Naruto : Masashi Kishimoto
Tetaplah Hidup : Renulaw Kuroliet
Warning : Penulisan tidak sesuai EYD, ke-OOC an karakter, AU, alur yang loncat-loncat, Typo bertebaran. Pov yang mebingungkan. Banyak adegan lebay dan berbahaya untuk ditiru.
Reted : T+
Pairing : NaruSaku
Oh iya… satu lagi pesanku "don't like, don't read, karena bisa menyebabkan keinginan nge-flame"
'mind' "speak"
RnR ocey…
Tetaplah Hidup
Angin malam masuk melewati celah jendela yang tidak tertutup rapat, jauh didalam kamar tersebut terdapat seseorang dengan nafas memburu mencoba mencari kesadaran.
"Tidaaakkkk!" ucapnya ketika baru membuka mata.
Huh…hah…huh… begitulah suara nafas yang ia keluarkan, teratur namun memburu. Basah… ya basah seluruh permukaan kulit putih bak porselennya basah, seakan dinginnya angin malam yang baru saja menerobos tidak bisa mengahapus peluh yang sudah membanjiri badan mungilnya.
"Cih! Sial" umpatnya, "Mimpi itu lagi" lanjutnya dengan nada pelan. Diturunkan kaki jenjangnya, melangkah dengan gontai, tak lupa tangan lentiknya mengobrak-abrik kotak penyimpanan obat.
"Sial" umpatnya lagi, dengan tidak sabar ia menjatuhkan semua obat yang telah tersusun rapi, ia lempar kotak itu hingga membanting pintu "bruak!" lalu terdengarlah bunyi keras yang mengganggu tidur setiap orang disekitar, mengapa dibilang mengganggu tidur itu dikarenakan lihat saja saat ini baru memasuki pukul 3 pagi.
"ini dia!" seringai lemah menghiasi wajah tirusnya. Langsung saja ia minum 2 tablet penenang tanpa setetes air putih pun.
"Sepertinya sudah saatnya…" ucapnya entah pada siapa, ia langkahkan kaki jenjangnya keluar apartemen.
Dengan tatapan mata sayu ia keluar tanpa menutup pintu apartemennya terlebih dahulu. Terus ia langkahi anak tangga. Namun sepertinya bukan lantai bawah yang ia tuju, melainkan atap apertemen berlantai 5 ini.
Terus ia pijaki satu persatu anak tangga, terlihat tatapan matanya kosong, tak ada kilatan emosi apapun disana selain kehampaan dan penderitaan. Hingga akhirnya ia sampai dilantai teratas, dibuka perlahan-lahan pintu berkarat yang membatasi anak tangga dan lantai teratas.
"itu dia…" ucapnya serak sambil menuju pembatas pagar atas atap apartemen.
Perlahan-lahan ia lepas sepatu lusuhnya, ia buka jaket yang menyelimuti tubuh mungilnya, angin malam langsung berlomba menabrak permukaan kulit putihnya sehingga menciptakan dingin yang bisa menyayat setiap inci kulit.
Ia naikkan perlahan satu kaki ke atas pagar pembatas, hingga ia naikkan kaki yang satu lagi. Tepat setelah kedua kakinya menginjak pagar pembatas, ia rentangkan kedua tangannya keatas.
"Selamat tinggal… dunia…" ucapnya sambil melompat dari pagar pembatas, gaya tarik gravitasi langsung menyedot tubuh mungil yang telah pasrah meluncur kebawah. Perlahan-lahan mata emerald nan indahnya menutup, sambil bergumam pelan "Terimakasih Kami-sama"
…gelap…..
….dingin…...
Sakura PoV
Hah… huh… hah…. Derup nafas menderapku, kurasakan badan sekelilingku tertimpa angin, angin yang sangat dingin. Perlahan-lahan kucoba membuka kelopak mataku yang masih tertutup.
Sedikit, sedikit sekali kulihat cahaya… apakah itu surga ataukah neraka? Hingga akhirnya emeraldku benar-benar terbelalak. 'apa ini? Kenapa aku masih berada disini?' fikirku bingung.
'bukankah aku sudah loncat kesana?' ucapku sambil melihat kebawah, kulirik sekeliling untuk memastikan. 'benar, ini aku! Aku masih berada diatas apartemen tapi kenapa aku bisa kembali lagi kesini?' fikirku masih berkecamuk.
"haha haha haha" tawaku keras sambil menahan geli diperutku. "Kami-sama apa kau mendengarku? Hah!" teriakku dengan suara parau. "Aku tidak butuh kesempatan kedua-mu itu, yang ku inginkan MATI, jadi jangan repot-repot dan…"
Ucapku terputus dengan langkah kakiku yang telah jatuh kebawah. Kali ini terdengar suara angin kencang menerpa gendang telingaku, sebelum kututup mataku untuk terakhir kalinya, kusunggingkan senyumku untuk dunia ini "Maaf juga terima kasih Kami-sama"
….gelap…
….dingin…..
Normal PoV
"tinnnn…tinnnnnnnn" suara klakson telah menyadarkan sesosok semampai yang berniat bunuh diri.
Terlihat raut bingung, dan aneh di mata emerald indahnya.
"Kenapa? Kenapa begini Kami-sama?" ucapnya dengan suara parau.
"Bahkan kau tidak mengizinkanku mati?" jeda sebentar "Atau memang Kau tak mau menerimaku? Hahaha hahha aku memang bodoh! Bunuh diri saja tidak bisa" Kali ini ucapnya dengan air mata yang telah berjatuhan.
Whus… semilir angin menerpa rambut pink nan indahnya. Sebentar tatapannya mengosong, namun ketika ia akan mencoba bunuh diri untuk yang ketiga kalinya, tiba- tiba terdengarlah suara megintrupsinya.
"Hei bodoh! Kau mau mencobanya lagi?" ucapnya dengan suara yang berat. "jika aku jadi kau, aku tidak akan melakukannya lagi" lanjutnya dengan suara dingin.
Dengan cepat ia tengokkan kepalanya menuju arah suara tersebut, dan alangkah kagetnya yang ia lihat adalah sesosok pemuda berpakaian kimono hitam dan disekitar punggungnya terdapat sayap hitam kelam nan indah yang sedang terbuka lebar.
"Kau…K..au… siapa?" ucapnya terbata-bata.
"Aku? Entahlah. Menurutmu?" ucap pemuda itu acuh.
"Kau adalah… proyeksi hayalanku kan, seperti saat ini aku hanya berhayal selamat saat sedang bunuh diri kan… hahaha." Ucapnya wanita bermata emerald itu sambil tersenyum miris
"Bodoh" ucapnya sambil menatap tajam emerald indah didepannya.
"Apa?" ucapnya sambil turun dari pagar pembatas, sedikit emosi memang namun akhirnya tatapannya kembali kosong "Hah! Mungkin lain kali aku bunuh dirnya, sepertinya efek obat penenangku terlalu nyata" lanjut suara lemasnya.
"Kau tidak sedang berhalusinasi, tapi aku memang nyata" ucap pemuda itu namun kali ini sambil mendekati sosok wanita mungil tersebut. "Dan… mengapa kau tidak bisa bunuh diri? Itu karena Kami-sama belum mengizinkanmu mati" ucapnya kali ini dengan lebih berperasaan sambil menunjuk kearah langit.
"baka…" dengan intonasi mengejek wanita itu meninggalkan sosok bersayap hitam, terus turun kebawah menuruni anak tangga kembali menuju ke kamar apartemennya.
"hei kau akan kemana?" ucap laki-laki bersayap kelam itu, namun tak ada sautan yang berseru menanggapinya.
Tik..tok… Tik…tok suara jam dinding mengintrupsi fikiran gadis bersurai pink indah tersebut, tak ada pembicaraan, tak ada apapun. Yang ada hanya tatapan mata kosong disana.
Hingga terdengarlah suara baritone yang mengusik ketenangan tersebut "Oh… namamu Sakura ya? Nama yang cantik."
"Kau…?" ucapnya kaget, kali ini ia sukses membelalakkan matanya dengan lebar.
"iya… aku yang tadi. Di fotomu itu kau cantik sedang tersenyum" ucapnya riang sambil menunjuk foto gadis yang terlihat lebih muda beberapa tahun darinya, dan tak lupa aksen nama yang indah'Haruno Sakura'
"Berhentilah… Kumohon berhentilah! Ini hanya ilusi" ucapnya entah pada siapa sambil memegangi puncuk kepalanya.
"hei Sakura-chan aku nyata loh… namaku Naruto, ya… mungkin aku bisa dibilang shinigami yang lewat" ucapnya sambil tersenyum 5 jari.
Sakura hanya bisa menatap sepasang batu safir didepannya dalam diam, ia tidak tau lagi apakah yang ada didepannya ini adalah sesosok hal yang nyata, ia selalu percaya atau lebih tepatnya yakin, Naruto-yang-dia-bilang-namanya adalah sesuatu yang disebut ilusi.
Tik..tok…tik…tok
Sudah berjam-jam tidak ada yang berbicara, bahkan pergerakan beberapa sentipun tidak keluar dari gadis bermahkota pink yang saat ini rambutnya dalam keadaan aut-autan, mungkin berminggi-minggu ia sudah tak menyisirnya.
Jenuh akan kesunyian selama beberapa jam akhirnya Naruto angkat bicara "Hei… Sakura-chan kau tak mau mandi sekarang sudah mau siang loh… bau tau."
Masih didalam tatapan kosong Sakura menjawab sekenanya "tidak perlu"
"Oh" hanya itulah yang bisa dikeluarkan dari mulutnya, sedikit jeda lalu ia melanjutkannya kembali "Eh… Sakura-chan kau tidak makan?"
Keadaan masih sama bagi Sakura, ia pun menjawab dengan nada sama "tidak perlu"
Kemudian Naruto kembali bertanya dengan cengiran manisnya "Oh… Kalau begitu kenapa kau tidak bekerja atau kau bisa melakukan sesuatu?"
"uangku sudah menumpuk dibank" jeda "semuanya… tidak ada yang kuperlukan" kali ini dengan suara yang terdengar lebih pelan.
"Hei, Sakura-chan, ayolah lakukan sesuatu. Jangan diam saja, kau itu menyakiti nyawa dan badan pemberian Kami-sama" bentaknya emosi.
"pemberian HAH!" bentaknya lebih kasar. "Kalau begitu ambil, aku bilang suruh dia ambil milikku semuanya… hiks…semua…hiks…nya" ucapnya kali ini dengan suara parau dan diiringi isak tangis.
"Sakura…chan" ucapnya bengong, dengan tiba-tiba Sakura pergi kedapur.
"Hei…Sakura…Sakura kau mau kemana sih?"
"…." Diam, hanya diam jawabannya.
Diiringi rasa penasaran akhirnya laki-laki berkimono hitam itu mengikuti sakura yang ternyata sedang mencari sesuatu.
"Oh… kau mau makan? Pisau itu untuk memotong apa?" ucapnya bingung.
"hahaha…hahaha… ini?" Sambil menunjuk pisau ditangannya. "ya tentu saja untuk memberikan apa yang Kami-sama butuhkan" ucapnya sambil menunduk.
"apa maksudmu Sakura-chan" ucapnya tambah plus bingung.
"melakukan ini"
Jleeepp…
Dengan mata yang perlahan menutup, ia melihat Naruto membelelakkan mata dan memanggil-manggil namanya. Namun perlahan suaranya pudar, hilang, lalu… sunyi.
….gelap…
…gelap sekali disini…...
…gelap…
"Tidaaaaaaaak" Ucapnya secara tiba-tiba. "Sial lagi-lagi mimpi itu" ucapnya sambil menuruni tempat tidur
Ia lihat tumpukan obat yang berserakan dilantai, dengan peluh membanjiri seluruh tubuhnya ia bergerak dengan sendirinya mencari obat penenang, ia terus mencari dan mengumpat tidak jelas.
"sial, mana dia?" hah…ha…hah… sesak, sepertinya ia sedang menahan sesak didadanya.
"ini dia" dengan senyum lemah ia langsung telan 2 tablet penenang lagi-lagi tanpa air putih yang mengiringnya.
Diam, ia hanya bisa duduk dalam diam, menatap kesekelilingnya yang kosong. 'bukankah tadi aku sudah….' Batinnya bingung. 'apakah Naruto yang menghalangiku? Tapi aku merasakan ujung tajam pisau itu menyentuh jantungku?' batinnya masih bingung.
Perlahan ia berdiri, dengan tatapan tak percaya ia lihat sebuah pisau yang tergeletak disamping tempat tidurnya. 'bersih… bahkan darah pun tak ada' batinnya sambil memegang gagang pisau tersebut.
"Hahhh… Kau mau mencobanya lagi?" ucap suara berat dibelakangnya.
Dengan sigap ia tolehkan kepalanya, lalu perlahan-lahan ia jatuhkan pisau digenggammannya.
"Kau…?" ucapnya sambil menunjuk pemuda bermata biru tersebut.
"Naruto, namaku Naruto" ucapnya cepat. "Kan sudah kubilang jangan lakukan itu…bodoh" lanjutnya.
Lemas, ia hanya bisa duduk lemas dibawah, perlahan ia jatuh terduduk kemudian ia tarik kedua lututnya lalu memeluk kencang.
"Kenapa…Kenapa Naruto?" ucapnya sambil menundukkan kepala.
TBC *To Be Continued*
Bagaimanakah kelanjutannya? Tenang saja kebenaran akan semakin terlihat.
Jadi dimohon baca chapter selanjutnya ya…
Hehehe… ini salah satu cerita abal nan gajeku…
Dimohon para reiders yang baik hati dan tidak sombong mau nge-review ceritaku ya… ya… ya… *puppy eyes no jutsu
Kling… Kling…
