"Sebuah Kata Maaf Yang Tak Terucapkan"

By:Hikary Cresenti R4v3ni4

730

Disclaimer : Bleach itu tetap akan jadi milik Tite Kubo

Rated : T

Genre :Hurt/comfort,Tragedy,Angst a bit,dan sebagainya

Warning :Chara death, OOC, bahsa Gaul, mistypo

Summary : Seandainya saja aku bisa menghentikan waktu,akan ku hentikan. Meski hanya sedetik saja, itu sudah cukup. Seandainya saja ada yang bisa mengabulkan permintaanku, aku hanya ingin agar kau tetap berada sisi ku.

Enjoy my Fic!

.

.

.

"Anak Punk. Kalau ditanya pasti banyak yang bilang kalau mereka itu hanya sekelompok anak-anak bandel yang suka bikin ulah di mana-mana. Dari penampilan saja sudah jelas terlihat, kalau mereka itu anak yang nggak baik. Namun apakah kita tau, kalau mereka sebenarnya tidak separah itu? Meskipun penampilan mereka mencolok namun belum tentu kan, kalau mereka itu jahat? Mereka ini umumnya para anak-anak dari keluarga konglomerat,yang bisa di katakan bahwa bapaknya adalah Direktur dari sebuah corporation yang sangat ternama. Dan siapa juga yang akan mengira jika bapaknya direktur sukses yang sangat dikagumi dan di hormati itu ternyata mempunyai anak-anak yang merupakan pembuat onar, masalah, dan sebagainya. Namun, penyebab itu semua berasal dari si orang tua sendiri, karena mereka terlalu sibuk untuk bekerja, bekerja dan bekerja sehingga anak-anak mereka sedikitpun tidak di perhatikan. Masih mendingan jika hanya ayah atau ibu mereka saja yang sibuk, tapi bagaimana kalau keduanya? Alhasil si anak menjadi tidak terperhatikan dan saran saya,semoga para orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya sesibuk apapun itu. Dan untuk kita semua, kita jangan menilai seseorang baik atau buruknya dari penampilan saja, namun nilailah dari tindakannya. Hal yang berkesan bagi saya tentang anak punk itu adalah kesetiaan pada teman-temanya, jarangkan di antara kita yang bisa bersikap seperti itu? bahkan kebanyakan dari kita lebih cenderung untuk menusuk seseorang dari belakang ataupun menjadi musuh dalam selimut. Sekian persentasi saya tentang karya ilmiah yang berjudul anak-anak Punk." kata seorang cewek berambut hitam pendek, dengan mata violet, Kuchiki Rukia seraya membungkuk sopan.

'Hhh pasti biasa-biasa aja, mungkin bakalan banyak kritik-kritik pedas neh,' kata Rukia dalam hati seraya menghela nafas.

Tiba-tiba tepuk tangan bergemuruh di ruangan tersebut, jujur saat itu Rukia tidak pernah berfikir kalau karya ilmiahnya akan dihargai seperti ini, tapi ini semua berkat dia. Dia yang telah tenang di alamnya. Lalu Rukia kembali ke tempat duduknya.

"Wah, selamat ya, Rukia," kata seorang cowok dengan rambut ungu kehitaman dan mata bewarna hijau, Kaien Shiba Muguruma.

"Sama-sama, Kai." kata Rukia tersenyum.

"Oh ya, nanti siang jadikan?" tanya Kaien.

"Pasti dong, aku harus berterimakasih padanya, karena ini semua berkat dia," kata Rukia tersenyum.

.

.

.

Saat Pulang sekolah

Kaien Pov`s

"Rukia, ayo,"kataku.

"Iya," ujar Rukia lalu menyusulku.

Setelah membeli 2 ikat Bell Flower bewarna Violet, kami langsung pergi ke pemakaman untuk berziarah.

"Jujur, tak terasa sudah seminggu ya semenjak kepergianya," kata Rukia memulai pembicaraan.

"Iya," ujarku lagi.

"Kai, lo nggak usah sedih ya, gue bakal berada di samping elo. Lagipula apa lo mau di ejek sama dia karena cengeng?" kata Rukia sambil tersenyum.

"Iya, makasih. Ck! Tentu saja tidak," kata ku tersenyum.

Siang ini matahari tidak begitu terik, karena cuaca agak mendung. Meskipun belum ada tanda-tanda hujan akan turun, hanya angin sepoi-sepoi yang bertiup dengan lembut, sama seperti Dia. Dia yang selalu dapat menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

"Hah, kenapa kau malah menangis?" tanya Rukia seraya memperhatikanku.

"Siapa yang nangis? Kelilipan nih!" bantahku seraya mengusap mataku, tapi sebenarnya aku masih belum merelakan kepergiannya. Mungkin kalian penasaran siapa dia ini. Dia adalah"Hisagi Shuuhei Muguruma", anak dari direktur Muguruma corp dan adiknya ku yang meninggal seminggu yang lalu. Sampai sekarang aku masih belum bisa melupakanya.

Lalu kami terdiam, mengingat kenangan tentang Hisagi.

End Of Kaien Pov`s

Flash back...

"Ruki, kau yakin mau mengambil tema itu?" tanya Kaien kaget.

"Ya iyalah, emang kenapa?" tanya Rukia yang menatap bingung dengan ekspresi terkejutan sahabatnya ini.

"Nggak. Tapi itu kan berbahaya, aku hawatir jika terjadi sesuatu padamu," kata Kaien.

"Udah, tenang saja. Begini-begini aku kan ahli karate jadi nggak usah hawatir deh," kata Rukia seraya tersenyum.

"Ya baiklah, kalau terjadi sesuatu langsung telepon ya," kata Kaien masih menatap Rukia dengan pandangan hawatir.

"Oke, aman," kata Rukia seraya tertawa.

Gadis ini adalah Kuchiki Rukia, gadis bangsawan dari keluarga Kuchiki. Ia bersekolah di SMU Karakura, kelas 2 SMA. Demi nilai karya ilmiah, dengan terpaksa sekarang ia pergi ke gang-gang tempat biasanya berkumpul para anak punk. Namun sepertinya hari ini dia tidak melihat satupun.

'Aneh, kok nggak ada? Biasanya ada, apalagi kalau gue lagi gak butuh,' gerutu Rukia di sepanjang perjalanan.

Rukia terus melanjutkan perjalananya untuk mencari anak punk tersebut. Tiba-tiba ada sekelompok preman menghampirinya

"Manis, mau kemana? Main sama abang yuk," goda salah satu preman itu seraya tertawa.

Rukia tetap cuek dan melewati orang-orang tersebut. Tiba-tiba salah satu dari mereka menangkap dan menarik tanganya.

"Manis, jangan pergi dulu dong," kata preman yang ke dua. Tercium bau alcohol yang menjijikkan dari para preman tersebut.

"Lepasin gue!" teriak Rukia seraya membanting orang tersebut.

"Wah, galak juga neh," kata Preman ke tiga

"Tapi gue suka neh," kata preman pertama

Lalu mereka bertiga segera menangkap Rukia lalu membawanya ke sudut gang. Meskipun Rukia memberontak dengan menendang dan memukul, namun sedikitpun para preman tersebut tidak bergeming dan terus menyeret tubuh mungil Rukia.

"Lepasin gue!" teriak Rukia seraya memberontak

"Aduh, manis tenang aja, ya," kata preman ke dua lalu menggunakan pisau untuk menyobek baju Rukia.

"Wow, mulus neh," ujar Preman ke tiga seraya berdecak kagum.

"Lepasin gue! Tolong! Tolong!" teriak Rukia.

"Udahlah manis, percuma nggak ada yang bakalan nolongin lo," kata preman pertama seraya tertawa.

Dalam hati terlintas penyesalan, seandainya saja tadi dia meminta Kaien untuk menemaninya, pasti tidak akan seperti ini. Tapi tidak ada gunanya juga menyesal sekarang.

Tiba-tiba

BUAK!

Sebuah bunyi hantaman cukup keras terdengar tepat di belakang Preman ke dua, sehingga ia langsung terhempas ke tanah.

"Woi, lo kenapa! Siapa lo!" kata preman ke tiga lalu berbalik.

Seorang cowok dengan baju kaos hitam tanpa lengan, kaca mata hitam, serta celana Jeans hitam, sepatu skets hitam dan jaket melilit di pinggangnya, muncul seraya tersenyum miris..

"Mau apa lo bocah!" kata preman ke tiga.

"Serahkan perempuan itu," kata cowok itu tersenyum sambil melepaskan kacamatanya lalu menunjuk Rukia dengan telunjuknya.

"Enak aja! Jangan harap!" kata preman ke tiga lalu menyerang cowok tersebut, dengan mudah ia menghindar dan mematahkan tangan orang itu lalu menendangnya sehingga preman tersebut membentur dinding gang.

"Cih! Bocah tengik! Rasain nih!" kata preman pertama lalu menendangnya, dengan mudah ia menangkap kaki orang itu lalu membantingnya ke tanah.

"Masih mau melawan lo!" bentak cowok itu seraya menatap tajam para preman tersebut.

"Ampun mas, ampun," kata para preman ketakutan.

"Dasar! Awas kalau lo berani muncul lagi di sini! Gue habisin lo!" ancam cowok itu lalu melepaskan para preman itu. Setelah preman-preman itu kabur ia segera menghampiri Rukia.

"Loe ngak apa-apa?" tanya cowok itu.

"Gue nggak apa-apa, makasih ya," kata Rukia seraya memperbaiki penampilannya.

"Dasar, apa loe nggak tau tempat ini berbahaya?" tanya cowok itu lagi dengan nada bingung.

"Gue tau,tapi.."

"Dasar, cewek zaman sekarang. Emang loe mau ngapain disini?" tanya cowok itu penasaran.

"Gue mau nyari anak punk," kata Rukia.

"Eh,apa? Gue gak salah denger? Emang untuk apa?" tanya cowok itu kaget.

"Bukan urusan lo!" kata Rukia lalu menampar cowok itu, dan pergi dari tempat itu.

"Aduh, sakit woi! sialan gue dikacangin!" kata cowok itu kesal seraya mengusap pipinya yang terkena tamparan itu.

Lalu pria itu beranjak dan berniat akan pergi namun langkahnya terhenti saat ia melihat sebuah dompet bewarna merah.

"Nih pasti dompet tuh cewek, dasar! kepaksa gue susul." kata Cowok itu lalu mengejar Rukia yang telah pergi.

.

.

.

Setelah beberapa saat melewati gang-gang kecil itu, ahirnya Rukia berhasil mencapai ujung gang yang berhubungan dengan jalan raya.

"Loh, dompetku kemana? Aduh,jangan-jangan jatuh nih? Hp ku juga disitu lagi, kalau balik nanti.." kata Rukia ragu-ragu seraya berfikir keras. Apakah ia harus kembali atau tidak.

Hingga tiba-tiba terdengar suara yang cukup familiar di telinganya,

"Woi! Cewek!"

Saat menoleh kebelakang ia melihat cowok yang tadi berlari ke arahnya.

"Apa lagi?!" tanya Rukia agak ketus.

"Gue mau ngebalikin dompet lo," kata cowok itu.

"Eh,makas-"

Belum sempat Rukia menerima dompetnya, cowok itu langsung mengambil dompet itu lagi, sehingga Rukia merasa agak kesal.

"Eits, tunggu dulu. Kasih tau dulu kenapa lo nyari anak-anak punk, baru gue balikin nih dompet," kata cowok itu lagi.

"Hhh… dasar, iya-iya gue cerita. Gue nyari anak punk buat wawancara untuk tugas karya ilmiah gue," kata Rukia.

"Oh… jadi lo mau buat supaya mereka makin tersisih gitu? Biar mereka tambah disiksa sama keluarganya?" tanya cowok itu dengan nada sinis.

"Ya nggak lah! gue cuma pengen membuka mata orang-orang di sekitarnya, supaya mereka dapat perhatian lebih bukan di jauhin," kata Rukia.

Cowok itu terdiam sesaat lalu kembali terkekeh.

"Oh begitu. Ya udah, nih dompet lo. Gue pergi dulu," kata cowok itu.

"Tunggu dulu," ujar Rukia seraya menarik tangannya.

"Ada apa lagi? gue kan udah balikin dompet lo," tanya cowok itu bingung.

"Gue mau tanya siapa nama lo," kata Rukia.

"Eh, untuk apa? Mau dimasukin di karya tulis lo lagi?" tanya cowok itu.

"Ya nggak lah! kalau lo nggak mau bilang juga gak apa-apa," kata Rukia cemberut.

"Hhh… iya deh, nggak usah ngambek gitu. Gue Hisagi Shuuhei, lo?" tanya Hisagi balik.

"Gue Rukia, Kuchiki Rukia," kata Rukia seraya tersenyum.

"Oh begitu, berarti lo anak bangsawan keluarga Kuchiki itu ya?" tanya Hisagi.

"Ya begitulah, ya udah gue pulang dulu, Hisagi-san." kata Rukia pamit lalu berlalu.

"Hei! Tunggu dulu," kata Hisagi.

"Eh, ada apa?" tanya Rukia bingung.

"Nih pake jaket gue," kata Hisagi sambil menyerahkan jaket hitamnya.

"Eh, tapi… " kata Rukia.

"Udah pakai aja, gue nggak mau terjadi sesuatu sama lo," kata Hisagi.

"Oke deh, oya nomor Hp lo berapa? Biar bisa gue balikin nih jaket," kata Rukia

"085835514469," kata Hisagi.

"Oke, makasih banyak Hisagi, gue pulang dulu," kata Rukia pamit.

"Yep, sama-sama Ruki. " kata Hisagi tersenyum.

.

.

Untungnya saat Rukia pulang tidak ada orang di rumah, coba saja kalau ada pasti ia diceramahin selama berjam-jam.

"Hhh… sia-sia deh hari ini. Eh… tunggu dulu cowok yang tadi itu, jangan-jangan dia anak punk? Tapi kog warna rambutnya nggak mencolok? Malahan jauh mencolok rambutnya Renji deh, tapi kenapa dia mirip dengan Kaien? Hanya saja di pipi kananya ada bekas luka dan di pipi kirinya ada tatoo 69. Jangan-jangan dia memang Kaien yang nyamar karena hawatir? Aduh membingungkan," gumam Rukia.

Lalu ia memperhatikan jaket hitam tersebut.

"Kenapa ada angka 69 lagi? Dia ini maniak banget ya sama angka 69, dasar aneh. Tapi kalau dia memang Kaien, matanya harusnya kan hijau, cowok tadi matanya kan abu-abu? Tapi kan bisa pakai kontak lens. " gumam Rukia makin bingung.

I just wanna Change...

Tiba-tiba Hp Rukia pun berbunyi, ia segera meraih hpnya tersebut dan membuka pesan yang tertera di layar hpnya itu.

"Eh, ada SMS loh ini kan nomor Hisagi? tau dari mana dia nomorku?" kata Rukia bingung.

Sesaat Rukia akan membalas pesan SMS tersebut, terdengar sebuah nada dering panggilan yang juga berasal dari Hpnya. Maka ia pun segera mengangkatnya.

"Ya halo?" ujar Rukia.

"Halo ,Ruki, lo udah sampai rumah?" tanya Hisagi dari telepon.

"Udah, lo tau dari mana no gue?" tanya Rukia.

"Oh itu dari kartu nama lo," kata Hisagi.

"Jadi lo membongkar dompet gue?" tanya Rukia kaget.

"Bukan gitu maksud gue, tapi gimana lagi. Gue pikir gue nggak bakal ketemu sama lo. Makanya kalau emang nggak ketemu, gue antarin aja dompet lo atau kalau nggak gue telpon," kata Hisagi.

"O gitu, ya udah gak apa-apa. Oh ya ngomong-ngomong lo anak punk ya?" tanya Rukia.

"Iya, emang kenapa?" tanya Hisagi.

"Kenapa lo gak bilang dari tadi?" tanya Rukia keki.

"Hehehe sorry, deh," kata Hisagi.

"Ya sudah, besok kita bisa ketemuan nggak di Cafe Star," tanya Rukia

"Oke deh. Ya udah gue masih ada kerjaan, Jya-nee." kata Hisagimemutus sambungan telepon tersebut.

"Dasar ," keluh Rukia.

Hisagi Pov`s

Hari yang cukup melelahkan, aku baru saja pulang ke rumah. Dan sesuatu yang tidak terkira karena bisa bertemu dengan salah satu teman atau lebih tepatnya sahabat Kai-nii. Mungkin dia bisa menolong Kai-nii. Semoga saja deh.

End Of Hisagi Pov`s

.

.

.

Keesokan harinya saat pulang sekolah

"Sorry telat," kata Rukia menghampiri Hisagi.

"Ya udah, nggak apa-apa. Emang lo mau nanya apaan?" tanya Hisagi.

"Gimana lo bisa jadi anak punk?" tanya Rukia to the point.

"Eh… maksud lo?" kata Hisagi bingung.

"Ya, habisnya lo kayak anak baik-baik tuh. Nggak kayak anak punk pada umumnya yang mencolok banget," kata Rukia yang sukses membuat Hisagi tertawa dengan pertanyaan polos Rukia tersebut.

"Hahaha dasar, padahal semua orang bilang gue ini mah bangsat, keparat dan sebagainya," kata Hisagi seraya tertawa "Dan elo orang pertama yang bilang gue bertampang alim," sambungnya lagi masih menahan tawa.

"Tapi, gue yakin lo bukan orang kayak gitu kog," kata Rukia seraya menatap iris abu-abu Hisagi, yang membuat Hisagi salah tingkah dan rona kemerahan menghiasi pipinya.

"Lo berlebihan," kata Hisagi lalu meneguk teh hijaunya untuk menyembunyikan blushing.

"Jadi, lo cerita dong," ujar Rukia.

"Gini sebenarnya bokap gue punya perusahaan bisnis, dulunya sih emang perusahaan menengah. Tapi sekarang udah jadi perusahaan gede. Karena penasaran gue selidikin ternyata, bokap gue make dukun-dukunan gitu, untuk memajukan perusahaanya," jelas Hisagi.

"Eh… ?"

"Ya gue memang belum terkena dampaknya, tapi abang gue udah. Apalagi abang gue itu peka banget deh sama mahluk-mahluk halus gitu," sambungnya lagi.

"Maksud lo?" tanya Rukia penasaran.

"Ya kalau diluar sih, dia akan bersikap biasa-biasa aja. Tapi kalau udah di rumah, ia jadi pemurung banget, udah gitu dia sering teriak-teriak gak jelas," kata Hisagi

"Astaga, emang abang lo siapa?" tanya Rukia makin penasaran saat mendengar cerita Hisagi.

"Abang gue Kaien, Kaien Shiba Muguruma," kata Hisagi.

"Eh… jadi lo adiknya Kaien?" kata Rukia kaget.

"Iya, begitulah, lo kenal?" tanya Hisagi.

"Ya kenal dong, dia itu teman gue di sekolah. Pantesan lo mirip banget sama dia," kata Rukia.

"Ya begitulah. Oh ya Ruki boleh gue minta tolong?" tanya Hisagi.

"Eh, apaan?" tanya Rukia.

"Tolong lo bantu abang gue, biar dia gak stress lagi. Mungkin cuma elo yang bisa ngelakuin ini. Soalnya gue gak bisa, setiap gue dekat aja,dia udah marah-marah. Jujur gue takut jadi tolong ya, Ruki. Gue mohon banget,please, kalau perlu gue mau kog berlutut sekarang dihadapan lo," kata Hisagi.

"Udah,nggak usah segitunya. Tentu aja bakal gue tolong." kata Rukia.

"Aduh, makasih ya, Ruki. Ya udah tugas karya ilmiah lo biar gue beresin deh," kata Hisagi

"Eh, tapi.."

"Udah nggak apa-apa," kata Hisagi.

"Tapi gue nggak tau, rumahnya dimana," ujar Rukia lagi.

"Tenang aja, biar gue antar," kata Hisagi.

"Ya udah ayo pergi sekarang," kata Rukia.

"Oke,ayo,"ujar Hisagi lalu beranjak dari tempat duduknya, diikuti oleh Rukia.

Setelah itu mereka langsung menuju ke Rumah Hisagi dengan motor Hisagi

"Berarti bapak lo, Kensei Muguruma ya?" tanya Rukia di sepanjang perjalanan.

"Ya begitulah," jawab Hisagi singkat.

"Pantas gue pernah liat tatoo 69 lo itu," kata Rukia tertawa.

"Nah, kita sampai," kata Hisagi lalu memarkirkan motornya.

Setelah turun dari motor, mereka segera masuk ke Rumah dan menuju ke kamar Kaien.

"Kai-nii, Kai-nii," ujar Hisagi seraya mengetuk pintu kamar kakakknya.

Namun Hisagi langsung mundur saat tongkat kendo melayang keluar dari kamar Kaien, Rukia yang berada di sana juga ikutan kaget.

'Gila si Kaien, masa lempar-lempar sembarangan gini,kan bahaya,' kata Rukia dalam hati

"Apalagi, His! Lo rewel banget! Lo mau gue habisin juga?!" bentak Kaien seraya menghampiri adiknya dan mengangkat kerah baju Hisagi.

"A-Ampun Ka-Kai-nii," kata Hisagi ketakutan.

"Kai! Lo kenapa! tega bener lo!" kata Rukia seraya membentak Kaien.

"Eh, Ruki? lo ngapain disini?".tanya Kaien kaget.

"Emang gue gak boleh kesini?" tanya Rukia.

"Boleh lah. Hisa ! cepat lo bikin minum," kata Kaien lalu melempar adiknya itu.

Rukia makin kaget dengan kesadisan Kaien pada adiknya itu.

"Iya, Kai-nii." kata Hisagi lalu berdiri dan pergi ke dapur.

"Kai! Lo sadis banget sama adek lo sendiri!" bentak Rukia.

"Udah deh. Lo ngak tau apa-apa. Lagi pula gue nggak pernah nganggap dia sebagai adik gue. Untuk apa punya adik seperti itu, bikin malu aja!" kata Kaien ketus.

"Tapi Kai, diakan adik lo juga," kata Rukia.

"Udah, nggak usah bahas dia. Karya ilmiah lo gimana?" tanya Kaien mengalihkan pembicaraan.

"Ya, udah gue kerjain separuh," kata Rukia

"Wah, hebat juga lo," kata Kaien

"Ano… Kai-nii ini minumanya," kata Hisagi seraya meletakkan minuman tersebut.

"Dasar bego! Udah gue bilang gue bukan kakak elo!" bentak Kaien seraya menolak Hisagi sehingga ia terjatuh menghempas ke lantai.

"Maaf Kai-nii," kata Hisagi sambil meringis.

"Udah berapa kali gue bilang! Lo bukan adek gue! Ingat lo gak bakalan bisa jadi adek gue! Adek gue cuma Ichigo! Lo gak bakalan pernah bisa ngegantiin dia! ingat itu! Lo hanya pembantu!" maki Kaien lagi.

"Ampun… gue minta maaf," kata Hisagi.

"Udah! keluar lo! sekarang!" bentak Kaien seraya mengangkat Hisagi lalu membantingnya keluar.

Jujur Rukia merasa kasihan sama Hisagi, sangat kasihan. Tapi ia kagum karena ia masih bisa tersenyum dan bersikap seperti tidak ada apa-apa. Lalu ia mendengar Hisagi yang dibentak-bentak lagi.

"Hisa! bukanya udah gue bilang! Cepat buka pintu! Dasar tak berguna!"

"Maaf oto-maksud saya Muguruma-sama,"kata Hisagi

"Dasar! Maaf, Byakuya ayo,"kata Kensei

"Iya," ujar Byakuya.

Setelah Kensei berlalu Byakuya segera mengahampiri Hisagi

"Hisagi? Kau tidak apa-apa?" tanya Byakuya

"Eh, paman Kuchiki, aku tidak apa-apa kog paman." kata Hisagi seraya menyeka darah disudut bibirnya

"Ya baiklah, aku masuk dulu," kata Byakuya lalu berlalu

'Kenapa Kensei menyiksa Hisagi seperti ini? Dulu kan dia sayang banget sama Hisagi makanya, dia ngasih tatoo 69 di pipi kirinya,' kata Byakuya dalam hati kemudian berlalu.

"Hisa, lo nggak apa-apa?" tanya Rukia hawatir seraya menghampiri Hisagi.

"Tenang aja, Gue gak apa-apa kog," kata Hisagi tersenyum.

"Apanya yang gak apa-apa,His?! Ada apa sebenarnya? Gue gak ngerti," tanya Rukia.

"Udahlah, asalkan semuanya kembali seperti semula, gue rela ngelakuin apapun. Dan maaf soal cerita gue tadi, gue bohong," kata Hisagi pelan.

"Bohong? Maksud loe apa?" tanya Rukia bingung.

"Itu… "

"Hisagi!" Sorak Kensei

"Ya udah, Ruki gue pergi dulu," kata Hisagi beranjak lalu pergi

'Hisagi, kasihan bener lo. Loh , apa ini? Darah? Apa dia terluka?' kata Rukia hawatir

Hisagi Pov`s

'Sial,nafas gue sesak...pandangan gue mengabur,Sial!Gue gak boleh gini,gue harus bertahan!'Kata ku dalam hati,sambil mengambil obat dalam saku celana dan meminumnya. Lalu segera menghampiri ayahku.

"Ini minumanya, Muguruma-sama, Kuchiki-sama," kataku seraya meletakkan minuman tersebut di meja.

"Hisagi, kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" tanya Byakuya

"Saya tidak apa-apa, saya pamit dulu," kata ku lalu keluar dari ruangan itu.

'Sial, Hhh… nafas gue makin sesak. Pandangan gue juga makin mengabur, kepala gue sakit,' Rintih ku. Lalu dengan sisa-sisa tenaga aku pun membuka pintu kamar dan pingsan setelah berada di tempat tidur.

End Of Hisagi Pov`s

.

.

Rukia Pov`s

"Kai! Gue gak ngerti sama lo, dulu lo sering cerita betapa berharganya Hisagi itu bagi lo, tapi kenapa sekarang lo sisksa dia sampai begitu?" tanya ku bingung.

"Udahlah, loe nggak ngerti! Gara-gara Hisa, Ichi adek gue meninggal!" kata Kaien dengan nada ketus.

"Eh, apa? Bukanya adik lo cuma Hisa aja?" kata ku kaget

"Ya nggak lah, gue punya adek satu lagi si Ichigo. Dia itu patuh banget sama gue. Tapi dia meninggal karena Hisa yang ngebunuh," kata Kaien

"Eh… apa?! Itu gak mungkin Kai! Meski gue baru ketemu tapi gue yakin dia gak seperti itu, masa lo nggak percaya sama adek lo sendiri?!" bentak ku

"Tapi, itu kenyataan. Ichi sendiri yang sering cerita ke gue kalau Hisa sering ngebully dia," kata Kaien

"Nggak nyangka gue, masa lo gak tau tentang adek lo sama sekali!" kata ku kesal lalu keluar kamar

'Dasar,Kaien bego! Ichi? aneh? biasanya itukan untuk anak yang lahir pertama, masa anak terahir di kasih nama Ichi?' kata ku bingung

'Loh…ini kamar Hisagi,ya? Mending gue tanya sama dia dulu deh,'gumamku

"Hisa, His… Eh, nggak terkunci," kata ku lalu masuk ke kamarnya.

'Gila keren banget kamarnya. Rapi,tapi kenapa dengan aura kamarnya ini? kenapa sepertinya penuh kesedihan?' gumamku seraya memperhatikan ruangan tersebut. Sebuah kamar di cat bewarna ungu yang eksotis, namun lebih terasa kental kesan penderitaan dan kesedihan yang tiada ahir.

Lalu Aku menghampiri Hisagi yang terbaring di tempat tidur.

"Hisa, His… Dasar dia malah tidur," gerutuku.

" … Siapa yang tidur," kata Hisagi yang tiba-tiba bangun.

"Sorry gue masuk, tanpa ketok dulu," ujarku seraya merasa bersalah.

"Udah nggak apa-apa," kata Hisagi.

"Oh ya ngomong-ngomong gue mau tanya nih. Emang lo punya adik, His?" tanya ku.

"Adik? sepupu? Adik angkat atau kandung?" tanya Hisagi.

"Buset, banyak bener kategorinya, maksud gue adek kandung," kata ku.

"Kalau adek kadung gue nggak punya, kan gue anak terahirdan paling kecil. Ah, elo katanya lo teman abang gue dari kecil masa gak tau?" tanya Hisagi.

"Nggak, gue hanya denger dari Kaien katanya dia punya daek yang dibawah lo, namanya.."

"Ichigo, kan," desis Hisagi pelan

"Iya, lo tau?" tanyaku.

Tiba-tiba saja ekspresinya yang tadinya agak ceria, kini berubah menjadi agak murung.

"Ya tau lah, gara-gara dia, Kai-nii udah gak pernah merhatiin gue lagi. Padahal dia itu dulunya teman gue, tapi udah meninggal karena kecelakaan. Waktu gue sama temen gue yang anak punk pergi konvoi. Lo tau gue sakit hati sama dia. Apalagi, Kai-nii lebih sayang ke dia, dari pada ke gue dan dia lebih percaya apa yang dikatakannya, tapi terserah lo mau percaya atau nggak, karena di sini nggak ada yang percaya cerita gue. Kecelakaan itu, bukan kemauan gue. Gue juga gak tau, saat itu gue berusaha untuk nolongin dia, tapi takdir berkata lain dan dia gak tertolong. Sebagai teman gue, tentu sedih karena kehilangan teman gue. Tapi lo tau setelah itu Kai-nii selalu nyalahin gue, bukan hanya Kai-nii, Dad dan Mom juga. Hanya abang angkat gue,si Kusaka yang percaya sama gue. Karena itu gue minta bantuan elo, gue tau dari Kai-nii kalau elo sahabatnya dari kecil, makanya gue…" gumam Hisagi seraya menunduk.

"Lo yang sabar ya, His. Tenang aja gue pasti ngebantuin lo kog," kata ku seraya tersenyum.

"Thanks ya, Ruki…" kata Hisagi sambil menghela nafasnya

"Lo kenapa, His?" tanyaku kaget saat melihat raut wajahnya yang bisa dibilang pucat itu.

"Gue, nggak apa-apa kog, Ungh…"

Tiba-tiba Hisagi langsung pingsan.

"Astaga,His, Hisa, Bangun His!" kata ku seraya mengguncangkan tubuh Hisagi, namun ia tidak bergeming.

End Of Rukia Pov`s

Tiba-tiba Byakuya yang lewat kaget mendengar suara Rukia, ia pun langsung menghampirinya.

"Rukia? Ada apa? Loh Hisagi kenapa?" tanya Byakuya kaget

"Nggak tau, Dad. Tiba-tiba dia pingsan," ujar Rukia.

"Ya udah ayo, bawa dia ke RS," kata Byakuya.

Tiba-tiba Hisagi tersadar.

"Gue nggak apa-apa kog, sorry bikin lo hawatir," kata Hisagi

"Aduh, His ayo ke Rumah Sakit," kata Rukia hawatir.

"Gue nggak apa-apa, kecapean aja," kata Hisagi.

"Tapi..."

"Udahlah, gue ini anak punk. Anak punk itu gak boleh sakit," kata Hisagi nyengir.

"Hhh dasar, ya udah lo istirahat aja deh," kata Rukia.

"Mmmh… Iya," gumam Hisagi lalu berbaring di tempat tidurnya.

"Ya udah, gue pulang dulu ya, His. Kalau ada apa-apa lo telpon gue ya," kata Rukia.

"Iya," gumam Hisagi pelan.

Lalu Rukia pun keluar dari kamarnya.

"Loh, Ruki? Lo ngapain disini? " tanya seorang pria berambut Raven hitam,Kusaka Soujirou. Kapten basket di SMA Karakura, bisa dibilang dia ini benar-benar atletik professional dan berbakat.

"Eh, Kusaka, nggak gue hanya mau ngucapin terimakasih aja sama Hisagi. Karena udah nolongin gue," kata Rukia.

"Oh gitu," ujar Kusaka, lalu segera masuk ke kamar Hisagi.

Rukia yang penasaran pun menguping pembicaraan mereka

Kusaka Pov`s

"Shu, lo nggak apa-apa?" tanyaku hawatir.

"Gue nggak apa-apa kog, Kusa-nii," kata Hisagi.

"Apanya? ayo hari ini lo harus cek ke dokterkan?" ujarku lagi..

"Udah, lo berlebihan Nii-san. Gue nggak apa-apa kog," kata Hisagi tersenyum.

"Dasar, sok kuat lo, Shu. Udah, mending lo tinggal sama gue aja,ya." Kataku lagi.

Jujur aku benar-benar prihatin dengan keadaan Hisagi yang semakin lama semakin buruk karena siksaan dari keluarganya itu.

" Makasih, Nii-san, tapi gue nggak bisa ngebiarin Kai-nii begini," kata Hisagi seraya menggelengkan kepalanya.

"Dasar! untuk apa lo peduliin dia? Emang dia pernah peduli sama lo? nggak kan. Untuk apa juga lo peduli sama dia, Shu?" tanyaku penuh penekanan.

"Ya, mau gimana lagi. Meski apapun yang terjadi dia tetap abang kandung gue, jadi gue gak mungkin ninggalin dia atau ngebenci dia," kata Hisagi.

Aku hanya menghela nafas. Jujur aku benar-benar iri dengan Hisagi yang selalu membangga-banggakan abangnya itu. Padahal tetap saja Kaien tidak pernah peduli dengannya.

"Hisa!" kata Kaien yang tiba-tiba masuk

"Eh,Kai-nii ada ap-"

"Kai, apa lagi mau lo! Belum puas lo nyiksa dia! Atau kalau dia udah mati lo baru puas!" bentak ku ketus seraya menatap tajam Kaien.

"Diam lo Kusa! Lo nggak tau apa-apa!" bentak Kaien tak mau kalah.

End Of Kusaka Pov`s

"Nggak tau apa-apa lo bilang?!Yang nggak tau apa-apa itu elo, Kai! Mana ada abang yang nyiksa adiknya sendiri!" maki Kusaka lalu meninju Kaien shingga membuatnya tersungkur.

"Kai-nii, lo gak apa-apa?" tanya Hisagi hawatir lalu menghampiri Kaien.

"Shu, untuk apa lo hawatirin orang kayak dia!" bentak Kusaka lagi.

"Udahlah, Kusa-nii jangan begitu. Lo jangan marah gitu, gue takut. Udah biar gue beresin semuanya," kata Hisagi berusaha meyakinkan Kusaka.

"Hhh baiklah, Kai! Awas lo apa-apain Shu! Gue habisin lo!" bentak Kusaka lalu keluar

"Kai-nii, nggak apa-apa?"tanya Hisagi

"Gue gak apa-apa, His. Maafin gue, His. Maaf, gue hanya cemburu karena lo lebih dekat sama Kusaka dari pada sama gue. Gue nggak rela, His. " kata Kaien memeluk Hisagi erat

"Maafin gue… " ujar Kaien lagi.

Rukia Pov`s

"Kusa, kayaknya lo deket banget sama Hisa, ya?" tanyaku.

"Ya iyalah, Gue sayang banget sama dia. Dia itu spesial banget buat gue, apalagi semenjak adik gue, si Karin meninggal karena kecelakaan. Gue udah nganggap Shu, itu sebagai adek gue, gue takut kehilangan dia," kata Kusaka.

"Oh gitu," kataku.

"Apalagi gue nggak bisa maafin Kaien! Karena gara-gara dia, Hisagi terkena Kanker otak!" ujar Kusaka seraya mengepalkan tangannya menahan emosi yang saat ini sudah mencapai batasnya.

"Eh,apa!" ujarku kaget.

"Karena itulah, gue berusaha untuk mengabulkan seluruh keinginanya,apapun yang dia minta gue bakal usahain. " gumam Kusaka pelan. "Meski bagaimanapun Kaien nyiksa dia, Shu nggak pernah benci pada Kaien, dan masih terus menganggap kalau Kaien itu yang terbaik," gumam Kusaka lagi dengan nada sedih bercampur kesal.

"Kusa… "

'Sebegitu beharganya Hisagi bagi Kusaka, padahal dia kan terkenal cuek dan bisa di bilang judes. Tapi kenapa ia sampai mau prihatin pada Hisagi?' gumamku dalam hati.

Drrt-Drrt

" Eh,ada telpon, sebentar," kata Kusaka lalu menjawab telepon tersebut.

'Tapi kenapa sebenarnya Kaien nyiksa Hisagi?' gumamku lagi.

"Ruki," panggil Kusaka

"Ada apa?"

"Nggak, itu ada pertandingan basket nih. Oh ya Ruki, tolong jaga Shu,ya. Dan sampaikan salam gue ke dia, kalau ada apa-apa loe bilang ke gue. Nih nomor gue, " kata Kusaka seraya menyerahkan secarik kertas lalu pergi.

"Iya, lo hati-hati,"kataku

'Jadi, Hisa kena kanker otak? Nggak nyangka gue,' gumamku

End Of Rukia Pov`s

"Hisa! His! Lo kenapa bangun, His! Hisa!" teriak Kaien dari dalam kamar.

Rukia yang penasaran pun langsung masuk.

"Ada apa, Kai?" tanya rukia bingung sekaligus kaget saat melihat Hisagi yang pingsan di pelukan Kaien.

"Gue nggak tau, tiba-tiba ia pingsan," kata Kaien.

"Ya udah, ayo bawa dia ke rumah sakit," ujar Rukia.

"Iya," ujar Kaien lalu mengendong Hisagi dan membawanya ke Rumah sakit dengan mobil.

Setelah sampai, Hisagi segera dilarikan ke UGD.

"His, lo kenapa sih?" gumam Kaien frustasi.

"Kai, gue denger dari Kusaka, katanya Hisagi kanker otak," kata Rukia lirih.

"Eh, Apa? bagaimana bisa?" kata Kaien kaget.

"Gue juga nggak tau," ujar Rukia.

Lalu doktor keluar dari UGD.

"Bagaimana keadaanya, Dok?" tanya Kaien hawatir.

"Hmm keadaanya kritis, sepertinya kankernya semakin parah," kata Doktor itu.

"Jadi bagaimana, Dok?" tanya Kaien.

"Nanti sore akan diadakan operasi, jadi untuk sementara dia kami pindahkan ke ruang nomor 5," ujar dokter itu lagi.

"Terimakasih, Dok," kata Kaien.

Lalu mereka pun pergi ke ruangan tersebut. Keadaan Hisagi benar-benar menghawatirkan,selang infus di tanganya,serta tabung oksigen. Lalu Kaien segera menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"His, maafin gue," kata Kaien.

"Kai-nii...Gue gak apa-apa.." desis Hisagi.

"His, maafin gue. Gue emang gak bisa jadi abang yang baik, bahkan Kusaka yang bukan abang lo aja tau, tapi kenapa gue nggak," kata Kaien penuh penyesalan.

"Udahlah, Kai-nii. Gue gak apa-apa kog, Ruki... Makasih ya, udah mau nolongin gue, bahan karya ilmiah lo hampir siap. Lo ambil aja di laci meja kamar gue... " kata Hisagi tersenyum lemah

"Udahlah, His. Itu bisa kapan aja, yang penting lo sembuh dulu,"kata Rukia

"Iya…" gumamnya pelan, lalu memejamkan matanya.

Tiba-tiba detak jantungnya menurun.

"His, Hisa… bentar gue panggil dokter," ujar Kaien lalu ia segera keluar dan memanggil dokter.

"Dok, gimana?" tanya Kaien hawatir.

"Hmm… kondisinya memburuk, baiklah aku akan mengadakan operasi sekarang," kata Dokter itu lalu memanggil suster dan membawa Hisagi ke Ruang operasi.

"Hhh… ini salah gue, salah gue! Seandainya aja gue nggak mukul dan nyiksa Hisa, dia pasti nggak kayak gini," kata Kaien.

"Jadi… Kai,lo…"

"Iya, gue tiap hari ngebentak-bentak dia, gue terus nyiksa dia sampai dia udah terluka,bahkan gue pernah ngebenamin dia ke dalam air sampai dia sesak nafas. Entah kenapa gue baru puas kalau ngeliat dia menderita, terluka dan memohon. Gue benar-benar jahat! tapi Hisa gak pernah marah sama gue," kata Kaien menunduk.

"Astaga, Kai! Lo tega bener,kenapa lo bisa kayak gitu?!" tanya Rukia.

"Gue nggak tau ! Gue cemburu, setiap kali gue liat Kusaka bisa bikin Hisa tersenyum, gue cemburu. Tapi entah kenapa gue malah nyiksa Hisagi, gue nggak tau!" kata Kaien.

"Seandainya saja aku bisa menghentikan waktu,akan ku hanya sedetik saja,itu sudah cukup ada yang bisa mengabulkan permintaanku,aku hanya ingin agar kau tetap berada sisi ku.

Forgive me Hisagi, My little brother"

TBC~

"Yey, Fic lama yang baru akan di publish!Ahirnya, kepublish juga," kata Hikary

"Woi, Author, kog gue kesiksa banget!" protes Hisagi

"Hehehe, habis salahkan tampang lo yang cocok untuk di siksa!Hahaha-BUAK!" Hikary tepar karena di lempar pakai Laptop

"Woi, Author!Kenapa gue sadist dan Ooc banget sih? Dimana-mana orang-orang tau, kalau gue ini orang paling baik ,elo nambah aib gue aja!" kata Kaien ngamuk sambil nodongin Nejibana

"Busset… Ampun, gue cuma kepengen aja bikin lo sadist dari pada tampang lo yang kayak orang Bego it-BUAKH!" Hikary tepar di pukul pake Nejibana

"Kai, lo sadist bener. Woi Author, Aduh gimana kalau ni author koid?" tanya Hisagi

"Iya nih, aduh. Lo gak kasihan Kai?" tanya Kusaka

"Aduh, makasih ya, Hisa Kusa udah peduli ma gue," kata Hikary terharu

"Bukan itu! Nanti kita malah diserang oleh,author-author lain,kan barabe tuh," kata Kusaka

"Nah sekian, Read and Review please!" Kata Semuanya

"Yang mau Flame boleh,Apalagi ini pertama kalinya saya bikin fanfic yang unsur humornya dikit(atau mungkin gak ada)dan kebetulan korek api saya untuk masak hehehe," kata Hikary