THE PUNISHMENT
.
.
.
.
.
Prologue
.
.
.
.
.
In somewhere university...
"Minnie... kumohon terimalah bunga dan coklat dariku ini... Saranghae, jadilah yeojachinguku..." kata seorang namja sambil berlutut di hadapan seorang yeoja manis.
Yeoja yang dipanggil Minnie tadi hanya tersenyum manis dan mengulurkan tangannya menyambut pemberian sang namja.
"Gomawo, Siwon-ah~ Tapi maaf, aku tidak bisa menerima perasaan cintamu. Kita berteman saja, ne?" Sungmin memasang tampang menyesal sambil mengelus tangan Siwon yang sekarang berada di genggamannya.
Siwon yang merasakan elusan lembut tangan Sungmin yang begitu halus langsung nge-fly.
"Ne, Sungminnie~ tidak masalah hanya menjadi temanmu. Asalkan bisa selalu melihat wajahmu, walau dari kejauhan sekalipun..." sahut Siwon pelan dengan pandangan yang kurang fokus, efek nge-fly. Namja itu bahkan seperti tidak sadar kalau sudah ditolak. Terlalu terbius oleh pesona Sungmin.
"Kau memang mengerti aku, Siwonnie~" Sungmin tersenyum manis.
Siwon serasa akan terkena serangan jantung. Sungmin memanggilnya apa tadi? Siwonnie? Demi dewa-dewi Yunani, Siwon tidak pernah bermimpi bisa mendapatkan panggilan semanis itu dari yeoja pujaannya. Ck, kau berlebihan sekali, Simba (-.-")
Sungmin melirik jam di pergelangan tangannya. "Ah, sudah waktunya aku pulang, Wonnie~"
Siwon membeku dengan tatapan kosong. Wonnie? Oke, Siwon akan pingsan sekarang.
Merasa tak ada respon, Sungmin pun bergegas pergi meninggalkan Siwon yang masih setia dalam posisi berlutut dengan tatapan kosong tanpa menoleh sedikit pun.
Begitu sampai di depan gerbang kampus, Sungmin segera menuju ke kotak sampah dan membuang semua benda pemberian Siwon tadi dengan tampang jijik.
"Ingin menjadi namjachinguku? Cih, dalam mimpimu saja, Choi Siwon!"
.
.
.
.
.
In another university...
"Kau ingin aku mencicipi masakanmu ini?" terdengar suara seorang namja.
"Ne, oppa. Aku sudah membuatnya dengan susah payah dan sungguh-sungguh..." si yeoja menyahut dengan wajah tertunduk malu.
Si namja meraih sumpit dengan angkuh dan mulai menyumpit sepotong daging. Belum sampai ke dalam mulutnya, daging itu sudah melayang jatuh ke lantai, lengkap dengan sumpitnya.
Si yeoja mendongak. "Wae, waeyo, oppa?" tanyanya terkejut. "Kenapa tidak dimakan, oppa? Kenapa dijatuhkan?"
Si namja mendengus kesal. "Kau menyuruhku memakannya?" desis si namja mengerikan, membuat yeoja di hadapannya menunduk ketakutan.
"Bagaimana aku bisa memakannya kalau aromanya saja sudah membuatku ingin muntah!" namja itu menggebrak meja dan menepis kotak bekal di atasnya hingga jatuh dan isinya berhamburan ke lantai.
"Kyu, Kyuhyun oppa... hiks..." si yeoja yang terkejut dengan perbuatan namja bernama Kyuhyun itu mulai terisak.
"Cih! Jangan pernah muncul lagi di hadapanku, Victoria Song!" hardik Kyuhyun kemudian berlalu dari tempat itu, meninggalkan si yeoja beserta tangisannya sendirian.
.
.
.
.
.
In another unidentify place...
Tempat itu sangat bercahaya. Semua atributnya bernuansa putih. Tampaklah sesosok makhluk yang tengah mengamati sesuatu di hadapannya, sebuah cermin berukuran separuh tinggi tubuhnya.
Makhluk yang parasnya tampan sekaligus cantik itu menghela napas melihat cermin di hadapannya. Bukan, ia bukan sedang mengamati wajahnya sendiri melainkan sedang mengamati sesuatu yang lain yang terpantul di cermin itu. Terlihat cermin itu sedang menampilkan sebuah gambar bergerak layaknya televisi.
Kembali sosok itu menghela napas.
"Aku dengar menghela napas terlalu sering itu tidak baik lho," sebuah suara tiba-tiba terdengar dan membuyarkan konsentrasi sosok yang sedang mengamati cermin tersebut.
"Yesungie..."
"Sedang melihat apa, Teuki hyung?" sosok yang baru datang itu mendekat dan ikut memandang cermin.
"Anak muda zaman sekarang benar-benar mengerikan. Lihatlah mereka berdua, mempermainkan dan menyakiti perasaan sesama manusia dengan mudahnya..."
"Kau terlalu melankolis, hyung," Yesung mendecak kecil. "Itu urusan mereka dan mereka sendiri yang akan menanggung resikonya nanti."
"Tapi aku tidak tahan, Sungie. Aku harus meluruskannya." Leeteuk bersikeras. "Bantu aku, ne?"
Yesung menghela napas, mengalah. "Baiklah..." jawabnya malas.
Leeteuk langsung memasang senyum lima jari.
"Kau pilih yang mana?" tanya Leeteuk ceria seolah sedang meminta pendapat Yesung tentang sepatu kulit mana yang lebih keren : kulit buaya atau kulit ular?
"Namja." Jawab Yesung singkat padat jelas.
Leeteuk tersenyum. "Baiklah, kalau begitu aku ambil si yeoja."
.
.
.
.
.
Next or Delete?
A/n : Gimana? Adakah yang berminat dengan FF ini? This is just Prologue. Kalau banyak yang berminat dan review mencapai 20 (gak terlalu tinggi, kan?), saya akan menyiapkan Chapter 1 nya. So?
Follow my twitter :
at Majesty_Michi
Mind to Review?
