ANSWER
Disclaimer : Vocaloid bukan milik saya, tetapi cerita ini murni merupakan ide saya.
.
.
.
"Rin, boleh aku menyalin pekerjaan rumahmu?"
Aku mengangguk, lalu menyerahkan buku bersampul cokelat itu kepadanya, gadis berambut hijau bernama Hatsune Miku.
"Terima kasih, Rin! Kau memang sahabat yang paling bisa kuandalkan!"
Aku mengulum senyum termanisku, lalu menatap punggungnya yang kembali menuju tempat duduknya.
Sahabat…ya? Apa aku benar sahabatmu?
Hujan turun deras membasahi apapun yang ia temukan, aku menghela nafas, menyesal tidak membawa payung.
"Rin, belum pulang?" ujar Miku, membuka payung motif polkadot miliknya.
Aku menggeleng, "Aku lupa membawa payung."
"Oh, kalau begitu aku pulang duluan ya!" dia berpamitan sebelum akhirnya menerobos rintik hujan dengan payung yang masih menyisakan tempat kosong.
Bodoh, aku memang bodoh. Untuk apa aku berharap dia akan mengajakku pulang bersamanya.
Lagipula aku hanya 'sahabat' disaat ada PR kan?
Dan rasa sesak itu menjalar keseluruh tubuhku.
Sebenarnya apa arti keberadaanku selama ini?
"Aku pulang."
Hening, sama seperti biasanya.
Aku berjalan menuju satu kamar bercat cream dan membukanya.
"Aku pulang Len…"
Pemuda berambut pirang yang merupakan cerminan diriku dalam versi lain itu kini tengah menatapku dengan sinis.
"Berhenti bersikap baik kepadaku Rin…, aku muak denganmu! Berhenti berpura-pura dengan wajah malaikat itu, mana dirimu yang sebenarnya?"
Aku menggigit bibir bagian bawahku, berusaha menahan rasa sakit yang kini semakin bertambah diseluruh tubuhku.
"Seandainya kau tidak dilahirkan, Lenka-nee pasti tidak akan mati! Dan aku tidak akan menjadi lumpuh seperti ini!"
Aku menunduk, Len benar…, karena aku mereka berdua seperti ini, karena aku mama menjadi gila kerja seperti sekarang, karena aku papa pergi dari rumah, semuanya karena aku.
"Kenapa bukan kau saja yang mati?"
'Kenapa bukan kau saja yang mati?'
Perkataan Len terus bergema ditelingaku…, aneh padahal dia selalu mengatakan hal yang sama berulang kali.., tapi kenapa rasanya masih tetap saja sakit?
Aku memeluk erat bantal berbentuk jeruk disampingku berusaha menghilangkan rasa sakit dan sesak yang terus saja bertambah itu.
Tuhan…., kumohon bisakah sakit dan sesak ini menghilang?
Rambut panjang kuning keemasan yang selalu dikuncir satu, suara yang lembut, tatapan mata yang bisa membuat siapapun tenang melihatnya…., mengapa aku begitu tega untuk melenyapakan hal itu?
Jika saja saat itu.., bukan aku yang berlari menuju jalan, jika saja saat itu bukan aku yang terus menangis meminta jeruk, jika saja bukan aku….
Mungkin Lenka tidak akan pergi
Dan Len tidak akan kehilangan masa depannya.
Sebenarnya untuk apa aku dilahirkan? Untuk apa aku dilahirkan jika hanya menjadi 'sampah' di dunia ini, Len benar seharusnya akulah yang mati, seharusnya akulah yang mendapatkan semua penderitaan itu.
Aku menghela nafas lirih…, aku sudah menemukan jawabannya…
Aku tersenyum, "Selamat tinggal…, aku menyayangi kalian semua.., semoga kalian bahagia…karena tak akan ada lagi 'Sampah' yang mengganggu kalian…"
Tubuhku jatuh mengikuti gaya gravitasi yang menarikku. Dengan ini sudahkah semuanya berakhir?
"Jangan lakukan itu bodoh!"
THE END
Halo semuanya / Rainna kembali dengan fic yang baru, Rainna gak tahu kenapa tiba-tiba fanfic yang gaje begini beneran, -.- tiba-tiba aja terlintas bikin cerita ini setelah dengerin lagunya Hatsune Miku-Tawagato Speaker dan Gum-A Born Coward. Yah hanya itu yang Rainna sampaikan jangan lupa Reviewnya! XD
