Bolehkah?

Gadis itu perlahan menggerakkan kepalanya, mengintip sosok dari kejauhan yang sudah tidak asing lagi baginya.

Sosok yang menghantui mimpi-mimpinya.

Orang lain mungkin menyebutnya sebagai seorang traitor, seorang pengkhianat.

Namun entah mengapa, ia memandangnya sebagai seseorang yang lain.

Seseorang yang sama dengannya, seseorang yang mengalami pergulatan batin seperti apa yang ia alami sepanjang hidupnya.

Seseorang yang merasakan luka yang sama dengannya.

Entah bagaimana, namun ia menyadarinya.

...

Bolehkah?

Ia tidak membalikkan badannya, tidak pula menghentikan langkahnya.

Namun ia tahu, bahwa ia selalu di sana.

Ia tidak pernah mengenal gadis itu dari dekat, namun sesuatu dalam hatinya seolah mengatakan bahwa ia serupa dengannya.

Yah, gadis itu juga sama sepertinya.

Entah bagaimana, namun ia menyadarinya.

...

Mereka tidak pernah berjumpa.

Mereka tidak pernah berbicara.

Dan bahkan, mereka sangat berbeda.

Hitam dan putih.

Yin dan Yang.

Uchiha dan Hyuuga.

Bolehkah?

...

Ia duduk sendiri. Kedua tangan mungilnya menutupi wajahnya. Isak pelan terdengar dari sana.

Ia tidak mampu menahannya. Luka itu terlalu berat.

Penolakan terlalu kejam untuk diterima oleh siapa saja.

Ia merasa sakit.

Airmatanya tak berhenti mengalir.

Ia tidak peduli.

...

Ia dapat mendengarnya. Dan ia dapat merasakan kesedihannya. Dan ia dapat merasakan bebannya.

Penolakan memang terlalu kejam untuk diterima oleh siapa saja.

Melihatnya, ia merasa sakit.

Sakit, karena ia mengerti.

Namun apa yang bisa ia perbuat?

Ia berbeda dengannya.

Seolah takdir itu menghalangi mereka.

Namun, ia tidak peduli.

...

Mereka tidak pernah berjumpa.

Mereka tidak pernah berbicara.

Dan bahkan, mereka sangat berbeda.

Hitam dan putih.

Yin dan Yang.

Uchiha dan Hyuuga.

Bolehkah?

...

Ia tersentak saat tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Cepat-cepat, ia menghapus bekas air mata di pipinya, dan bertanya dengan suara gemetar.

"S... siapa?"

Hanya sebuah gumaman jawabannya.

Ia berbalik, dan mata mereka berdua bertemu.

.

Hitam dan putih.

.

.

Yin dan Yang.

.

.

Uchiha dan Hyuuga.

.

.

.

Bolehkah?

.

Gadis itu terpaku sejenak, dan terkejut saat tiba-tiba tangan sang pemuda terangkat, menghapus air mata yang mengalir di pipi sang gadis perlahan.

Mata onyx itu melembut saat menatapnya.

Hangat.

"Jangan menangis..."

-owari-

Hah, drabble yang aneh. Bener-bener dibikin tanpa persiapan, di tengah kestressanku gara-gara ngerjain laporan buat LDP, dan tugas2 regenerasi ekskul yang banyak, belum lagi PR-PR sekolah yang numpuk. Ini SasuHina, loh! Ada yang nyadar, gak? Hehe...

Maaf bila kalian nggak ngerti, dan maaf bila kalian nggak suka sama pairingnya. Yah, ini cuman drabble, jangan diambil serius, okeh?

Aku bener-bener nggak bisa nulis, nih! Writer's block! Abis! Untuk semua pembaca Countdown, maafkan aku... maafkan aku bangeeet! T-T Tapi Countdown bakalan kulanjutin, kok...

Maafkan semua keanehan dalam fic ini. Pure drabble. Gak ada ide.

Disclaimer : Sasu dan Hina itu punyanya Kishi-sama, bukan punyaku... T-T