Title : Literature of Love

Genre : Romance

Cast :

Park Jihoon (24 y.o)

Bae Jinyoung (22 y.o)

Other wannaone member

.

.

Summary: setelah pindah ke perusahaan penerbitan besar, tak di sangka Jihoon menjadi editor penulis terkenal yang ia idolakan, akan tetapi mengapa semua ekspektasi nya jadi runtuh begini. Terinpirasi dari manga Junjou Romantica dan Sekaiichi Hatsukoi dengan cerita berbeda. Winkdeep.

.

.

Note: cerita ini agak ngambil setting Junjou Romantica dan Sekaichi hatsukoi, jadi jika ada kesamaan cerita jangan protes, karena Jun emang ambil dikit dikit dari sana. *Jakka = penulis. *jakka-nim = panggilan untuk penulis.

.

.

Jihoon POV

Perkenalkan, aku Jihoon seorang editor baru di perusahaan penerbitan ternama "Penerbitan 101". Baru satu minggu aku di pindahkan ke perusahaan besar ini, sebelumnya aku berkerja di perusahaan penerbitan kecil sebagai editor buku literature dan novel bertajuk sastra, dikarenakan perusahaan ku hampir gulung tikar, atasan ku merekomendasikan ku pada penerbitan 101 karena merasa prestasi ku bagus dan sayang jika aku di PHK begitu saja lagi pula wajah ku sangat mendukung untuk di promosikan di perusahaan terkenal, maka dari itu sekarang aku berada di sini. Sekarang aku di tempatkan di bagian editorial novel romance remaja , sebenarnya ini bukan bidang yang biasa ku tangani tapi bukankah seorang editor yang baik harus bisa terbiasa dengan berbagai macam karya.

.

Sudah seminggu aku bekerja di bagian novel remaja atau biasa dipanggil bagian editorial "Aster" namun aku masih belum di ijin kan untuk mengedit novel dan menyentuh naskah, pekerjaan ku di sini hanya membuatkan kopi dan membelikan pegawai yang lebih senior makan siang, sebenarnya aku ini editor apa OB. Dari awal aku memasuki bagian ini memang banyak tatapan sinis yang di tujukan badaku, banyak juga sindiran yang ku dengar seperti prestasi yang ku buat di perusahaan sebelumnya hanya kebetulan saja, mereka tidak tahu saja bagaimana kerasnya usaha ku saat itu, aku sampai hampir menangis darah berjuang membangkitkan semangat pengarang ku saat itu. Apapun itu aku harus bertahan, karena aku sudah tidak tahu akan bekerja di mana lagi selain disini, gaji yang di tawarkan di sini juga cukup besar, untuk menyambung hidup aku harus bertahan di sini.

.

Seperti biasa hari ini aku harus membawakan makan siang yang sudah di pesan oleh yang lain dari kafetaria. Saat aku memasuki lift untuk kembali ke bagian editorial Aster tiba tiba seseorang menyapa ku. Dia terlihat sangat ramah dan baik, dia memperkenalkan diri sebagai Yoon Jisung dari bagian Editorial Rose, bagian Editorial buku Literatur dan Novel dengan kesusastraan tinggi, bagian yang sebenarnya ku ingin kan.

"nah kau pasti Park Jihoon editor yang baru di transfer dari Maroo kan?" Tanya orang bernama Jisung itu.

"iya benar saya Park Jihoon, mohon bantuannya sunbae" aku membungkuk member hormat.

"jangan panggil aku sunbae, panggil Jisung hyung saja karena sepertinya aku jauh lebih tua dari mu" dia kembali tersenyum ramah pada ku, hah dia baik sekali andai saja aku satu bagian dengan nya pasti akan sangat menyenangkan. "ngomong ngomong Jihoon, kenapa kau membawa banyak makanan? Ini makanan untuk editor Aster yang lain kan? Kenapa kau membawakan mereka makanan?"

"eum…itu…" aku bingung harus menjawap apa, haruskah aku berkata jika aku di bully senior ku di bagian Aster.

"kau pasti di bully ya, hah mereka memang biasa seperti itu, kau pasti tertekan kasian sekali anak setampan dirimu di bully seperti ini" Jisung hyung memeluk sambil mengusap kepala ku seperti anak kecil. "bagainama jika kau pindah bagian saja"

"hah? Memang bisa hyung?" Tanya ku tidak percaya.

"tentu saja bisa, 101 itu fleksibel jika memang kau tidak terlalu cocok dengan bagian novel remaja kau bisa pindah ke bagian lain, toh bidang mu bukan di novel remaja kan? Mau pindah ke bagian Literatur tidak? Aku sudah melihat CV mu dan sebenarnya aku tertarik pada mu, tapi kepala editor Aster lebih cepat mendapatkan mu" dia melepaskan pelukannya dan menuntun ku berjalan setelah lift terbuka.

"hyung bisa membantu? Sebenarnya hyung ini siapa sih?" jujur aku bingung sekarang.

"aku kepala editor divisi Rose divisinya cowok cowok tampan, saat CV mu sampai ke perusahaan, kami para kepala editor berebut untuk menjadikan mu anggota bagiannya dan yang menang kepala editor Aster, tapi jika kau bilang tidak betah di sana aku pasti dengan mudah merebut mu, hahaha. Ada editor Rose yang baru saja mengundurkan diri karena dia harus pindah ke luar kota, jadi aku juga harus cepat cari gantinya kan" sesampainya di ruang edit bagian Aster Jisung hyung langsung mengambil makanan yang ada di tangan ku dan menaruhnya di meja kepala editor Aster.

"hey bro sepertinya kau sangat sibuk sampai menyuruh anak baru mengambilkan makanan untuk mu. Kasian sekali ya Jihoon, baru saja kerja di sini tapi sudah di bully, dia tadi curhat pada ku jika dia tidak betah di sini" Jisung hyung berbicara penuh intimidasi pada kepala editor Aster.

"siapa yang membully nya, kami hanya minta tolong untuk mengambilkan makanan dan dia mau" kepala Editor Aster mulai salah tingkah.

"lalu kenapa sampai sekarang dia belum mengedit satu novel pun? Bukan kah novel remaja itu terbitnya lebih sering, dan pasti kalian sibuk sekali. Kenapa Jihoon hanya di suruh menjadi OB disini?" dedas Jisung hgyung.

"dia harus menyesuaikan diri kan? Lagi pula kejam sekali kata kata mu itu bilang jika Jihoon kami perlakukan seperti OB" Kepala Editor Aster masih membela diri.

"menyusuaikan diri itu sambil di beri pekerjaan masalah edit mengedit, bukan jadi OB. Kau tau jika salah satu editor ku mengundurkan diri tiga hari yang lalu aku harus mencari gantinya, dan sepertinya Jihoon tertarik , toh Literatur dan Novel sastra memang bidangnya sejak awal, iyakan Jihoon?" Jisung Hyung mengedipkan mata ke arah ku.

"i..iiya.. jika boleh saya akan mengajukan untuk pindah bagian, karena sepertinya saya lebih cocok di bidang literature" aku membungkukkan badan. Baguslah jika memang aku bisa pindah dari bagian ini, bukannya aku tidak suka dengan novel remaja aku suka dengan semua karya sastra, hanya saja orang orang di sini sungguh tidak bersahabat.

"kau dengar kan? Aku tidak menyangka kau berusaha keras berebut calon karyawan hanya untuk kau suruh suruh seperti pembantu, aku tidak akan melaporkan mu ke pada direktur asalkan kau melepaskan Jihoon untuk ku. Kau taukan bagaimana relasi ku dengan direktur?" Jisung hyung mengancam sambil sedikit mendobrak meja kepala editor Aster. "sekarang juga kau buat surat pemindahan Jihoon karena aku sudah membuatkan surat permohonan pemindahannya, tanda tangan sekarang juga agar besok Jihoon sudah bisa pindah"

" ? sejak kapan?" ujar ku.

"kan aku sudah bilang jika aku mengincar mu sejak awal" jawab Jisung dengan riang.

"o..ok..oke… terserah hyung saja"

"sekarang kau kemasi saja barang mu yang ada di sini, dan aku akan mengurus surat kepindahan mu, untuk sementara barang yang sudah kau bereskan taruh saja di sini, besok baru kau bawa ke ruang Edit Rose" tambah Jisung hyung lagi yang membuat kepala ku semakin pening. Jadi hanya seperti ini saja kalau mau pindah bagian?

Jihoon POV End

.

.

.

Sesuai rencana hari ini Jihoon mulai di pindah ke bagian Editorial Rose, dan seperti dugaannya saat dia akan mengambil barangnya di ruang edit Aster dia mendapat tatapan sinis dari semua orang yang ada di ruangan itu apalagi dari kepala editornya, 'masa bodoh mereka membenci ku yang penting aku tidak bekerja dengan mereka lagi' batin Jihoon.

Saat memasuki ruangan Edit Rose Jihoon di sambut dengan senyuman oleh semua orang yang berada di ruangan itu, sangat berbeda saat dia pertama kali masuk ruang Edit Aster.

"selamat bergabung di Rose Jihoonie, perkenalkan nama ku Hwang Minhyun salah satu editor di sini, mohon kerjasamanya ya Jihoonie" Minhyun mengulurkan tangan dan menjabat tangan Jihoon.

"mohon kerjasamanya juga sunbae" Jihoon menjabat tangan Minhyun sambil membungkuk member hormat.

"tak perlu panggil Sunbae, kaku sekali. Di sini kita akan menjadi rekan kerja jadi tak perlu se kaku itu dengan ku maupun dengan yang lainnya" Minhyun tersenyum ramah.

"nah Jihoon kenalkan aku Park Woojin, aku kemarin lihat CV mu dan ternyata kita seumuran akhirnya aku punya patner juga" editor bernama Woojin itu merangkul Jihoon santai.

"senang punya teman seumuran, mohon bantuannya ya Woojin" Jihoon tersenyum kearah Woojin.

"kenalin juga aku Ha Sungwoon, karena kamu seumuran dengan Woojin berarti panggilnya Sungwoon hyung ya" satu lagi editor yang mendekat untuk memperkenalkan diri.

"dan kenalin hyung nama ku Daehwi, Lee Daehwi editor magang di sini. Selain aku ada Guanlin juga, dia juga editor magang" anak bernama Daehwi itu menarik temannya Guanlin untuk mendekat.

"salam kenal Hyung aku Guanlin"

"salam kenal semua" jawab Jihoon tak kalah ramah. 'kurasa aku akan betah di sini' batin Jihoon.

"Daehwi dan Guanlin ini anak magang tapi kemampuan editing mereka tak kalah sama editor senior lho, itulah kenapa mereka di rekomendasikan oleh kampus mereka untuk kerja part time di sini" sahut Jisung yang tiba tiba ikut gabung.

"mereka masih kuliah?" Jihoon masih tampak tidak percaya, karena bagaimana bisa seorang mahasiswa sudah bisa kerja menjadi editor di perusahaan perbitan besar seperti 101.

"nilai mereka di kampus sangat bagus dan mereka juga punya kemampuan yang baik untuk menjadi editor. Mereka ini spesialis penulis muda" tambah Jisung.

"spesialis penulis muda?" Tanya Jihoon masih tidak mengerti.

"ada beberapa penulis muda berbakat yang menjadi langganan perusahaan kita, dan mereka bisa di bilang sulit di ajak untuk mematuhi jadwal pengumpulan naskah dan mereka juga mudah hilang inspirasi, kau tau kan anak muda itu masih angin aginan, jadi kita kirim anak muda untuk mengatasi anak muda" sahut Minhyun.

"hyungnim saja yang tidak bisa meluluhkan hati anak muda karena kalian semua sudah om om" canda Daehwi sambil memasang wajah sok imut.

"kau ini, belum mau dapat jitakan mesra ya" ujar Woojin yang berusaha menarik Daehwi yang bersembunyi di belakang Jihoon.

"kalau boleh tau Guanlin, dari nama mu sepertinya kau bukan orang korea, apa benar?" Jihoon menatap kea rah Guanlin.

"iya aku memang bukan orang korea, aku dari Taiwan tapi sudah cukup lama di Korea dan belajar sastra Korea, jadi jangan hawatir tentang kemampuan editing ku hyung" jawab Guanlin ramah.

"tidak tidak aku tidak meragukan mu kok, hanya heran saja"

"nah karena sudah kenalan semua, sekarang waktunya untuk kerja. Jihoon untuk hari pertama kau bisa lihat lihat dan Tanya pada semua editor yang ada di sini tak terkecuali pada ku mengerti?" kata Jisung.

"mengerti hyung" jawab Jihoon.

"ah hyung gak asik, masih pengen ngobrol sama Jihoon hyung padahal" Daehwi memeluk Jihoon sambil cemberut.

"ngobrol boleh tapi sambil kerja, bubar"

Akhirnya kerumunan itu pun bubar dan Jihoon di arahkan ke meja nya untuk menata barang barangnya.

"Kenapa di sini dandi Aster berbeda sekali ya" gumam Jihoon.

"wajar sih hyung kalau di Aster memang lebih sengit persaingannya" Daehwi muncul tiba tiba di samping Jihoon bersama dengan Minhyun karena kebetulan meja Jihoon di antara meja mereka.

"kau mengagetkan ku, memang kenapa mereka bisa seperti itu?" Tanya Jihoon sembari mengelus dada karena di kagetkan Daehwi.

"Novel remaja itu sirkulasinya lebih rumit dari novel lainnya karena mereka lebih sering menerbitkan buku dan mereka juga tidak punya penulis tetap. Tidak seperti novel sastra yang jarang di lirik penulis, novel remaja banyak di minati apa lagi untuk penulis muda, jadi bisa di bilang mereka tidak punya penulis tetap" Minhyun memberi jeda sejenak untuk penjelasannya.

"dan lagi, pasar novel remaja hanya terbatas umur tertentu, itulah kenapa para editor di sana bersaing mati matian untuk membuat buku mereka laku di pasaran, mereka juga tak jarang berebut cerita yang di kirim penulis" lanjut Minhyun.

"novel remaja kan susah untuk jadi top seller, mereka juga berganti ganti pengarang yang mereka tangani jadi maklumi saja hyung kalau mereka agak ganas, perjuangan cari muka mereka keras banget sih" tambah Daehwi.

"iya juga sih, kalau di pikir pikir bagian literature dan novel sastra lebih mudah mendapat penghargaan dan top seller dari pada novel remaja, aku jadi merasa bersyukur di pindah kemari" ujar Jihoon.

"kami juga bersyukur kau di pindah kemari hyung" Daehwi kembali memeluk Jihoon.

.

.

.

Setelah makan siang Jihoon dan Daehwi mendiskusikan tentang naskah dari penulis yang di kirimkan padanya. Naskah ini karya penulis muda terkenal Samuel K yang mulai di tangani Daehwi sejak setahun lalu. Untuk hari ini Jihoon hanya melihat lihat dan ikut membantu proses pengeditan editor yang lain sebelum dia di berikan tugas untuk mengedit naskahnya sendiri. Mereka mulai membaca naskahnya bersama dan saling memberi masukan tentang jalan cerita dan penulisannya. Mereka berdiskusi dengan tenang dan hikmat sapai suara dobrakan meja mengagetkan mereka.

"Yang Mulia Bae Jinyoung Jakka-nim hilang kabar, deadline nya satu hari lagi dan dia tidak bisa di hubungi sama sekali, hah… aku bisa gila!" teriak frustasi Jisung.

"Bae Jinyoung?" gumam Jihoon.

"iya Bae Jinyoung, hyung tau kan Bae Jinyoung, dia peraih beberapa penghargaan di bidang sastra dan buku nya selalu menjadi best seller" sahut Daehwi.

"tentu saja aku tau Bae Jinyoung, dia salah satu penulis favorit ku aku sudah membaca semua bukunya dari dulu, hanya saja aku baru tau jika bukunya di edit di divisi ini" jawab Jihoon.

"mau di edit di divisi mana lagi memangnya, kata kata nya yang terlalu puitis dan bernilai sastra tinggi itu tidak akan mungkin bisa di edit divisi lain selain di sini, dan Juga Bae Jinyoung adalah penulis tetap perusahaan yang paling berharga" Daehwi sedikit merubah raut wajahnya. "hanya saja…" ucapan Daehwi terputus karena Jisung tiba tiba berdiri menggambil tas dengan kasar.

"Jihoon ikut dengan ku" perintah Jisung.

"heh? Aku? Kenapa?" Jihoon yang bingung tetap patuh berdiri dan akan bersiap pergi.

"karena kau akan menjadi editor Bae Jinyoung yang baru, editor yang lama mengundurkan diri" jawab Jisung yang sibuk dengan hpnya karena berusaha bernegosiasi dengan pihak percetakan untuk mengulur jadwal.

"kenapa aku? Bukannya penulis besar seperti dia tidak seharusnya di tangani oleh editor baru seperti ku" Jihoon bukannya tidak mau menjadi editor penulis terkenal seperti Bae jinyoung, hanya saja dia merasa belum pantas.

"kemampuan Jihoon di bidang editing sangat bagus, kau pantas untuk mengedit novel Bae Jakka-nim. Apapun yang kau lihat dan kau alami nanti semangat ya, cobalah untuk menebalkan urat sabar mu menghadapinya" kata Minhyun dengan senyum mencurigakan.

"Park Jihoon Fighting!" ujar semua editor Rose dengan wajah mencurigakan.

"maksudnya?" belum sempat pertanyaan Jihoon dijawab dia sudah di tarik oleh sang kepala editor keluar.

.

.

.

Jisung dan Jihoon sampai di depan condominium mewah yang di yakini milik sang penulis besar Bae Jinyoung. Sudah ratusan kali Jisung menekan bel rumah itu tapi sang penghuni tak kunjung menunjukan tanda tanda kehidupan.

"Hyung mungkin Bae Jakka-nim tidak ada di rumah, lebih baik kita kembali saja" kata Jihoon.

"naskahnya Jihoon, naskahnya. Buku ini sangat di nanti oleh penggemar, bahkan jadwal perilisannya sudah di muat di majalah, bisa mati kita jika dia tidak segera mengirim naskahnya" Jisung masih berusaha menelpon dan menekan bell rumah Bae Jinyoung dengan brutal.

"tenang hyung tenang, pasti ada jalan keluar" Jihoon berusaha menenangkan kepala redaksinya itu.

"iya ada jalan keluar" Jisung tersenyum setan. "Jihoon kau tunggu di sini aku akan menhubungi manager gedung ini untuk membuka paksa rumah Bae Jakka-nim" Jisung berlalu dengan cepat.

"aku memang tau rasanya terlewat deadline seperti apa, tapi apa ini tidak berlebihan? Mereka sangat berlebihan jika berhubungan dengan Bae Jinyoung" gumam Jihoon heran.

.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pintu rumah atau bisa kita sebut condominium Bae Jinyoung terbuka, tanpa menunggu banyak waktu Jisung langsung menyeret Jihoon ke dalam menuju suatu ruangan.

"Hyung… bukannya tidak sopan jika kita langsung masuk rumah orang seenaknya" kata Jihoon tak enak.

"kalau kita tidak masuk seperti ini mungkin kita akan mendapat berita seorang penulis terkenal bernama Bae Jinyoung tewas di dalam rumahnya tanpa seorang pun yang mengetahui. Kau harus biasakan diri masuk ke rumahnya seperti ini Jihoon" Jisung membuka salah satu pintu dan membawa Jihoon masuk ke dalamnya.

Di dalam ruangan yang remang itu, bisa di lihat bertumpuk buku dan file berserakan di seluruh ruangan dengan sebuah laptop yang masih menyala lergeletak diantara tumpukan buku buku. Suasana yang sungguh mirip tempat sampah, belum lagi bau tak sedap dari sampah bekas makanan yang ada di salah satu meja di ruangan itu.

"Bae Jakka-nim! hey Bae Jingyoung! Dimana anak itu" Jisung memeriksa laptop yang tergeletak itu. "naskahnya masih kurang setengah, Woy Bae Jinyoung kau di mana!"

"tenang hyung, jangan teriak teriak" Jihoon mencoba sedikit membereskan buku buku yang berserakan. "hyung bisa tolong nyalakan lampunya"

Setelah lampu ruangan itu menyala, Jihoon di kagetkan dengan sebuah tangan manusia yang menyembul dari tumpukan buku, dengan cepat Jihoon menyingkirkan buku buku itu dan menemukan seseorang tergeletak lemah.

"hyung, ada orang di sini" Jihoon mencoba menarik tubuh tak sadarkan diri itu dan mencoba menyadarkannya.

"Ya Bae Jinyoung! Akhirnya kau ketemu, cepat selesaikan naskahnya bocah atau ku bunuh kau! Kau sudah janji akan menyelesaikannya sebelum deadline" Jisung mengoyang goyangkan tubuh Jinyoung dengan brutal.

"hyung kalau seperti itu dia bisa benar benar mati di tangan mu, kita harus panggil ambulance segera, atau minimal panggil dokter" Jihoon berusaha menghubungi rumah sakit.

"Bae Jinyoung bangun kau jangan pura pura pingsan! Cepat selesaikan naskah mu penulis bodoh!" Jisung masih mencoba menyadarkan Jiyoung secara brutal.

"ll..lla…lapparr…. kepala ku…. Ppu..pusing… semua…bberputar… kau… ingin membunuh ku ya hyung…" rintih seseorang yang di yakini sebagai Bae Jinyoung.

"jangan merengek pada ku, sudah ku bilang untuk jaga kesehatan mu dan patuhi deadline mu, kau ini sudah dewasa kenapa tidak bisa mengurus diri sendiri sih, kalau seperti ini terus kau bisa benar benar mati di suatu tempat. Aku sudah malas mengomeli mu setiap hari Jiyoung, aku punya banyak pekerjaan dan tidak sempat mengurus bayi besar seperti mu" omel Jisung pada tubuh lemas Jiyoung.

"hyung sudah, kasihan Bae Jakka-nim, dia bisa tambah pusing mendengar mu marah marah. Kita tunggu dokter datang dan aku akan mencoba memasakan sesuatu untuknya.

Jihoon menuju dapur condominium itu dan mencoba mencari bahan makanan di lemari pendingin yang ada di dapur itu.

"di kulkasnya bayak bahan makanan, dan dia juga punya banyak persediaan makanan instan kenapa tidak dimakan?" Jihoon mulai mengeluarkan bahan makanan dan mulai memasaknya. "jadi ini yang dimaksud editor yang lain, ternyata seorang Bae Jinyoung yang ku kagumi adalah orang yang payah dalam menjalani hidup"

Jihoon menunggu masakannya matang sambil berkeliling condominium yang luasnya bukan main itu.

"rumahnya sangat mewah dan luas, tak heran juga sih, dia kan penulis terkenal" Jihoon mengedarkan pandangan pada salah satu ruangan yang terbuka. "ruangan apa itu? Kenapa terdapat banyak mainan dan boneka? Apa itu koleksinya Jakka-nim ya? Ah terserahlah" Jihoon kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya.

Dia mendengar jika dokter sudah datang, namun dia memilih untuk menyelesaikan dulu masakannya dan membawa beberapa vitamin yang ada di kotak obat di rumah Jinyoung. Setelah semua siap, Jihoon membawa makanan dan vitamin itu ke ruangan Bae Jinyoung, di sana terlihat Jisung yang sedang membereskan ruangan dan Jinyoung yang sedang di infuse dokter.

"permisi, saya membawakan makanan untuk Bae Jakka-nim" Jihoon meletakan makanan itu di meja kopi dekat sofa yang di tiduri Jinyoung.

"terimakasih, ini sangat mebantu. Setelah ini tolong beri tuan Bae makan dan vitamin dan suruh dia untuk tidur beberapa jam. Sepertinya dia kelelahan dan kurang makan, maka dari itu itu kesehatannya menurun" Dokter mulai mengemasi barang barangnya. "saya permisi dulu, jika ada sesuatu hubungi saya, permisi" dokter itu pun keluar dengan di antar Jisung ke luar.

"Jakka-nim… makanlah dulu setelah itu istirahat" Jihoon membawa makanan itu dan memberikannya pada Jinyoung yang berusaha untuk duduk.

"Terimakasih" Jinyoung makan dengan kepala tertunduk dan rambut sedikit menutupi wajahnya.

Jujur sedari tadi Jihoon tidak melihat wajah Bae Jinyoung dengan jelas karena Jinyoung banyak menunduk dan poni rambut Jinyoung menutupi wajahnya, tapi Jihoon rasa Jinyoung memiliki wajah yang kecil.

"cepat makan setelah itu tidur tuan Bae, besok pagi pagi sekali kau harus mulai mengerjakan naskah mu, deadline final nya sampai besok malam jam 7 aku tidak mau tahu, apapun yang terjadi jam 5 sore naskah itu sudah harus kau serahkan pada Jihoon" Jisung yang baru kembali langsung lanjut mengomeli Jinyoung.

"Jihoon?" Tanya lemah Jinyoung yang sedang makan.

"iya yang duduk di samping mu itu namanya Jihoon, mulai sekarang dia editor mu yang baru. Memang terlalu cepat memberinya tugas mengedit di hari pertamanya di Rose, tapi mau bagaimana lagi semua sedang sibuk dan kau malah mengacaukan semua. Jadi terpaksa aku bawa Jihoon segera kesini agar dia cepat bisa memahami kondisi mu" Jisung mulai berpidato panjang kembali.

"hyung… orang sakit itu di hibur tidak di maki maki begini" protes Jinyoung santai.

"kalau kau tidak mengulangi seperti ini terus aku tidak akan memarahi mu seperti ini Jinyoung, kau sadarkan jika kau selalu membuat editor mu tidak betah dengan sikap mu yang angin anginan dan suka seenaknya sendiri. Ku harap ini yang terahir atau aku yang akan menjadi editormu dan aku akan memaksa mu tinggal bersama ku agar aku bisa mengomeli mu setiap waktu" ancam Jisung.

"iya iya hyung, aku janji ini yang terakhir. Membayangkan dirimu yang menjadi editor ku membuat ku merinding hyung. Sekarang hyung dan editor baru pergi saja, aku mau istirahat, besok pagi aku mulai mengerjakan naskahnya, sana hush hush" usir Jinyoung setelah dia menyelesaikan makannya dan memberikan mangkuknya pada Jihoon.

"dasar bocah kurang ajar, awas saja jika naskah mu besok tidak selesai akan ku gantung kau di kawat jemuran rumah ku. Ayo Jihoon kita kembali ke kantor, dekat dekat dengannya membuat ku naik darah" Jisung menarik Jihoon keluar.

.

.

TBC

.

.

Oke oke… ini FF winkdeep baru yang Jun buat

Rada jiplak dari manga sih, tapi biar deh. Inspirasi Jun lagi ke sedot buat FF yang lain jadi yang ini iseng iseng aja

FF ini bakal update cepet kalau banyak yang review, seriusan… Jun udah punya sampek chapter 3 di tangan, jadi yang pengen lanjut silahkan review.

Jangan lupa selalu tinggalkan jejak ya

Sampai ketemu di chapter selanjutnya

XOXO

Junra