THE ENGINEER
.
.
BarbieLuKai
.
.
STARRING : JEON WONWOO X KIM MINGYU
SUPPORT CAST : Wen Junhui; Jeon Jungkook; Lee Seokmin; Kwon Soonyoung; OC(s)
WARNING : pemakaian bahasa korea yang abal, lokasi tempat yang tak nyata, nama sekolah yang sembarangan, sesungguhnya author hanya mengarang semua ini. Older!Wonwoo ; highschooler!Mingyu; emo!Wonwoo; tengil!Mingyu.
~HAPPY READING~
.
.
.
.
Wonwoo merenggangkan tubuh. Dia melirik jam kecil di meja, waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi dan dia belum sempat memperbaiki ulang bangunan yang sedang ia kerjakan.
Ponselnya berbunyi, buru-buru ia mengangkat telepon tersebut.
"Yeoboseyo, kenapa Jun?" tanyanya dengan suara ngantuk.
Jun, di seberang sana terkekeh pelan, "Kau belum tidur?"
"Belum," ucap Wonwoo menatap kertas biru di atas meja, "kau sendiri?"
"Proyek kantor di Cheongsando terlalu rumit, lelah menghitungnya," jawab Jun diselingi tawa kecil. Wonwoo juga ikut tertawa.
"Yeah, berarti kita couple-an kantung mata besok,"
"Jangan tertidur saat rapat, Won.." mendengar titahan Jun, membuat namja berambut hitam tersebut tersenyum kecil.
"Ne, Jun. Kau juga,"
"Baiklah, aku hanya ingin memastikan apa kau masih hidup atau tidak,"
"Yak!" balas Wonwoo seraya tertawa geli, "memangnya kau! Yang setiap kena deadline persis seperti mayat hidup,"
"Ani.. Drakula tampan,"
Wonwoo menahan tawa, "Pfftt, Drakula Tampan? Lebih bagus Zombie Bodoh,"
Jun ikut tertawa juga, "Oke, selamat tidur, Emo.."
"YAK!"
Jun memutuskan sambungan, sedang Wonwoo masih terdiam di kursinya. Seenaknya saja namja Cina itu mengatainya emo! Bukan salahnya kalau dia memang suka berpenampilan begini, huh.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4, namja berambut hitam tersebut bergegas masuk selimut karena dia hanya punya waktu 4 jam sebelum rapat.
.
.
.
.
"Jeon Wonwoo, Wen Junhui, kalian bertugas menjadi pengawas selama bangunan ini dikerjakan," Presdir Jeon selaku pemimpin perusahaan kontraktor yang menjadi tempat kerja Wonwoo, menyerahkan berkas-berkas mengenai bangunan yang diawas dua sekawan.
"Tapi, Ahjussi!" bantah Wonwoo, "bukannya Wonwoo sudah menjadi pengawas di Cheongsando?"
Presdir Jeon terkekeh, "Aigoo anakku, Sehun sudah mengantikanmu duluan,"
Jun menahan tawanya melihat wajah keputus-asaan Wonwoo. Dia mengambil map tersebut, "Baik, Pak. Kapan kami akan mulai mengawas?"
"Mulai besok tentu saja, dan oh Wonwoo, kau juga bisa mengawas adik-adikmu di sekolah sebelah,"
Wonwoo meniup poninya, "Kenapa Ahjussi suka sekali memberiku dua tugas secara bersamaan?"
"Kau kan memang pantas jadi babysitter," sahut namja yang duduk di sebelahnya. Presdir Jeon mengangguk setuju. Sedangkan Wonwoo mencibir.
"Araseo, berapa bayarannya?" tanya namja berambut hitam tersebut tampak jengkel karena harus menyetujui tugas dari Presdir.
"Seperti biasa, hanya saja ada bonus bulanan lebih besar dari proyek kemarin,"
Mendengar kata bonus yang besar setiap bulan, Wonwoo mengangguk mantap.
Jun di sebelahnya mencibir, "Giliran bonus aja laju dari saklar,"
.
.
.
.
Jeon Wonwoo. Seorang engineer laki-laki lulusan Kyunghee University. Tiga tahun belajar teknik, menguasai berbagai macam pelajaran. Termasuk lulusan terbaik dan langsung ditawari pekerjaan di sebuah perusahaan besar milik pamannya sendiri.
Dia bersama Jun memang sudah dekat dari SMA. Sama-sama merantau meskipun Wonwoo memiliki sanak-saudara di Seoul. Jun berasal dari Cina, sedangkan Wonwoo dari Mokpo.
Gedung tempat ia mengawas merupakan proyek terbesar pemerintah Korea. Karena dia sudah berpengalaman, dialah yang ditugaskan oleh sang paman. Bangunan tersebut adalah mall dan apartemen yang akan menjadi bangunan terbesar di Korea, entahlah Wonwoo tidak peduli.
Dia hanya mementingkan bonus setiap bulan. Lumayan untuk liburan.
"Annyeong, Wonwoo-sshi!" para pekerja bangunan menyapa Wonwoo yang sudah datang. Namja bermarga Jeon itu tersenyum manis.
"Annyeong! Selamat bekerja!" balasnya sopan. Membuat para pekerja langsung bersemangat di hari pertama. Tsk, yang ngawas namja cantik sih, walaupun terkadang Wonwoo sebenarnya malas senyum.
Wonwoo menoleh ke sekolah di sebelah bangunan. SMA Hanlim tempat adik sepupunya sedang belajar. Dia melihat seorang siswa jangkung nan tampan menengok ke sana kemari lalu melompat ke arah gerbang yang tak terlalu tinggi.
Namja bermarga Jeon itu berniat melaporkan siswa nakal tersebut, dia berlari ke arah tembok pemisah antara bangunan dan sekolah.
"Yak! Kau terlambat ya?!" teriaknya. Siswa yang berhasil melompati pagar tersebut menoleh dan menaikkan satu alisnya.
"Apa urusanmu, Ahjussi?!" balas siswa tersebut lalu menjulurkan lidah. Sebelum Wonwoo dapat membalasnya, ia kabur dengan kecepatan super. Meninggalkan namja berambut hitam itu melongo.
"Dasar bandit kecil!" gerutunya kesal. Jun yang muncul karena mendengar ia berteriak mengerutkan dahi.
"Kenapa kau teriak-teriak?" tanyanya. Wonwoo menoleh.
"Kau juga kenapa mengagetkanku?"
Namja Cina itu mengangkat bahu, "Aku tidak mengagetkanmu,"
"Ugh," ketus Wonwoo mengusap kepalanya, "dasar bandit kecil! Bisa-bisanya dia melompati pagar,"
"Dia terlambat?" tanya Jun lagi seraya mengedarkan pandang ke arah lapangan SMA Hanlim yang sepi.
Namja bermarga Jeon itu mengangguk, "Kalau aku melihatnya lagi, akan kulaporkan pada pihak sekolah,"
Jun yang di sebelahnya tersebut mendengus, "Kau pasti sibuk terus, Won. Tidak mungkin kau akan mengurusnya,"
"Lihat saja nanti!"
"Ye, ye, serah kau sajalah.."
"Wonwoo-sshi!" seseorang memanggil Wonwoo, saat mereka menoleh ke belakang, ternyata Wakil Ketua Song yang memanggilnya.
"Ne?"
"Ada hitungan yang tidak kami mengerti, bagaimana caranya ini?"
Ketiganya larut dalam percakapan serius.
.
.
.
.
Saat jam makan siang, Wonwoo mengintip dari tembok pembatas. Beberapa siswa-siswi keluar dari sekolah untuk membeli sesuatu di luar. Termasuk adik sepupunya, Jungkook.
"Jungkook-ah!" teriaknya. Yang dipanggil menoleh ke asal suara. Namja berambut hitam tersebut melambai-lambaikan tangan.
"Hyung ngapain ke sini?" tanya Jungkook sambil memasukkan beberapa kue beras ke mulutnya.
"Memangnya Hyung nggak boleh melihatmu?" tanya Wonwoo mengerucutkan bibir.
Siswa berambut cepak tersebut mengangkat bahu, "Apa Hyung disuruh Appa untuk menjagaku dan Junyeon?" tanyanya tanpa basa-basi.
Wonwoo mencibir, "Kau ini pede sekali, memangnya aku baby-sitter kalian apa? Ngomong-ngomong, Junyeon mana?"
Jungkook menunjuk seorang siswi berambut sebahu yang sedang mengantri minuman soda. Wonwoo mengangguk-ngangguk mengerti.
Tiba-tiba namja berambut hitam tersebut menangkap seorang yang familiar. Ah ya, bocah terlambat tadi!
"Hoi Kook! Kau kenal dengan namja itu?" tanya Wonwoo membalikkan badan Jungkook.
"Siapa?" tanya Jungkook mengedarkan pandang.
"Ituu, yang berambut abu-abu," bisik Wonwoo. Jungkook mempertajam penglihatannya, kemudian ia berdecak.
"Kenal. Kim Mingyu, kelas 12 B, kenapa hyung? Suka? Mau kusalamkan?"
"Kau gila ya?!" teriak Wonwoo mengundang perhatian siswa-siswa di sekitar mereka. Kemudian, namja cantik tersebut membungkuk meminta maaf. "Jeon Jungkook, jangan berasumsi yang aneh-aneh!"
Siswa bermarga Jeon tersebut memutar matanya malas, "Aku tidak berasumsi, aku hanya berkata sejujurnya,"
"Tapi dia lumayan sih," gumam Wonwoo memandangi wajah Mingyu dari jauh. "tidak, aku tidak ngomong apa-apa!"
Jungkook mengerutkan dahi, "Hyung kenapa sih? Sudah ya, aku mau masuk kelas!"
"Yak! Tengil!" teriak Wonwoo memanggil Jungkook yang sudah berjalan ke gerbang sekolah. Sekali lagi ia diperhatikan siswa-siswa yang ada di sana, kali ini Mingyu juga ikut menatapnya sehingga mereka bertabrakan pandang.
Siswa berambut abu-abu tersebut menyunggingkan smirk, seketika ekspresi Wonwoo berubah jengkel, ia menatap tajam bocah tersebut sehingga tidak sadar Jun berada di sebelahnya.
"Kasihan anak orang ditatapin mulu!"
Namja berambut hitam tersebut menoleh, "Kau ini memang berpotensi menjadi hantu ya?"
Jun menyengir dan merangkulnya, "Aku bawa makan siang, kajja!"
Wonwoo mengigit bibir, mau tak mau ia menuruti ajakan Jun. Ketika mereka menghilang ke area bangunan, Wonwoo tidak sadar kalau Mingyu masih menatapnya.
.
.
.
.
Mingyu masuk ke kelas setelah mendengar bell berbunyi. Dia duduk di bangkunya dan langsung menutup wajah dengan buku.
"Wah," sahut Seokmin, teman sebangkunya, "ada apa gerangan dengan Prince kita ini?"
"Mungkin dia sedang jatuh cinta," balas Soonyoung menoel perut Mingyu yang langsung direspon sang pemilik.
"Kalian ini nggak ada kerjaan ya?" tanyanya kesal.
Soonyoung dan Seokmin saling berpandangan, "Kerjaan? Untuk apa? Kita masih sekolah, Min. Jangan mikirin pekerjaan dulu,"
"Apa sih.." ketus Mingyu menutupi wajahnya kembali.
"Kau sudah lihat engineer namja di bangunan sebelah belum?" samar-samar Mingyu mendengar suara gosipan. Dia berniat untuk menguping.
"Ne, ne, namanya Jeon Wonwoo bukan sih? Kakak sepupunya Jeon Jungkook,"
"Jinjjayo? Pantas saja Jungkook tampan begitu, menurun sepertinya,"
"Jeon Wonwoo-nya juga manis, waktu istirahat tadi dia mengobrol dengan Jungkook, senyumannya menggemaskan,"
Dalam hati, Mingyu menyetujui pujian tersebut.
"Pekerjaannya juga keren. Aku kira namja secantik dia akan menjadi model atau artis, ternyata malah jadi insinyur,"
"Namanya juga namja, meskipun cantik, pasti dia lebih memilih teknik dibanding busana,"
Mingyu diam-diam mengangguk.
"Woy, kau kenapa ngangguk-ngangguk gitu? Patah tulang?" celetuk Soonyoung membuat Mingyu berhenti menguping.
"Kau kenapa sih? Kepo sangat!" balas namja berambut abu-abu itu tak mau kalah. Soonyoung tersenyum mencurigakan.
"Kau menguping pembicaraan Ara dan Rahee ya?"
Mingyu memutar matanya malas, "Untuk apa aku menguping mereka?"
"Kau tertarik pada insinyur di sebelah kan?" goda namja berambut biru terang tersebut. Sedangkan namja berambut abu-abu ini hanya memicingkan mata.
"Insinyur siapa? Aku tidak mengenalnya!" balas Mingyu lagi, Soonyoung masih menatapnya dengan tatapan curiga.
"Akan kulaporkan pada Jungkook kalau kau menyukai kakak sepupunya!" Buru-buru namja berambut biru itu kabur tanpa mengacuhkan Mingyu yang emosi.
"YAK! KWON SOONYOUNG!"
Soonyoung sudah menghilang. Mingyu mengacak surai abu-abunya frustasi. 'Sialan!' batinnya jengkel.
.
.
.
.
Namja tampan berambut abu-abu yang dikenal nakal tapi pintar ini memang mengakui aura Wonwoo. Namun, hatinya mencelos saat melihat pria lain yang merangkul mesra si Engineer itu, apalagi namja tersebut sama-sama tampan dan senyumnya yang menawan. Entah mengapa, Mingyu langsung tidak percaya diri.
"Kudengar Jeon Wonwoo itu 8 tahun lebih tua dari kita," Ara memulai gosip lagi, dan Mingyu yang duduk di sekitar bangku Ara dan Rahee menajamkan pendengaran.
"Hm, dan katanya juga namja yang selalu menempel padanya itu sahabat dari SMA," tambah Rahee. Mingyu tampak terkejut sekaligus senang mendengar berita ini. Lain kali ia harus berterima kasih pada kedua yeoja tukang gosip tersebut.
"Kau benar. Namanya Wen Junhui kalau tidak salah,"
"Mereka kan alumni SMA Donggan di daerah Hongdae,"
Mingyu terus menguping pembicaraan tersebut sampai tak sadar kalau Seokmin memanggilnya terus-menerus.
"Yak! Mingyu-ya! Apa kau akan terus melamun seperti itu? Katanya mau main futsal!"
Namja berambut abu-abu itu tersentak, kemudian ia mencibir, "Dasar perusak!"
Namun, seketika ia mendapat ilham.
.
.
.
.
Main futsal sama saja melihat Wonwoo bertugas di bangunan sebelah. Karena lapangan futsal tepat berada di depan gedung sekolah dan Mingyu bisa melihat langsung gerak-gerik Wonwoo dari situ.
Benar saja. Siswa bermarga Kim tersebut bisa melihat Wonwoo yang sedang tertawa, atau sedang serius saat beberapa pekerja bertanya padanya.
BUGH
Memang orang jatuh cinta tak pernah mengenal rasa sakit.
"Yak! Mingyu-ya!"
Mingyu beranjak bangun, bola sialan! Berani-beraninya menghantam kepalanya tiba-tiba. Dia mengusap belakang kepala yang terkena bola. "Siapa yang melakukannya?"
"Mianhae, mianhae Mingyu-ya!" seorang namja berambut cokelat tampak panik. Sedangkan korban bola tersebut hanya berdecak.
"Lain kali hati-hati, Seungkwan-ah,"
Kemudian, ia melihat ke arah Wonwoo yang menatapnya sambil menaikkan alis. Wow, cantik juga meskipun tatapannya garang begitu. Seketika, Mingyu menyunggingkan smirk.
Namja berambut hitam tersebut mengalihkan pandang. Membuat Mingyu kecewa. Kekecewaannya ia lampiaskan dengan menendang bola sekuat-kuatnya.
"Yah! Kau ini kenapa sih?" tanya Soonyoung ketika Mingyu menendang bola tersebut ke arah bangunan.
Namja tampan tersebut menggaruk tengkuknya yang gatal, "Mian, mian! Aku sedang tidak beres hari ini,"
"Ambil bolanya, Gyu!" titah Jaebum gusar. Mingyu membuang napas dan berlari ke arah tembok pembatas.
"Chogiyoo.." ucap Mingyu sopan, tapi tidak ada yang mendengarkan karena sibuk dengan alat kerja di tangan masing-masing. Hilir mudik pekerja bangunan tersebut tak sedikitpun ada yang melirik Mingyu.
Siswa terpintar itu mengacak surainya frustasi. Dia langsung memanjat tembok begitu saja dan masuk ke area terlarang.
Matanya mengedarkan pandang, akhirnya ia menemukan bola itu di dekat beberapa batu bata yang tersusun rapi. Di saat ia ingin mengambilnya, sebuah suara berdeham. Dia pun menoleh.
"Kau mau apa, Bocah?" tanya Wonwoo menyilangkan lengan. Namja tampan tersebut menatapnya, kemudian mengambil bola yang tergeletak.
"Mau mengambil ini, Ahjussi, kenapa memang?"
Mingyu bisa melihat raut wajah Wonwoo yang berubah emosi. Sementara ia hanya diam menatapi namja tersebut malas.
"Yak! DASAR TENGIL! KAU MAU KULAPORKAN KE GURU, HAH?"
"Aku kan ke sini hanya ingin mengambil bola," balas Mingyu tidak mau kalah.
Obsidian Wonwoo melebar marah, "Seharusnya kau meminta bantuan! Bukan seenaknya manjat kayak tadi!"
Mingyu mengangkat bahu, siap untuk pergi ke lapangan lagi karena sedang ditunggu tapi wajah Wonwoo yang emosi begini membuatnya merasa terhibur.
"Kau mau lari ke mana, Bocah?!"
"Aku ingin main bola, Ahjussi! Annyeong~!" pamitnya langsung memanjat lagi.
"YAK!" teriak Wonwoo pada sosok tersebut yang menendang bola ke arah teman-temannya. Lalu mereka main lagi seperti tidak ada Wonwoo di antara mereka.
"Lihat saja kau bocah, kau akan mati di tanganku!" desis Wonwoo seraya mengepalkan tangan kuat-kuat.
"Siapa yang akan mati?" tanya Jun muncul di sampingnya, "kau ini malah pergi ke sini, seharusnya kan di kantor,"
Namja berambut hitam tersebut mendelik kejam, "Aku harus memberi pelajaran pada bocah tengil itu!"
"Bocah tengil yang mana?" tanya namja Cina sambil mengedarkan pandang ke siswa-siswa yang sedang bermain bola.
"Yang berambut abu-abu itu!" tunjuk Wonwoo. Jun menepis lengan Wonwoo lembut.
"Tidak baik menunjuk orang, Won,"
Sedangkan Wonwoo langsung mengerucutkan bibir. Benar juga kata Jun.
"Kelihatannya baik," jawab namja tampan tersebut melirik padanya. "kau kan suka brondong, memang.."
Namja cantik itu refleks memukul Jun keras. "Sekali lagi kau ngomong gitu, akan kusiram kau dengan semen panas,"
Jun menyengir, "As you wish, Prince Emo. Kajja! Ada beberapa hal yang harus didiskusikan," namja itu merangkul Wonwoo yang ogah-ogahan.
Kali ini Wonwoo sempat menoleh ke lapangan, dan ia bisa melihat tatapan cemburu dari Mingyu. Awalnya dia ingin memastikan apakah bocah tengil itu memang menatapnya, tetapi Jun keburu menariknya masuk ke dalam.
Kim Mingyu cemburu? Bahkan Jeon Wonwoo saja tidak ingin ambil pusing.
.
.
.
.
To be continued
Terima kasih sudah membaca ^^ ditunggu reviewnya :D
