Disclaimer : Hell Girl (Jigoku Shoujo) punya Miyuki Eto..
Tapi Ichimoku Ren punya saya.. !
*disirem Readers*
Haii, minna..
Iriya balik lagi.. (Enma :terus? G harus bilang WAAWW sambil goyang itik gitu?) Iriya balik lagi di fic kesayangan Iriya, ga tau kenapa maunya bikin fic ini mulu.. hehehee.. (Enma : bilang aja ga bisa bikin fic laen) Nahh, kali ini Iriya coba bikin fic romance yg hurt gimanaaaaa gitu.. berdasarkan pengalaman pribadi sii (Enma :ceilaahh.. curcol nihh?)
Ya udah deh daripada Iriya beneran curcol disini mendingan kita capcus baca..
Yuuuu cyyyiiiinnnnn~~
LOVE OR... ?
Chapter 1
Aku membuka mataku, merasa berat dan pusing. Pandanganku masih kabur dan aku merasakan seluruh tubuhku sakit. Aku menatap sekeliling kamarku... Berantakan! Selimut bewarna putih yang membungkus tubuh telanjangku, kusingkap dan aku berjalan menuju kamar mandi.
Kubiarkan tubuhku tersiram dinginnya air, aku hanya berdiri merasakan hujaman rintik air di seluruh tubuhku.
"... sakit.." Aku menggumam pelan, entah pada siapa.
Kutatap pantulan diriku di cermin, seorang gadis dengan tinggi 165Cm, berkulit putih khas Asia dengan iris mata dark violet, berambut indigo panjang bergelombang yang tergerai hingga ke pinggang, pipi tirus dan kantung mata tebal, beserta beberapa bercak merah di sekujur tubuh.
".. Seperti bukan aku..." lirihku.
Aku menyentuh pelan salah satu bercak merah di leherku. Bagi seorang gadis, memiliki bercak merah ini harusnya merupakan bukti kebahagiaannya bersama kekasihnya. Ini harusna menjadi tanda bahwa mereka saling mencintai dan memiliki. Tapi... tidak untukku. Selama aku masih di sini, berada di cengkeraman lelaki itu... Aku tidak akan pernah bisa merasakan bahagia yang seperti itu.
Tidak! Laki – laki itu tidak menyiksaku. Dia.. sangat baik terhadapku. Terlalu baik malah. Tsutsumi Jin, kekasihku, memperlakukanku bagaikan seorang ratu. Tetapi... entah mengapa aku merasa tidak bahagia.
Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi. Pandangan mataku menangkap sebuah jam digital di dekat meja tidurku, 23:10. Hampir tengah malam. Aku membuka lemar pakaianku dan memilih piyama nyaman dengan motif polkadot biru muda dan mengenakannya. Aku perlu tidur, kurasa.
Kutarik sprei dan selimutku dari ranjang queen size yang berada di hadapanku, membuangnya ke sembarang arah dan mengambil selimut lain yang bewarna hijau lembut dengan motif dedaunan dan bunga – bunga daisy kecil, melebarkannya di ranjang, dan berusaha untuk tidur.
Hampir 1jam aku memejamkan mataku, namun tak kunjung terlelap. Pikiranku terus tertuju tumpukan sprei dan selimut putih yang tadi kulempar, bukti percintan aku dan Jin. Jin mungkin langsung pulang setelah melakukannya denganku, dia tidak membangunkanku karena aku tertidur pulas sepertinya. Aku menegakkan tubuhku dan meraih handphone yang tengah terbaring manis di samping jam digitalku. Ada sebuah pesan masuk :
Tsutsumi Jin
'Arina, maaf aku pulang duluan. Kau tertidur dengan pulas sekali, aku tidak tega untuk membangunkanmu. Terima kasih untuk malam ini, aku sangat menikmatinya. Oh, ya, besok kita ada meeting penting dengan Kanazawa Group pukul 08.00 pagi. Setelah itu, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Mungkin Kanazawa Ichii, presdir dari Kanazawa Group akan ikut makan siang dengan kita, tak apa kan? Baiklah, kuharap kau tidur dengan nyenyak. Aishiteru, Arina.'
Senyum tipis sedikit terlukis di wajahku. Jin memang sangat baik dan perhatian. Tapi... pandanganku mengabur, napasku memburu, dan dapat kurasakan bagian pipiku basah. Ya Tuhan, tolong katakan kalau ini semua hanya kebohongan. Ichii... Ichii... besok aku akan bertemu dengan Ichii?
Kanazawa Ichii, teman kecilku yang sudah 3 tahun kuliah di Los Angeles, pewaris satu – satunya Kanazawa Group, adalah satu – satunya pria yang kucintai. Aku tahu, Ichii tidak akan pernah mungkin mencintai wanita sepertiku. Dia menganggapku hanya sebagai adiknya, tidak lebih, dan tidak akan pernah lebih dari itu. Aku sangat mengaguminya dari dulu. Dia tampak begitu dewasa, ceria, cerdas, dan selalu dapat diandalkan. Tanpa disadari, aku semakin terpikat olehnya dan begitu mencintainya. Setelah lulus SMA, aku dan Ichii haru dihadapkan pada kenyataan bahwa kami berdua harus terpisah. Dia akan kuliah di LA, dan aku harus melanjutkan kuliahku di Sydney. Tidak pernah ada kabar dari Ichii sejak saat itu, namun aku selalu dan selalu memikirkannya. Aku begitu mencintainya dan tidak dapat melupakannya walau hanya sedetik dari pikiranku.
Di Melbourne, aku bertemu dengan Jin dan kami mulai akrab. Jin sangat baik dan selalu membantuku selama aku di Sydney, karena itu aku tidak bisa menlaknya saat ia memintaku untuk menjadi kekasihnya. Kupikir, jika aku berhubungan dengan Jin, aku dapat melupakan Ichii. Tetapi, begitu aku kembali ke Tokyo dan mendapat kabar kalau Ichii juga sudah kembali ke sini, aku tidak dapat menepis perasaan cinta yang mulai meracun di hatiku.
Aku pernah menyatakan perasaanku kepada Ichii sebelum kami berpisah, ia hanya tertawa dan membungkuk dalam – dalam. Masih dapat kuingat dengan jelas senyumnya saat itu, secerah mentari. Rambut pirang panjangnya yang terikat melambai ditiup angin musim semi, matanya hijau jernihnya menatap lurus ke arahku, pipinya bersemu merah, namun...
"Aku menyukaimu," Ichii tersenyum ramah.
"Tetapi, aku bukan pria hebat yang dapat mencintai dua wanita dalam satu tarikan napas. Aku sudah ditunangkan dengan Mari dari Ouda Group dan aku sangat mencintainya. Tetapi, aku sangat senang mendengar pernyataanmu. Sungguh, senang sekali," setelah mengucapkan itu, dia berlari menjauh dan meninggalkanku sendiri.
"Ichii..." aku menggenggam handphone yang ada di tanganku sambil terisak. Perih, sakit, dan juga sedikit rasa senang karena akhirnya aku bisa bertemu dengannya lagi.
Meskipun sudah 2 bulan kami kembali ke Tokyo, tapi kami tidak pernah bertemu. Terlebih, kami memimpin perusahaan yang berbeda dan memiliki tanggung jawab yang berbeda pula. Semenjak kepulanganku, orang tuaku sudah gembar – gembor membicarakan pertunangan aku dan Jin, perusahaanku dan Jin juga langsung mengadakan kontrak yang menghasilkan keuntungan yang tak ternilai harganya. Tetapi... rasa sakit ini.. rasa pedih ini.. kenapa hanya aku yang merasakannya?
