Sebenernya aku bingung harus menentukan pairing ShikaIno or GaaIno untuk fic ini,
Tapi buat penggemar Ino Yamanaka, cekifot aja... ^^


.

.

.

Naruto is Masashi K's

.

I'm here! [GaaInoShika]

.

Enjoy it

.

Sinar matahari terasa sangat panas di Konoha siang itu. Tapi gadis berambut blonde kuncir kuda yang bernama Yamanaka Ino itu tetap harus menjalankan tugasnya untuk mengantarkan karangan bunga pesanan pelanggannya. Kaki jenjangnya menyusuri jalanan konoha dengan tangan memeluk sebuah karangan bunga yang besar di depannya, di tiap langkahnya dia hanya berharap matahari tidak sampai tega menghanguskan kulit putih mulus yang mati-matian dia rawat itu. Kaos putih lengan pendek dan jeans hot pants yang berjarak 25 centi dari lututnya itu sudah pasti memberikan akses yang lebih dari cukup untuk matahari membakar kulitnya perlahan, namun apa boleh buat, jika dia tak mengantarkan bunga ini ayahnya pasti sangat marah.

"Pig!" seseorang memanggilnya dari belakang. Dengan mendengar suara dan juga nama panggilang yang aneh itu *aneh karena author gak tau alesan kenapa Ino di panggil Pig (ditimpukin reader)* Ino sudah tau siapa yang memanggilnya dan itu membuatnya enggan berhenti berjalan apa lagi menoleh ke arah orang itu.

"Ino! apa kau sudah tuli? Aku memanggilmu tadi!" Gadis berambut soft pink itu menarik kunciran rambut Ino dengan kesal.

"Aku mendengar kau memanggilku, Haruno Sakura. Lepaskan rambutku! sehelai saja rontok, mati kau!" Ino yang dari awal memang sedang marah kepada Sakura semakin marah ketika rambutnya di tarik dengan keras oleh Sakura.

"Lalu kenapa kau tidak menoleh sedikitpun kau masih marah?" Sakura kemudian melepaskan tangannya dari rambut Ino.

Perkataan Sakura itu mengingatkan Ino pada kejadian beberapa waktu yang lalu, kejadian yang membuatnya amat kesal terhadap gadis bermanik emerald di hadapannya ini.

Beberapa waktu lalu Ino mendatangi kantor Hokage atas perintah Tsunade. Tsunade menawarinya sebuah misi untuk menjadi relawan di salah satu rumah sakit di Suna yang memang sedang kekurangan ninja medis pasca perang berakhir. Tidak seperti Konoha yang terhitung ekspres dalam membenahi desa pasca perang, Suna sangat lamban, fasilitas dan sumber daya manusia adalah faktor utamanya, untuk itulah Konoha memberi bala bantuan untuk Suna.

Ino merasa sangat senang, pasalnya setelah perang berakhir enam bulan yang lalu Ino hanya menjadi ninja perangkai dan pengantar bunga di toko bunga milik keluarganya, dia sama sekali tidak pernah diberi misi lagi.

Namun kesenangannya berakhir ketika sahabatnya Sakura mengatakan sesuatu yang membuat Tsunade berpikir ulang untuk menyerahkan misi ini pada Ino.

"Sepertinya misi ini tidak akan cocok untuk Ino yang saat tinggal di Konoha saja ia perlu luluran tiga hari sekali untuk mempertahankan kulit putih mulusnya itu, bagaimana jika ia tinggal di Suna yang panasnya bekali-kali lipat, Nyonya Tsunade. Ya kan, Ino?"

Ino terdiam menahan amarahnya, mulutnya sudah tak tahan untuk menceramahi temannya yang sok tau itu, tapi bertengkar di hadapan Tsunade bukanlah ide yang tepat.
Belum sempat Ino mengeluarkan kalimat pembantahan, bibir rombeng Sakura sudah mengeluarkan suara lagi.

"Mungkin Ino terlalu sungkan untuk menolak, Nyonya. Orang bilang kan diam itu tanda setuju. Sebetulnya kau tidak perlu sungkan Ino."

Perkataan Sakura tadi sukses membuat Tsunade memutuskan untuk membatalkan pemberian msi terhadap Ino. Tsunade tidak mau Ino semakin merepotkan dirinya saat sudah tinggal di Suna nanti. Tsunade tidak mau Ino merengek-rengek minta pulang ke Konoha saat mendapati kulitnya yang menghitam setelah beberapa hari tinggal di Suna.

Tsunade pergi tanpa memberikan Ino kesempatan untuk memberikan jawabannya sendiri.

"Cih," Ino mendecih ala Sasuke.

"Kau masih marah? Masa cuma segitu aja marah?" Sakura menyenggol Ino dengan sikutnya.

"Kau... Semudah itu kau berkata 'cuma segitu'..? Oh ya, aku tahu.. Misi seperti itu memang tidak ada harganya untukmu! Tapi asal kau tau itu sangat berharga untukku, BODOH!" Ino lebih mempertegas suaranya saat ia mengatakan satu kata terakhirnya itu.

"Aku tau aku salah.." Wajah Sakura tertunduk.

"Ya! Kau itu memang salah!"

"Kau ingat saat kau dengan sifat sok taumu itu mengira aku menyukai Sai-kun dan kau mencoba membuat kami lebih dekat dengan cara mengurung kami di ruang bawah tanah selama 3 hari 3 malam? Kau tak tahu kan bagaimana kami kelapaan dan kedinginan? Kau tak tahu kan seberapa khawatirnya ayahku dan seperti apa aku dimarahi ayahku?"

"Kau masih ingat ketika dengan sifat sok yang kamu miliki itu kamu membius Kiba dan kawan yang lain karena kau berfikir untuk membunuh Uchiha Sasuke yang kuat sendiri dengan bermodalkan kunai? Kau tahu kan hal itu justru malah membuat semua orang repot?"

"Dan sekarang, kau membuatku kehiilangan kesempatan untuk menjalankan sebuah misi yang sudah lama kuinginkan!"

"Ino.." Sakura meneteskan air matanya.

"Sadarlah Sakura! Kau ini orang yang paling sok kuat dan sok tau segalanya yang pernah ku kenal!" Tanpa membiarkan Sakura mengucapkan kata maaf, Ino membalikan badan dan berlari menjauhi Sakura.

.

.

I'm here! [GaaInoShika]

.

.

Ino terus mengayunkan kakinya, berlari secepat yang ia bisa dengan tangan yang tetap memeluk karangan bunga yang harus ia antarkan ke rumah pelanggan.

BrukK!

Ino menabrak seseorang dan kemudian mereka terjatuh, Ino yang tidak punya banyak waktu segera berdiri dan membungkukan badan meminta maaf pada orang yang ia tabrak.

"Aku tak yakin kau akan sesopan itu jika kau tau orang yang kau tabrak adalah aku, Nona Yamanaka. " Pria berambut nanas itu kemudian memberikan karangan bunga yang terjatuh.

"Untung tidak lecet, kalo sampe lecet ji-chan pasti memarahimu, Ino-chan."

"Begitulah, aku harus segara mengantarkan bunga ini Shika-kun." Ino menerima bunga yang Shikamaru sodorkan.

Melihat raut wajah Ino, Shikamaru tahu Ino sedang bermasalah. Shikamaru memutuskan untuk menemani Ino mengantarkan pesanan bunga ke rumah pelanggannya.

.

.

Setelah mengantarkan karangan bunga, Shikamaru mengajak Ino jalan-jalan. Mereka pergi ke tepi danau di mana mereka sering mencurahkan isi hatinya masing-masing.

Meskipun pria yang sering mengatakan kata "Mendokusai" ini bukan penasihat yang baik, tapi dia adalah pendengar setia, khususnya untuk Ino.

"Sekarang ceritakanlah apa yang membuat wajahmu jelek seperti itu.." Shikamaru mengelus rambut Ino yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu Shikamaru.

"Apa gunanya aku bercerita padamu, akhir-akhirnya kau cuma akan mengatakan -mendokusai- kan?" Ino memajukan bibirnya.

"Setidaknya kau tidak memendam rasa kesalmu itu sendiri, Ino. Kemari.." Sikamaru membawa kepala Ino ke pahanya, sehingga sekarang posisi Ino berbaring di hamparan rumput dengan paha Shikamaru sebagai bantal kepalanya.

"Hn, " Ino tersenyum dan terdiam beberapa saat sembari memperhatikan wajah Shikamaru yang kini bebas ia pandangi tanpa harus takut ketahuan sang rambut nanas, karena posisinya sekarang membuat wajah dan mata Ino mengarah ke atas, wajah Shikamaru.

"Sakura... Dia yang membuatku kesal Shikaaa.." Ino mengadu dengan nada bicara yang manja bak seorang anak mengadu pada ayahnya, tak lupa dia memanyunkan bibirnya yang pinkish itu.

"Kenapa dia?" Shikamaru kini menundukan wajahnya ke arah wajah Ino.

"Dia membuatku batal diberi misi untuk jadi relawan di Suna oleh Tsunade-sama! Dia itu terlalu sok tau! Dia bilang aku tidak akan cocok di Suna, inilah itulah.. Dia itu menyebalkan! Dia adalah teman yang buruk! Dia itu.." Ino terhenti kala menyadari kini jarak antara wajahnya dan wajah Shikamaru hanya tinggal beberapa centi lagi.

Shikamaru membungkukan wajahnya, melihat semburat merah di pipi Ino membuatnya hampir tak bisa menahan tawa.

Dia semakin mendekatkan wajahnya, kini jarak antara hidung Ino dan Shilamaru hanya terpaut beberapa mm saja.

Ino semakin merona, tidak pernah dia merasakan jantungnya secepat ini berdetak, lalu dia memejamkan matanya.

"Mendokusai" Setelah mengucapkan kata pamungkasnya, Shikamaru mengembalikan posisi wajahnya.

"Eh?" Ino membuka matanya heran.

"Ya, bukannya kata itu tepat untuk menggambarkan Sakura secara singkat?" Shikamaru berbicara dengan amat santai.

"Shannarooo! Jadi kau melakukan yang tadi itu hanya karena kau tidak mau mendengarku lebih panjang mengoceh tentang Sakura! Awas kau!" Inner Ino meledak-ledak.

Shikamaru yang sudah bisa membaca apa yang Ino pikirkan benar-benar tak bisa menahan tawanya, tapi bagaimanapun dia tak bisa tertawa di hadapan Ino saat ini.

"..."

"Lagi pula, menjadi relawan di Suna itu tidak akan sebentar Ino.. Apa kau yakin kau bisa tahan? Kau tidak sayang pada kulitmu?" Shikamaru mengejek Ino.

"Jadi sekarang kau memihak si jidat?" Alis Ino mengerut.

"Haha, dan lagi, apa kau tega meninggalkanku sendiri?" Shikamaru mengelus rambut Ino perlahan.

"Shi-Shika.." Wajah Ino memerah.

Yayy, meskipun Ino dan Shikamaru belum pacaran, mereka sama-sama punya perasaan lebih, hanya saja mereka belum punya waktu untuk lebih memperjelas status mereka.
Tapi untuk Ino dan Shika, kebersamaan yang selalu mereka jalin seperti sekarang ini sudah cukup jelas untuk memperlihatkan bagaimana perasaan mereka.

"Tapi kan kau bisa ikut aku ke Suna, bodoh!"

"Untuk apa? Untuk mengawal gadis cerewet berambut pirang ini? Mendokusai." Shika mencubit hidung Ino, membuat Ino tidak bisa bernafas beberapa detik.

"Baiklah nonaa, kita harus pulang sekarang atau Tuan Inoichi akan memarahiku karena menculik anaknya terlalu lama." Shika menarik tangan Ino sampai Ino terduduk.

"Oke, Tuan pemalas berambut nanas! Hihi!" Ino memposisikan tangan kanannya diatas pelipis cantiknya, seperti orang memberi penghormatan saat upacara.

Shikamaru mengantar Ino pulang hingga ke rumahnya.

.

.

I'm here! [GaaInoShika]

.

.

"Maaf paman, aku mengajak Ino jalan-jalan sebentar tadi." Shikamaru membungkukan badan.

"Tidak apa-apa Shika, terima kasih sudah repot-repot mengantarkan Ino pulang."

"Huhh, dasar ayah. Kalau Shika yang membawaku jalan-jalan saja, ayah tak pernah marah! Jangan-jangan kalau aku diculik Shika, ayah juga tidak keberatan!" Perkataan Ino itu membuat 2 pria yang sedang saling berhadapat tertawa.

"Baiklah , aku masuk duluan ya!"

"Iya paman." Shikamaru membungkukan badannya lagi kepada pria yang kemudian memasuki rumahnya.

"Oke Nona Ino, aku juga harus pulang. Sudah sore, sebaiknya kau mandi." Shikamaru berpamitan pada Ino kemudian membalikan badan untuk pulang.

"Shika.." Ino memanggil Shikamaru pelan.

"Hn?" Shikamaru menoleh.

"Terimakasih ya!" Ino memeluk Shikamaru dari belakang.

"Iya Ino, sudah lepaskan, jangan manja-manjaan terus. Tidak enak kalau ayahmu melihat." Shikamaru membalikan badannya ke arah Ino.

"Sampai jumpa lagi." Shikamaru mengecup kening Ino lembut sebelum membalikan badannya lagi dan melangkahkan kaki untuk pulang.

"Jaa Shika!" Ino melambaikan tangannya.

Inoichi yang sedari tadi mengintip mereka tersenyum tipis.

.

.

I'm here! [GaaInoShika]

.

.

Shikamaru berjalan selagi memandangi langit sore saat itu, masih terbayang wajah Ino yang penuh semburat merah kala ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ino, membuatnya tersenyum.

BrukK!

Lagi-lagi Shikamaru menabrak seseorang.

"Gomen, Sakura.." Shikamaru membungkukan badan ke arah gadis yang tengah menitihkan bulir bening dari manik emeraldnya itu.

"Kau tidak apa-apa Sakura?" Shikamaru membangunkan Sakura yang sedari tadi tidak mengubah posisinya.

Shikamaru tahu kenapa manik emerald yang cantik itu meneteskan air mata, kasusnya sama dengan apa yang membuat wajah Ino cemberut tadi siang.

"Tidak, Shika. Arigatou." Sakura kini berdiri dan membungkukan badannya ke arah Shikamaru.

"Aku tau kau sedih bertengkar dengan Ino."

"Ya, begitulah.."

"Kau juga harus memaklumi perasaan Ino, Sakura."

"Ino kan sudah lama tidak mendapatkan misi, dia iri melihatmu. Dia hanya ingin keberadaannya sebai ninja diakui. Tapi aku berterimakasih padamu, Ino tidak jadi ke Suna dan meninggalkanku. Kalaupun kau saat itu tidak berbicara seperti itu, aku akan mencegah Ino ke Suna. Arigatou." Shikamaru mengelus bahu Sakura.

"Perlahan Ino pasti memaafkanmu, hanya butuh waktu saja.."

Sakura hanya terdiam, dia tahu lelaki nanas ini pasti akan lebih memihak Ino seperti sekarang ini. Tapi dia juga berfikir apa yang dikatakan Shikamaru itu benar.

"Terimakasih Shika.." Sakura tersenyum tipis.

"Sebaiknya kau pulang, Sakura. Aku akan menasehati Ino juga nanti."

Sakura membungkukan badannya sekali lagi pada Shikamaru sebelum akhirnya melangkahkan kaki ke arah rumahnya.

.

.

I'm here! [GaaInoShika]

.

.

"Janji ya, kita tidak akan meninggalkan satu sama lain! Apa lagi dalam waktu yang lama." Gadis blonde itu mengkaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Shikamaru.

Shikamaru kembali terbayang akan janji itu.

"Kau akan mengingkarinya jika kau pergi ke Suna, Ino." Shikamaru lalu memejamkan matanya untuk tidur.


Tbc

.

.

I'm here! [GaaInoShika]

.

.

Review ^^



Mana Gaara'nya? tentu saja belum muncul :-D

Gaje?

-emang

Abal?

-emang

sampah?

-emang

Gak rapi?

-emang

Typo?

-Banyak

Ni fic emang blm keliatan mana konfliknya, di chap selanjutnya maybe. :-)

Review ya jgn lupa,ksih masukan biar fic'nya bisa lebih bagus ^^

Mau ng-flame?

-Silahkan,karena mungkin Flame bagi sebagian orang adalah sebuah seni tersendiri untuk memberikan suport kepada author..

hehe,

Arigatou!