Tittle : "Ambisious Love"

Chapter : (still opening)

Author : otpexperience98

Genre : YAOI,Boys Love,romance,school life

Rate : M (sesuai alur/plot)

Cast : Xi Luhan, Oh Sehun,Byun Baekhyun,dll

Pair : HUNHAN,etc.

Disclaimer : plot,setting,dan hal lainnya dalam fanfiction ini murni hasil imajinasi saya cast tentunya milik tuhan,bangsa,negara,dan para fansnya(?).

enjoy,

otpexperience98

.

.

.

"prodak yang akan kami buat berlatar belakang dari persoalan kebersihan,kami akan coba membuat sebuah alat yang fungsinya mempermudah pekerjaan manusia dalam menciptakan kebersihan lingkungan dengan berprinsip kerja sederhana kami yakin manfaat yang dihasilkan sangat presentasi yang saya sampaikan,terimakasih"luhanpun menutup sesi presentasi dengan membungkukan badannya.

PROK PROK PROK

"baik,aku akan membantu dalam perakitan mesin penunjang alat yang kalian buat. kurasa cukup untuk kelas hari ini,jangan menunda tugas yang aku berikan atau daftar nilai kukosongkan,mengerti?"

"baiklah" ke 35 siswa dalam kelas menjawab serempak disertai dengan yang meninggalkan kelas. Kelaspun kembali ramai.

"hei!betapa beruntungnya mereka mendapatkanmu dalam kelompoknya,ck" byun baekhyun namja berperawakan mungil mendumal dengan raut wajah khasnya

"kau bercanda?mereka bahkan tidak sedikitpun menyampaikan pendapatnya dalam diskusi"luhan menjawab sarkastik.

"maksudmu kau yang merancang ide secara keseluruhan?hah aku yang berotak standar merasa lebih beruntung kkk"

"standar?ayolah..,hei bagaimana dengan les matematika hari ini?bukankah jadwalnya dipercepat?"tanya luhan

"ah benar,cepatlah bersiap"

Mereka pun mengakhiri obrolan mereka dan beranjak pergi ke tempat les.

Xi luhan dan byun baekhyun,siapa yang tak kenal mereka? Kerupawanan –dalam hal ini mungkin kecantikan-mereka bukanlah satu-satunya poin yang membuat mereka populer. Selain itu prestasi,kemampuan akademik di atas rata-rata,perwakilan sekolah dalam olimpiade antar sekolah menengah atas bergengsi, itulah poin utamanya. Sebenarnya mereka bukanlah seseorang yang pantas dijuluki anti sosial,namun sifat dingin keduanya membuat sebagian besar siswa sekolah menengah chungju mempertimbangkan kembali niat mereka untuk dapat menjlin pertemanan.

.

.

.

"persiapkan diri kalian untuk seleksi olimpiade matematika tahun ini,maksudku kimia untuk byun baekhyun. Ah sekedar informasi,sekolah menengah Gyeongsan mengganti perwakilannya kim min seok untuk seleksi matematika tahun ini,lelah akan kekalahan kurasa alasan yang tepat. Mr xi mr byun,aku percaya pada kalian." tersenyum lembut penuh ambisi.

"baekhyun,tidakkah kau merasa sedikit khawatir mengenai seleksi tahun ini?" luhan bertanya tanpa memandang lawan bicaranya.

"em..tidak,bukankah pembekalan materi sudah lebih dari cukup untuk persiapan?"baekhyun sedikit bingung atas pertanyataan luhan yang terdengar sedikit pesimis itu.

"..." luhan diam tak menjawab.

Other side

"ta tapi..saya tidak yakin saya mampu " pria berkult pucat menjawab dengan terbata.

"ayolah sehun,kurasa korea bertaraf sedikit lebih rendah dibandingkan irlandia,kau tak perlu khawatir sistem seperti apa yang di terapkan dalam seleksi kali ini." meyakinkan.

Sehun menarik nafasnya dalam, "baiklah..saya bersedia."

tersenyum penuh arti setelah mendengar ucapan sehun.

Waktu seleksi berbagai oimpiade yang telah dijadwalkanpun tiba, para perwakilan sekolah yang kan mengikuti seleksipun sudah menempati ruangannya masing – masing. Luhan,baekhyun dan 2 siswa lainnya pun sudah berpisah karena ruangan yang berbeda.

LUHAN POV

Selama 16 tahun hidup,belum pernah sekalipun aku merasa gugup ataupun kecewa terhadap apapun yang kujalani. Membosankan. Itulah yang aku rasakan. Setinggi apapun penghargaan yang kudapat,sebanyak apapun pujian yang aku dengar,semakin banyak pula porsiku dalam belajar. Orang tuaku sangat menuntutku dalam berpendidikan,aku tau ini untuk kebaikanku akan tetapi mereka tak pernah sekalipun memberi toleransi akan apapun alasan yang kuberikan. 'Kekalahan' terdengar tabu dimata keluarga kami.

Ayahku seorang dosen fisika murni di salah satu perguruan tinggi terkemuka,ibuku profesor matematika yang hampir ¾ jam dalam sehari ia gunakan untuk mengembangkan dimensi matematikanya. Berlatar belakang keluarga yang berkecimpung di bidang eksak mebuatku mau tak mau harus terampil dalam berhitung. Tak ada hobi berarti yang kumiliki, ah..apa mengerjakan soal termasuk hobi? Intinya,ada hal yang kurasakan sensasinya. Yaitu..malu,berdebar,dan lepas.

LUHAN POV END

"hallo?kau mendengarku?"

'a-ah?iya?"luhan tergagap sadar dari lamunannya

"kau..xi..xi..ah bagaimana cara membacanya"pria tadi menggaruk rambutnya frustasi

"apa apaan dia ini?bukankah menghitung juga perlu membaca?hm..kulit itu..ras kaukasoid?berwarna putih biasa menetap di eropa,afrika utara,timur tengah,yang keturunannya ada juga yang menetap di australia,amerika utara?ah..bukankah seorang pakar dari australia menyebutkan bahwa ras tidak berarti lagi karna fenotipe seseorang ditentukan oleh sejumlah kecil gen?" luhan mulai mengamati objek di depannya sambil mengakurkannya dengan teori yang ia ketahui.

"ah..xi..lu..han?"pria tadi akhirnya menyelesaikan ejaannya.

"..."luhan hanya diam dengan wajah dingin berkarismanya.

"i-itu..apa kau membawa rautan di kotak pensilmu?kau tahu..ahahaha aku tak ingat jadwal seleksi ternyata hari ini,juga kurasa aku kurang mempersiapkan dan berantisipasi jika hal hal mendadak seperti ya-"ia menghembuskan nafasnya lelah. Sementara luhan mengedipkan matanya beberapa kali serta hanya diam menatap dengan tatapan dinginnya.

"pensilku patah..ya..ahahaha"ia tertawa canggung.

"mengapa ia banyak sekali memakai kata yang kurang efektif?bukankah keefektifan kalimat sangat penting dalam tatanan bahasa korea?"luhan masih menyesuaikan hasil amatannya dengan teori.

"emm..jadi?apa kau membawanya?maksudku rautan,nona?"pria tadi mulai bngung dengan reaksi yang luhan berikan.

"nona?"luhan akhirnya menjawab.

"ya.. xi?"pria tadi bertanya seakan-akan bermakna 'apa aku salah?'

"tidakkah antara pria dan wanita terdapat perbedaan yang sangat signifikan?"luhan kembali bertanya dengan nada teoristisnya.

Pria yang di ajak bicarapun bangkit dari bangkunya. "sebent..apa?" terkejut.

"apa yang kau lakukan?"luhan sempat terkejut namun tetap dengan ekspresi dinginnya.

Ternyata setelah bangkit dari kursi,pria tadi membungkukan badannya untuk melihat kartu peserta luhan. Jarak mereka sangat dekat,hidung keduanya mungkin berdempet jika pria tersebut menegakkan kepalanya.

"wah..jadi seperti ini ya 'flower boy' itu,mata bening,bulu mata lentik,hidung bangir,wajah mungil,dan..bibir...merah merekah"pandangannya jatuh pada bibir pria yang diamati.

DEG DEG DEG

Luhan mengerejap bingung,ada sensasi aneh yang ia rasakan saat ini. Saat pria itu menatap satu persatu objek di wajahnya,apalagi saat sampai di bibirnya.

"aku tahu bagaimana rasanya bangga,tersanjung,dan ..kemana rasa ini harus kukategorikan?"

"luhan..bagaimana bisa pria sepertimu secantik ini?" pria tadi menatap lurus kedalam mata bening luhan dengan bisikan.

"..."luhan diam dengan mata yang juga menatap dalam sang penanya. Cukup lama sampai-

"xi luhan"suara wanita paruh baya terdengar sangat dingin dan tegas.

Luhanpun memutuskan pandangannya dengan cepat dan sedikit tersentak. Sementara pria lainnya kembali duduk di kursinya sambil mencari tahu siapan yang memanggil pria cant-maksudnya memanggil luhan. Rasa kecewa sedikit ia rasakan karna momen saling mentapnya terganggu.

"ya,ibu?"suara luhan menjawab lembut namun tetap terdengar dingin.

"bagaimana persiapanmu?sudah matang?kau ingat bentuk dan cara penyelesaian soal matematika yang hanya dapat dikerjakan oleh george danzig itu kan?"ibu bertanya seolah ia akan menelan luhan jika saja ia menjawab 'tidak'.

"ya, saja aku ingat"luhan menjawab penuh beban.

"bagus,aku tahu kau bisa. Ingat,soal dengan bentuk seperti itu diberi poin sangat tinggi dalam olimpiade seperti ini,kuharap kau bisa menjawabnya dengan benar,xi luhan."ibunya menepuk bahu si pria cantik sambil berlalu.

"..."luhan hanya diam dengan ekspresi lelahnya.

Sementara pria yang tadi sempat saling bertatapan dengan luhan hanya memperhatikan interaksi anak dan –ia yakin yang tadi itu- ibunya dengan bingung. "bahkan ibunya tidak memberinya semangat" dalam hati,ia merasa sedikit prihatin dengan si pria cantik.

TEEETTTTT

Akhirnya bel tanda dimulainya seleksipun berbunyi. Seluruh peserta dalam ruangan mempersiapkan alat tulis yang diperlukan,ada juga diantara mereka yang terlihat serius berdo'a demi kelancaran kegiatan ini. Begitupun dengan luhan,sepasang tangan halus ia kepalkan didepan dada,disertai dengan terpejamnya indra penglihatan berbulu mata lentik. Tepat di sebelah bangku yang ia duduki seseorang telah kembali mebuka kelopak mata tanda ia telah selesai berdo'a lalu tak sengaja matanya menangkap luhan yang sedang serius berdo'a.

"yatuhan,bahkan saat sedang memohon berkatmu saja ia terlihat sangat cantik dan selama hampir setengah jam disini,belum pernah sekalipun aku melihat raut wajah tersenyumnya. Apa yang sebenarnya ia pendam dalam hati?"

.

.

Tak terasa waktu yang tersisa tinggal 10 menit lagi. Pria berkulit pucat meregangkan kedua tangannya menghilangkan rasa tegang lalu pandangannya ia alihkan kepada rivalnya(ia bahkan tak sanggup menyadari hal ini)disebelah. Ia menyerengit bingung melihat ekspresi luhan yang terlihat sangat tegang dan syarat akan beban."apa ada soal yang tidak bisa ia kerjakan?"tanyanya dalam hati. Karena penasaran iapun memutuskan untuk memanggil luhan dengan suara yang amat pelan.

"ssttt..xi luhan!" ia mencoba agar suaranya tak terdengar orang lain apalai pengawas.

Dan berhasil,luhan pun mendengarnya lalu berbalik menghadap si pemanggil dengan raut wajah lelah. "apa kau sakit?atau..sesuatu yang buruk terjadi?"pria pemanggil bertanya khawatir.

"..."luhan menggeleng lalu kembali menunduk menatap lembar jawabannya.

"luhanah.."

DEG

"a-apa yang terhjadi dengan detak jantungku?ini asing sekali"luhan semakin menunduk dengan pandangan tak fokus.

"pelajar oh sehun,haruskah aku membacakan poin tentang dilarangnya mengajak peserta lain mengobrol saat waktu seleksi berlangsung?" pengawas ruangan bertanya dengan senyum paksaan.

"ah..tidak,maafkan saya"pria yang ternyata bernama oh sehun itu akhirnya kembali fokus dengan lembar jawaban yang sebenernya ia yakin tak akan ada yang salah.

Tanpa sehun sadari ternyata luhan memandang sehun yang sedang menundukan wajahnya sekilas. "andaikan aku menyahut saja saat ia memanggilku,pasti ia tak akan dipermalukan pengawas ruangan karna mengajakku mengobrol,oh sehun..kau tahu?hari ini aku merasakan dua sekaligus persaaan asing yang berbeda." Kedua pipinyapun perlahan terangkat samar.

Waktu seleksipun selesai,semua peserta mulai meninggalkan tempat berlangsungnya test,adapun pengumuman hasil diinformasikan 3 hari setelah seleksi berlangsung. Luhan berjalan dilorong gedung dengan tak bersemangat,sungguh terlalu banyak persoalan yang sering ia pikirkan selama ini tanpa berkeluh kesah pada siapapun bahan baekhyun sekalipun. Namun tiba-tiba ia berhenti melangkahkan kakinya.

Luhan pov

'bukankah dia pria yang tadi...membuatku merasakan perasaan asing itu..oh sehun?"luhan bergumam dalam hati tanpa meneruskan langkah kakinya. Tanpa luhan sadari ternyata sehun sudah ada dihadapannya,lalu.. "luhan?hai..kau belum pulang?" sehun bertanya dengan antusias. Lagi-lagi luhan belum tersadar dari lamunannya,sehun mengerenyitkan keningnya bingung karna luhan tak kunjung menjawab.

"oh sehun?"luhan malah menyebut nama sehun dengan volume suara kelewat kecil sambil mengedipkan matanya beberapa kali dengan imut hingga membuat sehun terkikik dibuatnya. "kkk luhanah..apa rumus pengerjaan soal-soal test tadi masih hilir mudik dalam pikiranmu?kkk". luhanpun tersadar dari lamunannya, "ti-tidak..tentu saja tidak..oh sehun-ssi" luhan mengelak dengan suara yang pelahan semakin kecil volumenya. "hahaha baiklah baiklah..itu hanya lelucon,hm.."sehun yang tadinya akan melanjutkan ucapannya terpaksa berhenti karena melihat sesuatu yang ganjal pada wajah cantik luhan. Tanpa berkata sehun langsung menarik tangan luhan dan berjalan dengan sedikit cepat.

"ya-yahh sehun-ssi apa yang kau lakukan?lepaskan tanganku"luhan bingung karena tindakan sehun yang tiba-tiba menariknya seperti ini. "diamlah luhan..ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Ah dan satu lagi,bisakah kau memanggilku tanpa embel-embel ssi?itu terdengar seperti aku sudah berumur 30 tahun-nan"sehun berbicara tanpa melepaskan genggamannya di tangan luhan dan terus berjalan entah kemana tujuan sebenarnya sampai- ia membuka pintu bertuliskan 'toilet pria'.

"toilet pria?apa maksud sehun membawaku kesini?tu-tunggu..apa jangan-jangan..."luhan kembali berintuisi dengan mengaitkannya dengan teori-teori dan studi kasus mendetail,sampai ia membelalak "ini...mirip salah satu motif para tersangka pemerkosaan saat—" intuisi luhan terpotong saat sehun mebalikan tubuhnya mendadak. "xi luhan..kau tau?walupun wajahmu cantik,akan tetap terlihat aneh jika ada noda bekas pena seperti ini ckck" ucap sehun dengan kedua tangan yang diletakkan di lengan atas hanya menatap sehun tak mengerti,sehun mulai mengerti kebiasaan luhan yang satu ini. untuk memperjelas maksud ucapannya tadi,iapun membalikan tubuh luhan agar menghadap ke kanan dimana ada cermin besar di dindingnya. Tidak hanya itu,sehun juga turut merubah posisinya ke belakang tubuh luhan.

DEG

Luhan dapat melihat dengan jelas sedekat apa ia dengan sehun dari bayangan yang terpantul di kaca. Perbedaan tinggi badan yang membuat keduanya terlihat selaras berestetik kembali membuat luhan merasakan perasaan yang perasaan ini disebut asing jika sudah berkali-kali luhan merasakannya?. "kau lihat?disini terdapat noda hitam bekas pena" tangan kanan sehun-entah ia sadar atau tidak-menyentuh pipi luhan dimana terdapat noda yang ia maksud. Ibu jarinya perlahan mengusap lembut pipi luhan dengan tujuan noda itu menghilang,sementara tangannya yang lain tetap pada posisi semula yaitu memegang lengan atas luhan. luhan terdiam dengan tetap memandang bayangannya dan sehun di jantungnya?berpacu semakin cepat. "sekarang aku menyadari bahwa tak semua hal membosankan,sehun."gumaman itu diiringi tertutupnya penglihatan luhan.

Sehun masih dengan kegiatanya mengusap lembut pipi luhan untuk menghilangkan noda tadi,ia tampak sangat fokus dengan apa yang a kerjakan sampai perlahan-lahan noda itu menghilang. Ia tersenyum puas,ia mengentikan usapannya lalu memutarkan keran air dan sedikit membasuh telapak tangan kanannya. Setelah dirasa cukup basah ia kembali mengusap lembut pipi luhan agar noda tadi menghilang dengan sempurna. Namun usapan itu tanpa sengaja sampai di atas bibir ranum luhan,sehun sempat terkejut karna hampir saja bersikap lancang namun saat ia melihat lagi objek itu,bibir tidak terlalu tipis berwarna merah muda alami tak terlalu perintah dari otaknya ibu jarinya bergerak lagi mengusap bibir ranum itu dengan dibarengi terbukanya kelopak mata luhan. pandangan luhan lurus menatap ibu jari sehun. Pandangan mereka terangkat menuju mata masing masing pemiliknya bersamaan. Tatapan keduanya pun bertemu,menyelami masing masing keinginan yang tak tersampaikan sampai penglihatan keduanya mulai menyayu,sehun memajukan kepalanya agar bibirnya sampai pada bibir luhan yang sejak tadi menjadi objek pengganggu konsentrasinya.

DEG DEG DEG

Luhan pov

Rasa menggelitik mulai merayapi tubuhku,lalu ada perasaan seperti senang yang membucah ketika sehun mulai mendekati bibirku. Aku awam menyangkut perasaan seperti ini,16 tahun aku memijaki dunia ini, baru sekarang 17 april tahun 2015 seseorang yang baru setengah hari kukenal bernama Oh sehun memunculkan sensasi seperti ini dalam perasaanku. Selain itu,ini juga pertama kalinya aku merespon suatu hal tanpa memikirkannya dengan teori ataupun rumus seperti yang selalu aku lakukan selama ini,dengan kata lain..aku hanya mengikutiku naluriku,sebagai manusia. . .

ToBeContinue

hallo!saya author baru di ffn ini,kkk. dan tentunya juga ini fanfiction pertama saya. untuk itu,saya harap teman-teman semua dapat memberikan saran ataupun kritik(tentunya yang membangun) jikalau ada kekeliruan yang saya buat. oh iya,ini juga hanya sebagai pembukaan dari cerita,jadi saya mohon maaf jika bagian awal ini kurang panjang atau apapun . review eman-teman semua sangat berarti bagi saya,jika sempat tolong di review ya teman-teman :)

terakhir,sampai bertemu di chapter 1!~