Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : Yaoi, Alur kecepetan, gaje, typo
Rating : M for Mature and Sexual content
Pair : Main NaruSasu Slight NaruHina and NejiSasu
Love or Nothing
.
By Midori Spring
.
.
(Part one)
Segerombolan gadis berjalan sambil tertawa-tawa. Semuanya berseragam sama : rompi musim panas, rok mini, dan tas ransel.
"Itu dia!" Sasuke mendengar Naruto berkata,."Gadis yang berjalan di belakang segerombolan gadis-gadis berisik itu."
Sasuke memicingkan mata, memandang dengan seksama. Hanya ada satu gadis di belakang segerombolan gadis lain. Tampak kesepian dan terkucilkan.
"Manis kan?" Naruto kembali berkata.
Sasuke mengalihkan pandangannya ke Naruto. Wajah pemuda blonde berkulit tan itu tampak bersinar-sinar. Kedua mata birunya memandang lurus-lurus ke arah sang gadis SMA.
Dia jatuh cinta lagi, Sasuke berkata dalam hati. Tapi tumben dia mau memperkenalkan gadis incarannya padaku.
"Untuk apa kau menunjukkannya padaku?" Sasuke akhirnya bertanya. Masih bingung dengan perubahan sikap Naruto.
Naruto si playboy yang selalu mudah jatuh cinta. Hobi membaca majalah playboy –Sasuke bisa menemukan koleksinya di bawah ranjangnya– setiap minggu ia akan jatuh cinta kepada gadis yang berbeda-beda. Setiap pacaran pasti paling lama cuman sebulan. Alasannya kalau tidak diputusin karena selingkuh, yah karena dianya yang sudah bosan.
Naruto gampang jatuh cinta, tapi juga gampang menyerah. Kalau wanitanya susah untuk di tangkap, ya sudah pasti bakalan langsung di lepas. Besoknya langsung incar cewek lain. Pffft Playboynya amit-amit.
Sasuke tahu semua ini. Jelas, diakan sahabatnya sejak kecil. Semua tingkah aneh dan gila Naruto, dia pasti tahu. Bagaimana tidak, mereka berada dalam fakultas yang sama, apartemenpun sebelahan, kenal juga sudah dari sd, orang tua akrabnya bukan main. Gimana gak tahu tuh,
Tapi kali ini ada yang aneh. Biasanya kalau urusan cinta, Naruto lebih tertutup. Tapi sekarang dia malah mengajak Sasuke untuk di perkenalkan dengan incaran barunya. Sampai traktir cappuchino segala.
Ok, balik lagi ke pertanyaan Sasuke. Setelah ditanya, Naruto cuman cengar-cengir, keliatan banget menginginkan sesuatu.
"Kalau kau perhatikan, wajahnya mirip siapa?" Naruto mulai main tebak-tebakkan.
Sasuke memiringkan kepala, bingung. Sekali lagi, ia tatap wajah sang gadis SMA. Iya ya mirip seseorang, pikirnya dalam hati. Matanya memngingatkan Sasuke pada salah satu seniornya. Hyuuga Neji.
"Neji…" Ucap Sasuke masih mikir.
Naruto tersenyum. Senang jawaban Sasuke benar.
"Dia adik Neji?" Sasuke memastikan.
Naruto mengangguk, senyum senang campur nervous bergabung jadi satu.
Incaran baru Naruto, sepertinya agak menantang. Sasuke tahu, Naruto dan Neji punya hubungan yang tidak terlalu baik. Sasuke tidak tahu kenapa, tapi setiap bertemu mereka pasti terlihat seperti ingin saling bunuh. Berbeda dengan Naruto, Sasuke lebih memilih bersikap netral. Neji salah satu senior sejurusannya. Orangnya baik dan popular. Makanya Sasuke tidak bisa benci, lagipula Sasuke juga tidak terlalu dekat dengannya, kalau ketemu paling cuman Ojhigi kepala doang.
"Mau balas dendam?" Kali ini Sasuke yang mau main tebak-tebakan.
Naruto menjawab dengan cepat, "tentu saja tidak. Mana mungkin aku mempermainkan gadis sebaik ini."
Sasuke mendengus lalu berkata dengan nada mencemooh, "playboy sok jadi malaikat."
Naruto manyun, agak tersinggung. Walau Naruto hobi gonta-ganti pacar, tapi dia sebenarnya tidak pernah sadar kalau dirinya playboy. Selalu bilang serius, tapi faktanya satu bulan putus. Apanya yang serius?
"Terserahlah mau bilang apa…" Naruto menyandarkan tubuhnya di kursi. Gadis incarannya sudah berlalu. "Tapi kali ini, aku serius."
Sasuke memutar bola matanya. Serius Jidatmu! Umpatnya dalam hati. "Trus apa maumu?"
Naruto nyengir. Ia tarik lagi tubuhnya mendekat ke Sasuke. Kedua sikunya bersandar di atas meja, kedua telapak tangannya menopang kedua pipinya. "Bantu aku mendapatkannya lewat Neji."
Sasuke tidak langsung menjawab. Ia menghirup cappuchinonya dan memandang sang pemuda blonde yang kini berakting sok imut untuk mendapatkan hatinya.
Ada satu rahasia yang selalu di sembunyikan Sasuke dari Naruto. karena Naruto itu lambat dan agak idiot, ia sama sekali tidak menyadarinya. Sebenarnya Sasuke sudah lama menyukai Naruto. Entah sejak kapan ia menyukainya. Sasuke baru menyadarinya, ketika pemuda blonde itu muncul di hadapannya dengan tubuh setengah telanjang. Sebenarnya mereka sudah sering mandi bareng waktu kecil, dan Sasuke tetap bersikap biasa-biasa saja. Tapi setelah berjalannya waktu, tubuh Naruto berkembang lebih pesat dari Sasuke. Dia terlihat lebih mempesona dan lebih matang.
Waktu pertama kali menyadarinya, Sasuke shock berat. Ia menjauhi Naruto selama beberapa hari. Tapi karena dasar Naruto kayak benalu, selalu nempel kayak tanaman liar, Sasuke memutuskan untuk menyerah juga. Tapi tetap saja, Sasuke tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Biarlah dia dibilang pengecut atau apa, ia tetap tidak akan mengatakannya. Baginya tetap berada disisi Naruto itu sudah cukup.
Mengenai masalah Naruto yang Playboy, Sasuke tidak begitu ambil pusing. Naruto tidak pernah serius, makanya Sasuke tidak begitu keberatan. Lagipula Naruto selalu memilihnya dari semua gadis-gadis itu. Walau dia berpacaran dengan gadis lain, Sasuke tetap prioritas utamanya. Ia tetap jadi yang paling special. Dan itu sudah lebih dari cukup untuknya.
"Sasuke? Kau mau kan?"
Suara Naruto menarik kembali Sasuke ke alamnya. Ia menatap pemuda blonde itu, sekarang Naruto mulai mengeluarkan jurus puppy eyes.
Apaan sih menjijikkan banget! Tapi… manis juga. Dalam hati Sasuke tergoda. Ugh, kenapa dia selalu lemah dengan bujuk rayu Naruto.
"Hm, Sasuke?" Naruto mengedip-ngedipkan matanya. Seperti anjing manja yang minta di belai.
Tidak kuat, akhirnya Sasuke mengangguk. Naruto langsung bersorak kegirangan. Seperti anak tk yang berhasil membujuk orang tuanya pergi ke taman bermain.
"Kau dekati Neji, dan cari tahu tentang gadis itu, Ne?"
Sasuke kembali mengangguk. Merasa kesal dengan dirinya sendiri. Bodoh, mau saja di manfaatkan. Ia seperti menggali kuburannya sendiri. Membantu orang yang disukainya untuk mendapatkan gadis lain? Bodohnya dia!
Spring- Spring- Spring
"Neji-senpai, sedang apa?"
Sasuke berdiri tepat di samping Neji. Tinggi Sasuke hanya setara dengan leher Neji, membuat Sasuke harus menengadahkan kepalanya untuk memandang sang senior.
Neji berbalik. Kedua alisnya bertaut, heran. Tumben Sasuke menegurnya.
Sasuke menelan ludah, sebenarnya sangat gugup. Tapi topeng wajahnya berhasil menyembunyikannya. Jangan salah, Sasuke paling ahli menyembunyikan emosinya.
Sasuke memandang Neji dengan tampang biasanya. Tapi ada rasa tertarik yang tersirat di wajahnya.
Neji yang awalnya heran, tampak tertipu. Raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi bergairah dan senang. "Kau mau membantuku?"
Pertanyaan malah di jawab dengan pertanyaan. Bikin bingung saja senpai ini. Pikir Sasuke dengan alis berkerut. Tapi demi si pemuda idiot itu, sepertinya ia harus sedikit berkorban.
"Jika ada yang bisa ku bantu." Jawabnya, sambil tersenyum kecil.
Senyuman Neji melebar. Ia diam sebentar tampak berpikir. Loh kenapa pake mikir segala?
"Besok temui aku di restoran seberang. Nanti akan ku beritahu." Katanya dengan gaya cool. Ia mengelus pipi Sasuke lembut, lalu kembali tersenyum dan pergi.
Sasuke mematung. Kaget pipinya di sentuh. Secara tidak sadar tangan Sasuke terangkat untuk meraba pipinya.
Neji memang agak berbeda dari seniornya yang lain. Dulu waktu dia masih menjadi mahasiswa baru, Neji yang dua angkatan di atas darinya adalah ketua pembimbing mahasiswa baru. Sikapnya yang tegas langsung menarik perhatian. Wajahnya yang tampan membuat para gadis-gadis menyukainya. Sasuke sendiri menghormatinya. Ia punya wibawa, cocok menjadi sosok ketua. Selain itu dia juga sangat baik terhadap Sasuke. Banyak yang bilang Sasuke adalah Junior kesayangannya, tidak ada yang berani mengganggunya. Sasuke tidak tahu kenapa, ia tidak begitu perduli untuk menanyakannya. Ia malah mengambil keuntungan dari itu semua, membolos saat perkumpulan, datang terlambat. Sasuke sama sekali tidak mendapat hukuman, berkat Neji.
Neji selalu memperlakukannya dengan lembut. Mengusap kepalanya, menepuk bahunya, dan sekarang ia mengelus pipinya. Persis seperti seorang kakak terhadap adik perempuannya. Gawat! Sepertinya Neji sangat menyayangi adiknya!
Sasuke memicingkan matanya memandang punggung Neji yang kini telah semakin jauh. Apa yang akan dilakukan Neji jika Naruto mempermainkan Hinata? Ia pasti akan langsung membunuh Naruto, Sasuke yakin itu. Lalu apa yang akan dilakukan Neji, jika tahu bahwa Sasuke juga terlibat? Apa dia juga akan membunuhnya?
Sasuke menelan ludah agak merinding. Tubuh Naruto, walau tidak sebesar Neji, tapi ia cukup kuat untuk memberikan perlawanan. Sedangkan Sasuke, mana bisa menghadapi tubuh besar Neji. Ia pasti akan langsung babak belur…
"Dasar senior aneh, selalu main sentuh!"
Sasuke terlonjak, kaget. Naruto kini sudah berdiri tepat di samping Sasuke. Mata birunya menyipit memandang tempat Neji menghilang dengan benci. "Apa yang kau bicarakan dengannya, Sasuke? kenapa dia pake sentuh-sentuh segala?" Naruto membalikkan tubuhnya ke Sasuke. Raut wajahnya terlihat kesal.
Orang ini memang selalu sensitive jika menyangkut dengan Neji. Sekali lihat semua orang pasti tahu kalau dia sangat membencinya.
Baka dobe! jika kau membencinya, lalu untuk apa mendekati adiknya! Hati Sasuke mengeluh. Ia memelototi Naruto, nampak jauh lebih kesal.
"Huh? Kenapa?" Tampang innocent Naruto kembali. Ia mengedip-ngedipkan matanya tidak mengerti. Kenapa Sasuke memelototinya seperti itu? Naruto kan tidak marah padanya, ia marah pada Neji.
"Pokoknya jika terjadi sesuatu padaku, kau harus melindungiku!" Ucap Sasuke tajam lalu berjalan meninggalkannya, tanpa memperdulikan tampang heran Naruto.
Baka dobe, selalu membuatnya repot!
Spring- Spring- Spring
Sasuke menyeruput cappuchinonya, ia memandang tumpukan kertas di hadapannya.
"Jadi yang harus ku lakukan adalah membagikannya ke teman seangkatanku, lalu mengumpulkannya kembali dan memberikannya padamu." Sasuke mengangguk-angguk mengerti.
Neji tersenyum, sedetikpun ia tidak mengalihkan wajahnya dari Sasuke. Manis, pikirnya. Berapa kalipun Neji memandangnya, Sasuke selalu terlihat sangat manis. Ia tidak pernah bosan memandangnya.
Sebenarnya sejak awal Neji bertemu Sasuke, ia langsung menyukainya. Setiap orang yang berani mengusik Sasuke pasti akan langsung di hajarnya. Sasuke adalah incarannya. Ia menginginkannya. Tapi kemunculan pria blonde yang selalu ada untuk menghalangi niatnya, membuat Neji sangat kesal. Seandainya Naruto tidak ada sudah dari dulu dia menjadikan Sasuke miliknya. Tapi karena ia tahu bahwa Sasuke dan Naruto telah bersama sejak kecil, Neji merasa tidak punya kesempatan. Lagipula Sasuke juga terlihat tidak tertarik dengannya, sesuatu hal yang amat menyakitkan mengingat bagaimana orang-orang mengagung-agungkannya.
"Baiklah, aku sudah mengerti."
Sasuke merapikan lembaran kertas di meja. Ia pukul ujung kertas ke meja untuk meratakannya, lalu berdiri.
"Kalau begitu aku pamit dulu." Katanya sopan. Ia membungkukkan badannya Sembilan puluh derajat.
Neji agak kaget, sudah mau pergi? Cepat sekali! Pikirnya tidak rela. Ia pandangi Sasuke di hadapannya. Pikirannya sedikit blank ketika melihat tubuh Sasuke yang sedikit terekpose karena ber ojhigi.
Aiiih, kulitnya putih sekali. Pasti lembut. Pikirnya memandang ke leher Sasuke yang kini telah kembali berdiri tegak.
"Sasuke," Panggilnya ketika Sasuke telah berbalik akan pergi. Ia menarik lengan Sasuke. Sedikit terhenti ketika merasa sentuhan kulit Sasuke. Tuh kan lembut, pikirnya seraya memandang genggaman tangannya di lengan Sasuke.
"Senpai?" Sasuke merespon. Kedua Onyxnya sedikit melebar.
Neji tersenyum ia tarik tangannya dari Sasuke. "Kau mungkin butuh nomor telponku." Tawarnya.
Sasuke terlihat berpikir. "Iya, benar juga." Katanya akhirnya.
Mereka berakhir dengan saling menukar nomor telpon. Sasuke yang kembali ingin pamit, lagi-lagi di tahan oleh Neji. Sebagai ucapan terima kasih, Neji ingin mentraktir Sasuke. Mumpung gratis Sasuke tidak ingin menolak. Akhirnya ia habiskan waktunya dengan makan siang bersama Neji. Rejeki tidak boleh di tolak kan?
Setelah makan, Sasuke kembali di kagetkan dengan kekaguman. Neji itu orang kaya. Iya, dia baru tahu. Semuanya karena mobil Neji yang terparkir di tempat parkir restoran. Sekali lihat Sasuke tahu harganya mahal.
"Masuklah, biar ku antar pulang." Tawar Neji. Pintu di samping pengemudi dia buka, tangannya bergerak mempersilahkan Sasuke masuk, layaknya seorang pengawal memperlakukan sang princess. Tapi Sasuke bukan princess, dia bukan perempuan. Kenapa sih setiap bersama Neji, ia merasa dirinya di perlakukan seperti perempuan?
Senyuman mempesona Neji membuat Sasuke tidak bisa menolak. Ia berjalan dan duduk di dalam mobil Neji. Kedua Onyxnya mengikuti langkah Neji yang bergerak ke tempat pengemudi.
Saat mobil berjalan, Sasuke mulai sibuk mencari sinyal. Bukan sinyal hp, sinyal yang bisa menjadi penanda agar Sasuke bisa membuka topik tentang adik Neji. Bagaimanapun juga Sasuke harus menggunakan segala kesempatan yang ada. Semakin banyak informasi yang di dapatkannya, itu semakin baik.
Sasuke perhatikan, tidak ada benda feminim di dalam mobil Neji. Malah tampak kosong dari hiasan atau benda-benda lain. Sial! Bagaimana ia bisa memulai topik tentang adik Neji?
"Kau mencari sesuatu?" Neji menegur. Ia sedari tadi memperhatikan Sasuke yang sibuk celingukan.
Sasuke sedikit terperanjat, tapi langsung mengontrol diri. " Tidak aku hanya berpikir mobilmu bagus." Komentarnya, tidak sepenuhnya berbohong.
Neji tersenyum, lalu berkata "Arigatou."
Setelah itu Suasana menjadi hening selama beberapa saat, sampai Neji memutuskan untuk merusaknya. "Kau punya saudara?" Tanyanya mendadak.
Sasuke mengalihkan perhatiannya ke Neji dengan spontan. Tidak menyangka Neji akan bertanya tentang itu. Sebenarnya kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam pikirannya. Lalu Neji menyebutkannya begitu saja. Siapa yang tidak kaget?
"Aku punya seorang kakak. Ia bekerja di Hongkong." Jawab Sasuke setelah cukup lama. Dalam hati ia lega Neji menanyakannya, dan tentu saja ia tidak akan menghilangkan kesempatan ini. "Kalau kau?"
"Aku punya seorang adik perempuan." Jawabnya.
Jantung Sasuke berdetak bergairah, mendadak ada bisikan-bisikan tidak terlihat di telinganya, Tanyakan lebih banyak! Kata bisikan itu.
"Oh ya? Dia pasti beruntung punya kakak sepertimu." Komentar Sasuke, setelah menimbang-nimbang.
Neji melirik Sasuke, "Kenapa kau berpikiran begitu?" tidak mampu menyembunyikan senyumannya.
"Hm, karena kau baik, popular, dan tampan. Sosok kakak yang sempurna."
Neji tertawa kecil terlihat bangga di puji seperti itu. "Tapi aku tidak dekat dengannya. Hinata sebenarnya adik sepupuku, bukan adik kandung."
Hinata, namanya Hinata! Pikir Sasuke bersemangat.
"Tetap saja kalian memiliki ikatan darah yang sama." Katanya.
Neji tidak langung menjawab. Tampangnya menunjukkan bahwa ia tidak begitu setuju dengan Sasuke. Tapi pada akhirnya ia berkata, "Mungkin begitu."
Sasuke mengerti. Ia sadar ada sedikit keanehan pada hubungan antara Neji dengan Hinata. Ia tidak mengungkapkannya, kata terakhir Neji seakan mengatakan padanya bahwa ia tidak ingin melanjutkan topik ini.
Sasuke memalingkan wajahnya ke gedung besar yang di kenalinya sebagai apartemennya. Tidak lama, Mobil berhenti tepat di pintu masuk.
"Arigatou." Sahut Sasuke. Belum sempat Sasuke meraih pintu, Neji memanggilnya.
"Sasuke?"
Sasuke berbalik.
"Sampai jumpa." Jari panjangnya terulur untuk menyingkirkan poni Sasuke yang mengganggu pandangan Onyxnya.
Sasuke mengerjapkan matanya, agak kaget. Tanpa di sadarinya semburat pink muncul di kedua pipinya. Kenapa Neji selalu memperlakukanku seperti perempuan? Gumamnya dalam hati. Agak frustasi dengan sikap Neji terhadapanya. Ia terus memikirkan bahwa Neji menyukainya. Tapi itu tidak mungkin, kan?
Sasuke tidak berhenti memikirkan hal itu, ketika dia sampai di depan pintu apartemennya. Sasuke mengeluarkan kuncinya, lalu mamasukkan ke lubang kuncing. Ia terhenti. Onyxnya menunduk memandang gagang pintu.
Si dobe itu! lagi-lagi memakai kunci duplikat! Bisiknya agak kesal.
Tanpa sepengetahuannya, Naruto membuat kunci duplikat apartemennya. Walau Sasuke melarang, si dobe itu tetap saja melakukannya. Sekarang Sasuke pasrah saja. Naruto memang selalu melakukan segalanya sesuka hatinya.
Sasuke membuka pintu, lalu masuk. Apartemennya hanya terdiri dari tiga ruangan. Toilet, dapur kecil, kamar sekaligus ruang lainnya. Jadi ketika Sasuke masuk, ia akan langsung menemukan Naruto. Tapi alih-alih menegurnya, Sasuke memilih untuk tidak mengacuhkannya. Tubuhnya terasa lengket, ia mau mandi.
Sasuke berjalan ke meja belajarnya, ia memunggungi Naruto yang duduk di ranjangnya. Ia lepaskan jam tangannya lalu sweeternya.
"Hari ini kau sibuk ya?"
Suara Naruto memecah keheningan. Sasuke memutar tubuhnya. Kedua mata biru Naruto memandang lurus ke tembok, lalu beberapa detik kemudia berpindah ke Onyx Sasuke. Membiarkannya beradu dengan melemparkan tatapan dingin.
"Aku bersama Neji." Kedua alis Sasuke terangkat. Naruto terlihat marah. Sesuatu hal yang hampir tidak pernah terjadi.
"Aku tahu. Aku melihatnya." Balas Naruto dengan nada menekan.
Loh, kenapa dia marah? Dan apa dia mengikutiku? Aneh, Naruto kan orang yang menyuruhku untuk mendekati Neji.
"Lalu apa masalahmu? Kau kan yang menyuruhku untuk mencari tahu tentang gadis incaranmu itu!" Karena Naruto marah, Sasuke juga jadi ingin marah.
"Benar aku menyuruhmu untuk mengorek informasi darinya, bukan malah pergi berkencan dengannya!" Suara Naruto menandak meninggi. Tatapan matanya seperti orang yang sedang dikhianati.
Sasuke sedikit tersentak. Tapi langsung mengendalikan dirinya kembali. "Siapa yang berkencan! Dasar dobe!"
Naruto diam tidak menjawab. Tapi tatapannya masih sama, dingin dan menyelidik. Seakan-akan ia sedang berusaha membaca segala pikiran Sasuke.
Sasuke kembali memutar tubuhnya, memunggungi Naruto. Tidak ingin membiarkan Naruto membaca pikirannya lebih dalam. Walau sebenarnya ia tidak yakin Naruto bisa. Jika ia bisa seharusnya ia tahu perasaan Sasuke dari dulu kan?
Masih memunggungi Naruto, Sasuke berkata, "Gadis itu namanya Hinata. Dia bukan adiknya, tapi adik sepupunya, dan kurasa mereka tidak terlalu dekat, jadi– Ouch"
Kata-kata Sasuke mendadak terhenti. Punggungnya di cengkram dengan kasar oleh Naruto, memutarnya kembali menghadapnya. Sasuke terlalu kaget untuk merespon. Kedua matanya melebar ketika memandang raut wajah Naruto. Mendadak Naruto tampak menakutkan.
"Naruto, apa-apaan kau!" Bentak Sasuke sedikit serak.
Naruto berdiri tegak di hadapannya. Menghimpit tubuhnya dengan meja. Sasuke mendorong tubuh Naruto dengan susah payah. Tidak suka dengan intimidasi yang dilakukan Naruto.
Tapi alih-alih mundur, Naruto malah mencengkram pergelangan tangan Sasuke. Melebarkannya menjauhkannya dari tubuhnya.
"Kenapa? Kau tidak keberatan waktu Neji menyentuhmu?" Suara Naruto begitu dalam dan dingin. Kepalanya dimiringkan memandang Sasuke dengan berbahaya.
Sasuke berontak tidak ingin menjawab. Apa-apan sih dia! Pikirnya dalam hati. Ia mendorong tubuh Naruto dengan mendapat bantuan dari meja. Ia tekan pantatnya ke meja untuk menambah tekanan pada tubuhnya.
Naruto berdecih, ia angkat tubuh Sasuke, lalu mendudukkannya di meja. Sasuke terpekik kaget. sekarang tingginya sejajar dengan Naruto. Kedua tangan Naruto membuka paha Sasuke lebar-lebar agar tubuhnya bisa masuk diantaranya.
Dan segera saja bibir Naruto mengunci bibir Sasuke.
Sasuke kaget. kedua Onyxnya melebar, tidak percaya.
Naruto menciumku! Pikirnya kalut.
Bibir Naruto bergerak cepat dibibirnya. Menginvansi segala sisi yang bisa di jangkaunya. Sasuke tidak bergerak, masih kaget. Tapi lama-kelamaan dia mulai terhanyut. Bibir Naruto terasa aneh. Terasa sedikit kasar, tapi kenyal. Sasuke memejamkan matanya rapat-rapat. Naruto mencium Sasuke dengan menuntut.
Kenapa? Kenapa Naruto melakukan ini? Pikiran Sasuke hanya di penuhi pertanyaan itu.
"Naru… to… ahh… Hentikan… !" Sasuke tidak bisa menyembunyikan desahannya. Ia menggigit bibir bawahnya ketika Naruto mulai mencium lehernya.
Aku belum siap! Pikiran Sasuke semakin kalut. Hatinya gundah. Tidak siap menerima perubahan dalam hubungan mereka.
Dengan mengumpulkan semua kekuatannya, Sasuke menarik wajah Naruto untuk menghadapnya. "Hentikan Naruto… " Nafasnya tersengal-sengal. "Kenapa kau melakukan ini?" Kedua mata Sasuke melebar nyalang menuntut penjelasan.
Naruto terpaku. Bibirnya sedikit terbuka. Kedua matanya memandang lurus ke mata Sasuke. Raut wajahnya seperti orang yang baru terhantam tembok. Aktivitasnya berhenti. Ia mematung, kedua matanya melebar. Terlihat dengan jelas bahwa Naruto juga kaget dengan apa yang baru saja di lakukannya.
Kenapa aku melakukannya? Kenapa aku melakukannya? Kenapa? Kenapa? Naruto tidak bisa berpikir dengan jernih. Pertanyaan itu bahkan tidak bisa di jawabnya sendiri.
Naruto tiba-tiba mundur. Kedua tangan Sasuke terlepas dari wajahnya. Mata biru safirnya terbelalak. Tidak sanggup menerima kenyataan.
"Naruto?" Sasuke memanggil. Tidak lagi menuntut, tapi seperti memohon.
Naruto kembali mundur satu langkah. Masih bingung. Hatinya bergejolak.
Naruto kesulitan mengontrol diri, ketika ia berkata suranya bergetar, "aku…" Ia menelan ludah, lalu menggeleng. Tampak blank sejenak, " kau tidak perlu mendekati Neji lagi. Aku yang akan mengurusnya sendiri –akan kudapatkan gadis itu dengan caraku sendiri."
Seperti takut, Sasuke akan mengatakan sesuatu lagi. Naruto cepat-cepat berbalik, lalu pergi. Seperti pengecut yang melarikan diri.
Sasuke terpaku. Kedua Onyxnya masih memandang ketempat Naruto berdiri. Hatinya sakit, perih. Setelah apa yang di lakukan Naruto –setelah ia membangkitkan hal lain dari Sasuke, ia tiba-tiba kembali menjadi dirinya. Sasuke tidak bergerak, masih duduk di atas meja dengan jempol kaki sedikit menyentuh lantai. Tapi pikirannya sudah pergi jauh.
Ia tahu, Naruto menyimpan hal yang sama dengannya. Tapi karena ia terlalu bodoh atau terlalu takut, Naruto tidak mau mengakuinya. Entah karena persahabatannya atau entah karena para gadis cantik incarannya.
Sasuke sadar. Ia tidak mau lari lagi. Sekarang ia sudah bertekad. Hanya ada dua pilihan: Naruto harus jadi miliknya atau menghilang dari hadapannya untuk selamanya.
tbc
Gimana ceritanya? Ada sesuatu yang kurang?
Kasih tau Midory ya, nanti aku perbaiki
.
.
-Midory Spring-
