Disclaimer : Yu-Gi-Oh isn't mine. I'm sure you've known it.

Warning : Besides FemAtem? Hm... membosankan, tidak nyambung, jadul, dan... saya tidak bisa mengatakannya karena itu akan menjadi bocoran cerita untuk anda.

PROLOG

Seorang wanita berlari sambil menggendong seorang anak perempuan dari kamar bersama suaminya. Mereka berlari menuju mobil seperti sedang dikejar sesuatu. Mahaad duduk bersama anak perempuan itu di kursi belakang, menanyakan kegiatan di hari itu kepada gadis kecil di sampingnya, mencoba mencerahkan suasana.

Perjalanan terasa begitu tenang sampai anak itu merasakan sakit yang menusuk di dadanya. "Ibu," tangisnya, "sakit!"

Wanita itu tahu keadaannya. Laju mobil memandu mereka ke jembatan… dimana segalanya akan berakhir. Dia panik karena tangis anaknya, tidak menyadari bahwa mobil keluar jalur menuju pagar pembatas jembatan. Ketika dia sadar, sudah terlambat. Dia membanting stir berbelok, mencoba untuk membuat mobil kembali ke jalan… tapi mustahil.

Hal terakhir yang terdengar hanyalah suara jeritan.

"Mahaad! Bawa dia keluar! Sekarang! Cepat!"

Mahaad tanpa pikir panjang langsung menarik anak perempuan itu ke dalam dekapannya dan melompat keluar dari mobil, jatuh berguling di jalan bersamaan dengan jatuhnya mobil dari jembatan, menyebabkan beberapa luka yang sangat dalam di lengannya yang akan membuatnya mengingat pengorbanan suami-istri itu selamanya.

Dengan tertatih-tatih dia memanggil ambulance dan polisi sembari mencoba menenangkan gadis kecil yang menangis karena rasa sakit di dadanya. Mahaad mengernyit. Darah merembes keluar dari luka di tangannya, mengalir mengotori bajunya dan rambut gadis kecil itu. Dan setelah beberapa lama menunggu, terdengar iring-iringan ambulance memecah keheningan malam.

Di rumah sakit, dokter segera membawa anak itu di ruang UGD sementara Mahaad dibawa ke ruang inap oleh beberapa suster untuk mengobati lukanya. Beberapa jam kemudian, dokter masuk ke ruangan di mana Mahaad diobati dan para suster keluar. Dokter mendiagnosa sakit di dada anak itu sebagai penyakit jantung dan diprediksi anak itu hidup tak sampai umur 15 tahun. Dan dokter itu pun keluar meninggalkan Mahaad yang syok.

Mahaad sangat terkejut mendengarnya. Luka-lukanya sudah diobati dan tangannya diperban. Dia tak pernah menduga bahwa keponakannya menderita sakit jantung dan diperkirakan hanya hidup sampai umur 15 tahun. Kekagetannya pecah tatkala ponselnya berdering.

"Halo?"

"Maaf, apa ini Tuan Mahaad Astennu?"

"Ya. Ini siapa?

"Saya dari kepolisian. Saya ingin melaporkan bahwa mobil yang anda tumpangi sudah ditemukan dan saya ingin meminta anda untuk memberi kesaksian atas kejadian ini. Apa anda tidak keberatan?"

"Ya." Jawab Mahaad dengan wajah pucat karena kekurangan darah.

"Baiklah. Saya akan ke tempat anda segera." Dan percakapan itu terputus.

Mahaad langsung merebahkan diri di ranjang rumah sakit, kedua telapak tangannya menutupi wajahnya. Kekagetan atas diagnosa dokter tadi belum sepenuhnya menghilang, dan dia tak tahu apa yang akan dilakukannya nanti.

Mahaad masih terhanyut di dalam alam pikirnya ketika pintu diketuk dan terbuka, tampak sesosok pria tegap berambut hitam gelap dan bermata kecokelatan. Pria itu memakai seragam polisi dan dilihat dari tanda pangkat di bajunya, sepertinya pria itu berpangkat letnan. Pistol disarungkan di sabuk celananya dan dia memakai sepatu berwarna hitam.

"Maaf, apa saya telah mengganggu anda?" tanya pria itu.

"Tak apa-apa," jawab Mahaad sembari duduk dia mengulurkan tangan ke arah kursi di sampingnya dan berkata, "Silahkan duduk…" dia melihat tanda pengenal di baju pria itu. "Tuan Latif."

"Terima kasih." kata Latif, dan dia duduk. "Kejadian ini pasti sangat berat bagi anda."

"Begitulah."

"Kita langsung ke pokok masalah. Apa yang terjadi saat itu?"

Mahaad terdiam. Dia menunduk dan mengadah melihat langit yang cerah dan dedaunan pohon yang tertiup angin di luar jendela. Kemudian dia menatap Latif dan mulai menceritakan kronologis kejadiannya. Latif hanya diam dan terkadang menganggukan kepala untuk menanggapi.

Setelah beberapa saat, Mahaad selesai menceritakan kejadiannya. Latif menghembuskan nafas. "Tak kusangka. Pastinya benar-benar berat bagi anda."

"Ya."

"Apalagi keponakan anda didiagnosa mengidap penyakit jantung."

Mahaad hanya tersenyum sedih.

"Tapi, aneh." alis polisi itu mencuat. "Tadi anda mengatakan bahwa masih ada sepasang suami istri yang adalah orangtua keponakan anda, di mobil itu."

"Ya, benar. Memang kenapa?"

"Ah… tidak." Latif mengeluarkan handphone dan menjawab panggilan telepon. Awalnya dia berbicara di telepon dengan mata terkejut dan lalu berwajah serius. Mahaad hanya melihatnya heran. Beberapa menit kemudian, Latif selesai menelepon dan mengatakan sesuatu yang akan membuat Mahaad terkejut dengan tampang serius.

"Sebenarnya, mobil yang anda tumpangi kosong. Saya tadi sudah meminta untuk terus melakukan pencarian dan di pinggiran sungai itu ada genangan air dan bekas rerumputan yang telah ditimpa sesuatu. Dan kami menemukan seorang pria berambut cokelat tua dan bermata biru, memakai baju kasual berwarna hitam dan merah."

Mahaad tersentak. Matanya terbelalak shock. "Akhnamkanon!"

Latif menatap Mahaad seksama. "Sepertinya anda mengenalnya. Apa hubungan anda dengan pria itu?"

Mahaad mengernyit dan matanya menyipit. "Dia kakak saya."

"Begitukah." Latif melipat tangannya dan memejamkan matanya. "Sudah kuduga." Dia membuka matanya dan menatap Mahaad dengan serius. "Kakak anda itu ditemukan tewas seratus meter dari TKP. Pakaiannya yang basah terkoyak dan terdapat luka-luka di tubuhnya. Serta yang menarik perhatian saya adalah…"

Latif tidak melanjutkan ucapannya karena melihat keadaan Mahaad saat itu. Wajah Mahaad semakin pucat dan tangannya mengepal, tubuhnya gemetar. Latif memutuskan untuk tidak melanjutkannya, tetapi Mahaad memaksa.

"Apa... yang menarik perhatian anda?" tanya Mahaad pelan.

"Yang sangat menarik perhatian saya adalah dua lubang kecil sejajar vertikal dan juga hasil visum dokter yang mengatakan…" Latif menarik nafas dalam-dalam. "Volume darah yang ditemukan di dalam tubuh pria itu sangat sedikit dan nyaris tidak ada, seakan-akan ada yang menghisap darahnya sampai habis. Lalu ada bercak darah di samping jenazah kakak anda saat ditemukan. Saat ini kami sedang melakukan pencarian terhadap istri kakak anda."

Latif menatap simpati tubuh Mahaad yang gemetar. Lalu dia beranjak berdiri dan menunduk, masih menatap Mahaad. "Sepertinya hanya itu saja. Maaf, saya harus pergi untuk menangani kecelakaan ini." Latif menghela nafas dan berbalik. Sebelum membuka pintu dia menoleh ke arah Mahaad dan berkata, "Permisi." Dan dia pun pergi.

Kemudian dokter masuk dan memberitahu bahwa gadis kecil itu telah siuman. Mendengar itu, Mahaad langsung berdiri dan berlari - tanpa mempedulikan luka yang dialaminya - disusul dokter ke kamar anak itu ditempatkan.

Mahaad membuka pintu dengan keras, sehingga mengagetkan beberapa suster dan dokter yang ada di ruangan itu. Dia melihat sesosok gadis kecil duduk dengan pandangan kosong di kasur. Dia langsung berjalan dan duduk di samping gadis itu, menggenggam tangannya dan menanyakan beberapa pertanyaan.

Anak perempuan itu hanya menatap Mahaad dengan tatapan kosong dan tanpa ekspresi. Dia mulai membuka mulutnya dan mengatakan hal yang sangat mengejutkan Mahaad.

"Kau… siapa?"

TBC...

A/N : Fic ketiga di fandom YGO.

Maaf bila jelek dan tidak memuaskan anda.

Iblis Kira : (menaikkan sebelah alis) Bukannya saudaranya Akhnamkanon itu Akhnadin? Kok, di sini malah si pendeta?

Scarlet : (bows) Maaf, saya memilih Maahad karena saya tidak bisa membayangkan bila tokoh "paman" di sini adalah Akhnadin. Terlalu aneh.

Atem : (mengerang) Kenapa gw jadi cewek lagi? Nggak puas lu ngebuat gw jadi cewek en hamil di "The Last Tears"?

Scarlet : (melirik Atem) Karena lu cantik jadi cewek. Dan tidak, saya tidak puas.

Atem : (sulk)

Scarlet : Tenang saja, kau cowok di fic YGO saya yang lain yang saat ini dalam tahap pembuatan. (melihat Atem yang perlahan cerah) Tapi, kau jadi uke. (smirk melihat Atem down lagi)

Atem : Kejam...

Iblis Kira : (ngakak sampai rahangnya lepas)

Scarlet : Kau juga jadi b*tchnya BB di fic DN yang baru, Kira.

Iblis Kira : (horor)

Atem : (ngakak nggak ketulungan)

Iblis Kira : (death glare)

Scarlet : (bows) Saya ingin tahu apa fic yang ini harus dilanjutkan atau tidak. So, please review if don't mind. Review anda adalah jawaban bagi saya.

...

....

.....

With crimson camelia,

Scarlet Natsume.