestesi.

Anestetik : Kalau refernya pada zat, maka zat yang dapat membius. Misalnya kalau yang suka nonton K-Pop pernah denger Propofol ? Itu salah satunya.

Internist : Dokter ahli masalah dalam / bagian dalam. Organ-organ dll, kalau kaya saya yang penceranaannya bermasalah, dokter spesialisnya internist.

Frontal : Bahasa latin, bagian depan.

Fraktur : Patah, retak, trauma, kasus pada tulang.

Sensi-Gloves : Sarung tangan latek yang steril, sekali pakai.

Ligamen : Sendi, bagian sendi berupa cairan yang melumasi sendi.

Ekstermitas posterior : Bahasa kerennya (latin) dari kaki.

Everything in latin become more cool :P

POJOK AUTHOR :

Katanya mau hiatus ? O_O Bohong yaaa...

Iya saya mau, sampai skripsi kelar.. tapi nyatanya saya gak tahan. Mungkin karena waktu saya agak lowong sehabis penelitian uji coba dan seminar proposal. Proposal disetujui *Horeeee ! :D Anggaplah fic ini bonus wahahahahaha..

Jadi folder yang isinya litelatur yang mesti digarap gak kebuka, eh folder fanfic kebuka..

Lalu terjadilah segalanya

Btw, gimana nih janjinya buat Loving Breeze *_*. Saya sudah nuliis looh, entah kenapa stuck.. dan ide mengalir untuk fic ini. Fic ini short multi-chap dengan heroine Hime diantara Kakashi dan Sasuke *uhuuk :D Mungkin agak pendek dibanding Loving Breeze... Medical and Campus-life fic :D

Kenapa Kakashi jadi asisten anatomi ? Karena semester ini saya jadi asisten dosen 3 mata kuliah salah satunya anatomi fisiologi manusia. Jadilah laporan praktikum adik-adik tingkat belum saya periksa dan malah nulis fanfiction. Kalau diantara reader ada mahasiswa praktikan yang bimbingan saya, pasti gak nyangka ini Kaka seniornya malah bikin fanfic romance. Wahahahahaha. Anggaplah mood-booster supaya saya koreksi praktikumnya gak galak-galak amat ! #evillaugh

Alurnya agak pasaran menurut saya, Gomen ne..

Cukuplah ceriwisnya saya sampai disini.. Maaf banyak curhat..

Giliran dearest reader lagi :3 Review Pleaseee ?