Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.
Marriage
[ Love is not about how much you say 'i love you' but how much you can prove that it's true ]
"Sepertinya aku mencintai seseorang," ucap salah anak kecil bernama Sakura di dalam kelas pagi itu.
Si pirang yang berada tidak jauh dari tempatnya segera berlari menghampiri. "Aku juga Sakura! Aku mencintai Sasuke," ungkapnya gamblang.
Mendengar pernyataan teman sekelasnya, Sakura memiringkan kepala bingung. "Naruto? Kau mencintai Sasuke?"
"Ya," sahut Naruto singkat memamerkan cengir lebar.
"Oh..." Sakura terdiam, dia terlihat berpikir.
Melihat si merah muda diam. Naruto mencoba menjelaskan maksud perkataanya. "Anak laki-laki bisa mencintai anak laki-laki lainnya. Aku hanya tidak bisa menikah dengannya saja."
"Kau bisa menikah dengannya jika kau mau," sela anak lainnya yang memiliki tata rambut seperti nanas. "Kau bisa menikah dengan siapa pun jika kau sungguh-sungguh mencintai mereka."
Netra milik Naruto berbinar penuh harap. "Apa itu benar, Shikamaru?!"
Yang dipanggil Shikamaru mengangguk mantap. "Aku pernah lihat sahabat ayahku menikah dengan sahabatnya yang lain, mereka sama-sama pria."
Naruto melompat kegirangan, tangan terjulur ke atas seakan ingin menggapai langit-langit ruang kelas mereka. "Aku akan menikah dengan Sasuke!"
"TIDAK BISA–!"
Sontak Naruto, Sakura, dan Shikamaru menoleh ke arah sumber suara dari arah pintu.
Si pirang memerhatikan anak kecil lainnya berlari kencang ke arah mereka. "Kenapa aku tidak bisa menikah dengan Sasuke, Neji?"
"Karena kau masih berusia 7 tahun dan belum dewasa!" protes anak itu mengacungkan jari telunjuk pada Naruto.
Seolah paham, si pirang mengangguk. Terlihat sangat menyimak perkataan temannya yang bernama Neji. "Jadi aku bisa menikahi Sasuke jika aku sudah dewasa?"
"Ya, kurasa begitu." Kali ini Neji yang mengangguk mantap.
"Kalau begitu, Aku berjanji akan menikah dengan Sasuke saat dewasa nanti!" ujar Naruto menggebrak meja.
Ke empat bocah bersorak juga melompat. Tidak peduli dengan tatap tajam dari salah seorang anak berkulit pucat dengan wajah memerah bagai kepiting rebus yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka.
.
20 tahun kemudian.
Pria bersurai hitam panjang terlihat bersenandung mengikuti musik lembut yang mengalun di dalam ballroom bertema putih. Sepasang netranya tidak berhenti menatap ke arah dua sosok yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Senyuman lembut pun terkembang dari bibirnya.
"Kau datang rupanya, Neji."
Neji menoleh. Mendapati seorang pria dengan tataan rambut seperti nanas melangkah mendekat, dia menyapa ramah, "Oh, hey, Shika."
"Ck, merepotkan sekali. Kupikir aku akan telat," keluh Shikamaru bersandar pada punggung kursi. Dia terdiam sesaat lalu menatap lurus ke arah si pirang yang berada di tengah ruang, juga wanita cantik yang berdiri persis di sebelahnya. "Tidak kusangka Naruto akan menikah hari ini lihat raut wajah bahagianya itu. Sakura juga terlihat sangat bahagia."
Neji ikut melirik ke arah netra Shikamaru tertuju. "Aku juga tidak menyangka mereka akan menikah hari ini. Kau ingat saat dia berkata ingin menikahi Sasuke?"
Shikamaru tertawa geli. "Tentu saja, itu saat paling memalukan dalam hidupku. Mengatakan hal bodoh seperti itu."
"Kau bisa menikahinya jika kau mau. Kau bisa menikahi siapa pun jika kau sungguh-sungguh mencintai mereka," ucap Neji, sengaja meniru perkataan Shikamaru.
"Itu sama sekali tidak lucu, Neji," protes Shikamaru kesal.
Neji tertawa terbahak-bahak.
Kesal melihat wajah puas Neji, Shikamaru mencoba mengingat perkataan yang diucap pria itu dahulu. "Tidak bisa! Karena kau masih berusia 7 tahun dan belum dewasa!"
Sontak saja Neji terdiam, menatap tajam ke arah Shikamaru dengan ekspresi terkejut. "Kau masih mengingatnya?"
"Tentu saja." Shikamaru menyeringai.
Cukup lama mereka saling bertatap tajam hingga keduanya memilih untuk memalingkan wajah ke arah berlawanan. "Sangat memalukan," batin mereka bersamaan.
.
"Neji! Shikamaru!"
Shikamaru dan Neji menatapnya bingung, lalu si Nara mengucap, "Sakura? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Tentu saja aku lelah bodoh, dan kameraku mati, ponselku juga," sahut Sakura menyamankan tubuhnya di samping Shikamaru.
Kedua pria itu kembali tertawa terbahak-bahak.
"Kupikir kau akan terus berada di samping Naruto, dan Sasuke," ujar Shikamaru menaikkan sebelah alisnya.
"Menganggu kedua pengantin dengan kameramu tanpa henti," sambung Neji menggoda.
Sakura berdecak kesal dengan wajah memerah. "Ayolah, aku sangat bahagia hari ini, kalian tahu?"
"Kami sangat tahu itu Sakura," ujar Shikamaru dan Neji bersamaan.
"Lihat wajah bahagia Naruto dan Sasuke." Sakura tersenyum haru, kedua matanya sedikit memerah karena menahan air yang membendung untuk tidak menetes. "Tidak kusangka si bodoh itu benar-benar menepati janjinya."
"Sakura, lihat semua orang menatapmu aneh," bisik Shikamaru merasa terganggu.
"Aku tidak peduli! Seharusnya kau menghiburku bukan memprotesku seperti ini." Sakura menggerutu kesal.
Neji memutar bola matanya malas melihat kelakuan aneh sepasang kekasih di samping. "Pasangan yang aneh," batinnya dalam hati. Namun raut wajah malasnya tergantikan oleh senyuman tipis saat secara tidak sengaja menangkap momen di mana Naruto menarik dagu Sasuke untuk mendekat sebelum mengecupnya lembut.
"Kau benar-benar menepati janjimu, Naruto," gumam Neji pelan dengan senyuman di bibir.
.
"Kuharap kalian bahagia selamanya."
.
End
