Kim Taehyung, terlahir sempurna. Wajah yang tampan. Keluarga yang harmonis dan saling menyayangi. Kekayaan yang berlimpah yang kelak akan jatuh ketangannya suatu saat nanti. Pendidikan yang tinggi. Dan. . . penggemar?, . . .tentu saja ia memiliki penggemar, siapa yang tidak akan menjadi 'fans' dari Kim Taehyung dengan segala kesempurnaannya. Tetapi sayang sekali ia sudah memiliki kekasih yang cantik dan baik hati yang telah ia pacari semasa SMA. Tetapi walaupun semua orang menyebutnya 'sempurna' tetap saja ia memiliki kekuranngan. Terlahir di keluarga kaya dengan segala fasilitas yang tersedia dan pelayan-pelayan yang siap 24 jam melayaninya, membuatnya tidak terbiasa melakukan apapun sendirian. Tapi, apakah ia masih bisa bertahan, ketika roda kehidupannya berputar 180 derjat?.
.
.
.
Precious
.
.
.
Busan, December 2012.
'apa kau sudah sampai di bandara Tae-ya?'
"ne umma" jawab Taehyung malas
'apa kau sudah menemukan paman Jeon? Dia memberikan pesan padaku tadi kalau ia membawa kertas berisikan namamu, pastikan kau melihatnya nak!'
"aku tidak bisa menemukannya umma, terlalu banyak orang disini, . . ."tiba-tiba Taehyung berhenti berbicara dan mengangkat sebelah alisnya
"aku sudah menemukannya umma"lanjut Taehyung,
Taehyung melihat ke salah seorang namja yang sedang mengangkat handphone di atas kepalanya dengan tulisan yang bergerak yang berisikan namanya, ia tak tau nama aplikasi yang familiar olehnya itu, tapi ia tau karena kekasihnya yang selalu membawa ketika menonton konser. Ia juga ingat kata-kata kekasihnya 'aplikasi ini lebih simpel, jadi aku tak perlu repot-repot menulis di kertas dan membawanya, bukankah aku fangirl jenius'. Taehyung sedikit terkekeh mengingat kata-kata kekasihnya itu.
"seperti fanboy saja" Taehyung tersenyum
'apa?'
"tidak, aku sudah menemukannya, nanti aku akan menelponmu lagi umma"
'baiklah, kau bersikap baiklah disana, oke?'
"sure mom"
'love you boy'
"love you much" Taehyung memutus sambungan teleponnya dan memasukkan handphone ke dalam saku mantel tebalnya.
Taehyung menghampiri namja yang ia sebut sebagai 'fanboy' itu. Ia tak menyangka bahwa paman Jeon akan bersikap layaknya namja yang masih muda, lagipula ia memang masih terlihat sangat muda.
"halo, paman Jeon, aku Kim Taehyung"ucap Taehyung sambil membungkukkan tubuhnya memberi salam
Namja yang Taehyung hampiri itu hanya berlalu dan tidak membalas salam Taehyung. Taehyung menegakkan tubuhnya dan raut wajahnya berubah menjadi kesal, ia sudah bersikap sopan tapi malah namja itu yang bersikap seenaknya. Taehyung sedikit berlari mengikuti namja itu sambil menyeret kopernya.
"apa matamu bermasalah Kim Taehyun-ssi? Apa aku terlihat setua itu?"namja itu memberikan tatapan tidak suka pada Taehyung
"ne?"tanya Taehyung bingung
"paman Jeon itu adalah appa ku" ia berhenti secara tiba-tiba dan memutar tubuhnya dan Taehyung hampir saja menabraknya
"mianhe, aku tidak tau, aku. . .Kim Taehyung"ucap Taehyung memaksakan senyuman dibalik wajah kesalnya
"Jeon Jungkook"
"Jungkook-ssi, kau memarkir mobilmu dimana?" tanya Taehyung sambil tetap mempercepat langkahnya
"kita naik kereta dari sini, setelah itu dengan bus menuju rumahku"
"baiklah"ucap Taehyung malas "mobilmu sedang berada di bengkel?"tanya Taehyung lagi
Jungkook hanya menghela napas panjang dan tidak menjawab pertanyaan Taehyung, Taehyung pun tak berniat bertanya lagi. Jungkook terus berjalan menuju stasiun kereta dan tidak menghiraukan Taehyung yang tertinggal di belakannya. Tidak butuh waktu lama kereta pun datang, semua penumpang segera masuk, begitu juga dengan Taehyung yang segera mendudukkan tubuhnya di kursi penumpang yang kosong dan membiarkan matanya tertutup karena begitu kelelahan. Belum beberpa menit acara tidurnya itu diganggu seseorang, Jungkook menendang-nendang kaki Taehyung agar ia bangun.
"berdirilah Taehyung-ssi"
"tidak mau, aku sangat lelah"
Sebuah suara membuat Taehyung membuka matanya.
"tidak apa-apa anak muda, temanmu sepertinya lelah sekali, biar aku yang berdiri saja"ucap namja tua itu
Ketika Taehyung hendak memberikan tempat duduknya pada namja tua itu, seseorang di sampingnya bangkit dan mempersilahkan namja tua itu untuk duduk. Jungkook lagi-lagi memperlihatkan wajah tidak sukanya terhadap Taehyung.
Mereka sudah berada di halte bus menuju rumah Jungkook. Tak ada obrolan terdengar dari mereka berdua, Taehyung pun tak berminat untuk mengobrol, entah kenapa mood nya jelek sekali hari ini. Ketika bus datang, lagi-lagi Jungkook hanya menendang kaki Taehyung agar bangun dan segera masuk ke bus. Taehyung hendak mengangkat kopernya ke dalam bus tetapi ia sudah didahului oleh Jumgkook.
'kenapa tidak dari tadi membawakannya untukku'ucap Taehyung setengah berbisik
"kau lamban sekali Taehyung-ssi, makanya aku membantumu, kau kira bus ini akan menunggumu"
Taehyung tak menyangka kalau Jungkook mendengar perkataannya. Tapi ia bertambah kesal setelah Jungkook mengatainya 'lamban'. Rasanya ia ingin memukul keras kepala namja yang dari tadi berbicara seenaknya tentang dirinya itu.
"apa? kau ingin memukulku?"ucap Jungkook tiba-tiba
Taehyung tak menjawab, ia hanya tak menyangka selain mempunyai pendengaran yang tajam, Jungkook juga bisa membaca pikiran, Taehyung berpikir untuk berhati hati ketika berada dekat dengan Jungkook dan menyiapkan mentalnya agar tidak membuat ia 'shock' dengan kejutan-kejutan yang tak ia sangka seperti hari ini.
Perjalanan menuju rumah Jungkook butuh waktu 30 menit dan Taehyung berniat melanjutkan tidurnya yang terganggu tadi. Di perjalanan Jungkook hanya memainkan game handphone nya. Ia sedikit terkejut ketika tiba-tiba kepala Taehyung jatuh di bahunya, ia menghentikan memainkan handphone nya, dan mencoba mengangkat kepala Taehyung untuk disandarkan ke kaca bus, usaha itu cukup berhasil, tetapi lagi-lagi kepala Taehyung memutar dan jatuh di bahu Jungkook, Jungkook berniat menyandarkan kembali kepala Taehyung di kaca jendela bus, tiba-tiba kedua tangan Taehyung memeluk lengan Jungkook. Jungkook pun kali ini hanya pasrah dan berharap tiba di rumah secepatnya.
Getaran handphone di saku mantel Taehyung membuatnya terbangun, matanya masih tertutup dan kedua tangannya segera melepas lengan Jungkook. Jungkook sedikit kesal karena Taehyung tidak meminta maaf ataupu berterima kasih karena telah menggunakan bahu dan lengannya untuk tidur.
Taehyung berusaha membuka matanya ketika berhasil menemukan handphone nya. Ia membuka matanya lebar ketika melihat id caller di handphone nya.
"hallo, chagiya"
'hallo, oppa, apa kau sudah sampai di rumah sepupumu?'
"aku masih di perjalanan, kenapa menelponku?"
'aku merindukanmu oppa'
"bukankah kita kemaren sudah bertemu"
'ne, tapi tetap saja aku merindukanmu, .. . oppa . . .aku punya kabar baik untukmu'
"benarkah?"
'ne,. . . bulan depan keluarga kami akan pindah ke Seoul, appa ingin mengurus perusahannya yang di Seoul, ia menyerahkan perusahaan yang di sini kepada sepupunya'
"aku sangat senang mendengarnya, kita bisa bersama lagi"
'ne, oppa, aku sangat tidak sabar kembali ke Seoul'
"baiklah, pasti di sana masih tengah malam, kau tidurlah, jangan sampai terlambat ke kampus, ne?"
'ne, oppa, bye'
"bye chagiya"
Bus yang di tumpangi Jungkook dan Taehyung berhenti. Jungkook segera menuju pintu keluar, sedangkan Taehyung dengan cepat mengangkat kopernya untuk menyusul Jungkook.
"rumahmu masih jauh?"
"tidak, kita hanya perlu berjalan sekitar 5 menit dari sini"
"baiklah"
Selama di perjalanan menuju rumah Jungkook, Taehyung hanya memperhatikan jalanan di sekitarnya. Tak ada bangunan tinggi ataupun mewah, berbeda sekali dengan lingkungan disekitar rumahnya. Kali ini harapan Taehyung untuk tinggal di rumah mewah dengan segala fasilitas dan beberapa pelayan, telah pupus.
Lagi, Jungkook berhenti tanpa memberi aba-aba dan Taehyung tepat menabrak punggung Jungkook. Taehyung mendengus kesal dan mengusap-usap hidungnya yang kesakitan.
"ya, bisakah kau tidak berhenti tiba-tiba"
"kau saja yang berjalan seperti orang bodoh Taehyung-ssi atau matamu yang memang bermasalah"
Ketika hendak membalas perkataan Jungkook, sebuah suara menginterupsinya, membuat ia mengurungkan niat untuk melakukannya. Seorang pria yang seumuran dengan appa nya tengah berdiri sambil tersenyum di depan pintu sebuah rumah yang tampak begitu sederhana.
"Jungkook-ah jaga bicaramu nak, dia lebih tua darimu"
"halo paman Jeon, apakah anda sehat?"
"aku sehat Tae-ya, masuklah di luar sangat dingin"
Seketika itu juga Jungkook langsung memasuki pekarangan rumah yang tidak begitu besar, Taehyung pun mengikuti Jungkook dari belakang.
"Jungkook-ah, bantu hyung mu membawa koper, lihatlah ia sangat kesulitan membawanya dan juga ia kelelahan selama di perjalanan, jarak antara Chicago dan Korea tidaklah dekat, bersikaplah sebagai tuan rumah yang baik, nak"
"ne appa, aku juga akan mengantarkannya ke kamar" ucap Jungkook kesal
Jungkook berbalik dan mengambil koper milik Taehyung, Taehyung menunjukkan senyuman kemenangannya. Sedangkan paman Jeon tersenyum jahil dan Taehyung membalas dengan cengiran khasnya.
Taehyung hanya meperhatikan punggung Jungkook yang sepertinya terlihat kokoh, serta otot-otot tangannya yang sangat indah. Taehyung di buat terkejut lagi dengan seseorang yang baru ia kenal hari ini. Jungkook berhenti di sebuah pintu yang akan menjadi kamar Taehyung. Ia memegang ganggang pintu itu dan membukanya lalu masuk kedalam sambil menyeret koper Taehyung, dan Taehyung hanya mengikutinya.
"ini kamarmu Taehyung-ssi"
"a a a ahhh, ne, terima kasih telah membawakan koperku"
"kenapa ada namja lamban sepertimu, lain kali aku tidak akan membantumu"
"ya! Aku tidak lamban, ini hanya efek aeroplane lag"ucap Taehyung
Jungkook terkekeh "aeroplane lag? Yang benar itu Jet lag Taehyung-ssi"
"terserah kau saja" Taehyung berusaha tetap terlihat cool walaupun ia baru mengethui istilah yang benar itu adalah Jet lag, ia tak mau terlihat memalukan dan bodoh.
Jungkook memperhatikan Taehyung yang sibuk memperhatikan disekeliling kamar dan menyentuh benda-benda didalam kamar tersebut. Terdapat sebuah ranjang single bed, lemari pakaian dan sebuah meja belajar yang tepat berada didepan jendela, sehingga ia bisa melihat keadaan di luar.
"kamarku ada di atas dan tidak lebih besar dari ini, jadi jangan bertanya kamarku bagaimana atau seberapa besar"ucap Jungkook dan berlalu meninggalkan Taehyung
"aisshh, dia benar-benar bisa membaca pikiran"
Taehyung segera membuka mantelnya, lalu membuka kopernya dan membereskan barang-barangnya. Ketika hendak memasukkan pakainnya ke dalam lemari, ia menemukan sebuah kotak bewarna pink dan mengambilnya lalu membuka kotak itu, ia menemukan sebuah dress berwarna soft pink.
"apa bibi Jeon punya anak perempuan? Sepertinya begitu, tapi aku tidak melihatnya dari tadi"
Taehyung kembali memasukkan dress tersebut dan membereskan semua barang-barangnya, setelah selesai memasukkan pakaiannya kedalam lemari, Taehyung mengambil dua frame foto, yang satu foto ia dengan orang tuanya dan yang satu lagi ia dengan Yuri, pacarnya. Ia memandangi sejenak kedua foto tersebut lalu menaruhnya di nakas disamping tempat tidurnya. Taehyung tersenyum setelah merapikan barang bawaannya, ia mengambil handuk dan segera kekamar mandi yang ada di dalam kamarnya itu. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan acara mandinya, setelah berganti pakaian ia segera menuruni tangga menuju ruang tengah, tapi tidak menemukan siapapun, ia menuju dapur dimana terdapat meja makan disana. Ada paman Jeon yang sedang merapikan meja serta bibi Jeon yang sibuk memasukkan makanan yang baru ia masak ke dalam mangkuk.
"apa yang bisa aku bantu bibi Jeon?"ucap Taehyung tiba-tiba
"semuanya sudah selesai Tae-ya, ahhh bisakah kau memanggilkan Kookie, sepertinya ia tertidur di kamar"
"Kookie?"
"Jungkook, Tae-ya"bibi Jeon terkekeh melihat ekspresi bingung Taehyung
"ah, ne, tentu"
Taehyung segera menaiki tangga dan menuju ke rooftoop dimana kamar Jungkook berada. Taehyung memegang ganggang pintu kamar Jungkook dan membukanya. Ia shock ketika melihat pemandangan didepannya, Jungkook tengah berdiri memandangi handphone nya, terlihat sedang membalas pesan yang ada disana, Jungkook yang sepertinya baru saja selesai mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya dan rambutnya yang masih tampak basah, bagian atas yang topless, menampakkan abs nya yang terbentuk sempurna Taehyung tak berkedip melihat pemandangan didepannya yang ada dipikirannya saat ini adalah, 'Jungkook so sexy'.
Jungkook sadar ada seseorang yang tak asing tengah memandanginya "ya, apa-apaan kau?" Jungkook segera mengambil t-shirtnya yang berada di atas ranjang dan dalam sekejap telah menutupi tubuhnya.
"bisakah mengetuk pintu sebelum memasuki sebuah ruangan?, Taehyung-ssi" ucap Jungkook memberi penekanan pada ujung kalimatnya
"ah,m m m mianhe"
"kenapa kemari?"
"aku?"
"ne, siapa lagi? Bukankah ini kamarku" jawab Jungkook ketus
"ah, aku kesini. . ."Taehyung seketika lupa tujuannya kekamar Jungkook "itu. . ." "mmmm. . ." "aku. . ."Taehyung menyentuh kepalanya dan mengacak rambutnya dengan kasar
Jungkook sedikit kebingungan dengan tingkah Taehyung saat ini, seulas senyuman muncul di wajahnya, pemandangan yang terlihat lucu baginya.
"tunggulah di meja makan, aku akan segera kebawah"ucap Jungkook
"aa a a, kau benar, meja makan"
Taehyung tetap berdiri di depan kamar Jungkook tanpa berniat beranjak sedikitpun. Jungkook memandangi Taehyung bingung, sedangkan Taehyung juga sedikit bingung dengan Jungkook yang memperhatikannya.
"ada apa lagi?"tanya Jungkook
"aa. . . mmm , tidak ada"
"lalu, kenapa masih disana?"
"aku?"
"ne. . ."ucap Jungkook malas
". . ."
"apa kau ingin melihat aku berganti pakaian?"
"ne. . ., ah maksudku tidak"
Jungkook kembali tersenyum melihat Taehyung seperti orang bodoh, sedangkan Taehyung sekarang benar-benar merutuki dirinya karena terlihat benar-benar seperti orang bodoh. Jungkook melangkah menghampiri Taehyung didepan pintu kamarnya, dan mendekatkan wajahnya ke wajah Taehyung, Taehyung tiba-tiba menutup matanya perlahan, Jungkook pun tersenyum dibuatnya.
"hyung. . ."bisik Jungkook
". .."Taehyung tak menjawab
"meja makan"ucap Jungkook
Seketika Taehyung membuka matanya, dan melihat Jungkook dengan senyuman evilnya.
"ya! Kau mengerjaiku?, kukira kau akan menci..."Taehyung segera menutup mulutnya rapat agar tidak mengeluarkan kta-kata yang hanya akan membuatnya malu
"siapa yang akan menciummu Taehyung-ssi"ucap Jungkook masih dengan senyuman kemenangannya karena berhasil mengerjai Taehyung
Sedangkan Taehyung segera berlari menuruni tangga karena ia telah melakukan hal yang memalukan karena tiba-tiba saja ia tak bisa berbicara normal dan bertingkah seperti orang bodoh.
.
.
.
Taehyung segera mendudukkan tubuhnya di kursi, saat ini paman dan bibi Jeon tengah duduk menunggu dia dan Jungkook di meja makan.
"kau kenapa Tae-ya, wajahmu merah?"bibi Jeon sedikit khawatir melihat wajah Taehyung
"aku tidak apa-apa. . ."Taehyung tak melanjutkan perkataannya ketika suara Jungkook tiba-tiba membuatnya ingin menghilang dari dunia ini
"ahh aku lapar sekali"
Acara makan malam pun dimulai. Taehyung terus menundukkan kepalanya selama di meja makan, ia sangat malu berhadapan dengan Jungkook saat ini, tapi entah kenapa ia bisa seperti itu.
"makanlah yang banyak Tae-ya, kau tampak kurus"
"ne bibi"
"Kookie, setelah ini segera tidur jangan bermain game sampai tengah malam, besok hari pertamamu menjadi siswa kelas 3,, jangan sampai terlambat, umma harap kau bisa lulus dengan nilai terbaik dan masuk universitas yang bagus"
"ne. . ., umma"
"Tae-ya kau juga, besok jangan sampai terlambat, kau harus ke kampus lebih pagi, jaraknya sedikit jauh dari sini"
"tentu bibi Jeon"
"kau bisa berangkat bersama Kookie"
"ne" jawab Taehyung singkat
"aku sudah selesai"Jungkook mengakhiiri acara makannya "aku ke kamar dulu, aku harus menyiapkan perlengkapan sekolah"
"ingat, jangan bermain game"
"neee. . .umma"
Jungkook beranjak dari meja makan dan menuju kamarnya.
.
.
.
Setelah makan malam selesai, Taehyung ikut berkumpul di ruang tengah sekedar untuk mengobrol sambil menikmati cemilan yang dibuat bibi Jeon.
"bagaimana keadaan appa dan umma mu?"tanya paman Jeon
"mereka sehat, hanya saja appa sempat drop dan harus dirawat dirumah sakit beberapa hari"
"katakan pada appa mu jangan berpikir terlalu banyak, semua yang menimpa keluargamu saat ini pasti bisa dilalu dengan berpikir jernih"
"ne, nanti akan aku sampaikan"
"apa, perusahaan benar benar tidak bisa tertolong lagi"
"beberapa bulan ini beredar isu-isu yang membuat saham perusahaan appa anjlok, terpaksa appa memecat sebagian karyawannya, tetapi usaha appa mempertahankan perusahaan tidak berhasil, kami benar-benar bangkrut"raut wajah Taehyung berubah seketika, tampak begitu menyedihkan
"tapi, beruntung sekali umma mempunyai tabungan, ia memaksaku untuk tetap kuliah walaupun aku memilih ingin bekerja saja, umma telah membayar biaya kuliahku untuk 4 tahun kedepan, jadi aku tak perlu khawatir lagi dengan urusan kuliah, ia juga memtransfer uang ke tabunganku untuk kebutuhanku disini untuk beberpa bulan"
"syukurlah kalau begitu, jadi kapan mereka menyusulmu?"
"belum bisa di pastikan, . . .mmm paman dan bibi Jeon terima kasih telah menerimaku di sini, aku sangat bersyukur appa memiliki sahabat sepertimu"
"aku harap kau bisa nyaman dan betah berada di sini"ucap paman Jeon
"tentu saja aku akan betah, makanan bibi Jeon sangat enak"Taehyung tersenyum sambil mengacungkan kedua jempolnya
"lebih baik kau istirahat, kau menempuh perjalanan jauh hari ini"
"baiklah, aku permisi kekamar dulu, selmat malam bibi dan paman Jeon"
.
.
.
Taehyung merebahkan tubuhnya di ranjang kecil yang resmi menjadi miliknya sejak ia menempati kamar yang ia tak tau siapa pemilik sebelumnya. Matanya tak bisa diajak berkompromi, ia sangat lelah dan kepalanya dipenuhi berbagai macam pikiran. Tiba-tiba ia teringat akan menelpon umma nya, segera ia mengambil handphone nya. Taehyung tersenyum ketika sambungan teleponnya segera di jawab oleh umma nya.
'Tae-ya, kau belum tidur?'
"belum, bukankah aku berjanji akan menelpon umma, hehe"
'kau pasti lelah nak, istirahatlah agar fresh besok pagi'
"ne, tapi aku ingin bertanya satu hal?"
'apa yang ingin kau tanyakan?'
"umma kapan ke menyusulku ke sini?"
'kenapa? Kau merasa tak nyaman berada disana? Kau baru di sana Tae-ya, lama-lama kau juga akan terbiasa'
"aku merasa nyaman disini, mereka sangat hangat dan menyambutku ketika baru sampai di rumah paman Jeon"
'syukurlah kalau begitu, umma.. . belum bisa pastikan, dalam waktu dekat atau 2 bulan kedepan umma belum tentu juga bisa berada di sana, jadi kau bersabarlah'
"ne . . .aku. . .mengerti, aku tidak apa-apa"
.
.
.
TBC
.
.
Author note
hello everyone,
to be honest, it's not my first ff, I have another ffn account but I've forgotten the email and password lol
btw, dont hesitate to ask and gimme some constructive criticism!
hope you can enjoy my fanfiction :D
