Summary : Cerita bermula dimana kecelakaan pesawat menuju ke Amerika terjadi menewaskan seluruh penumpang termasuk sang ace Seirin—Kagami Taiga. Tentu semuanya bersedih dengan kematian pemuda itu yang terlalu mendadak, terutama saat kenyataan berkata jika mereka menaruh hati pada pemuda itu sejak lama. Termasuk para Kiseki no Sedai. Saat suasana berduka masih terasa dan mereka berakhir di apartment milik Kagami, tentu semuanya menjadi berubah saat sesuatu terjadi.

.

.

Dan mereka akan mengetahui apa yang ada dibalik senyuman pemuda itu selama ini.

.

.

Another Day Without You

Rated : T

Genre : Hurt/Comfort/Tragedy

Pairing : GOMxKagami

Warning : BL, Yaoi, Typo, OOC, sedikit OC yang tidak merusak pairing.

Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi; tidak ada keuntungan yang didapatkan dalam pembuatan ffic ini. Pembuatan ffic ini hanya diperuntukkan untuk kesenangan belaka.

Chapter 1 : A Mourning Day

.

.

"Terjadi kecelakaan pesawat American Airlines Boeing 138 yang berangkat dari bandara Narita Jepang menuju ke Amerika pada pukul 19.00 tadi. Pesawat jatuh di Samudera Pasifik, 4 jam setelah lepas landas. Dipastikan tidak ada korban yang selamat dalam kejadian nahas tersebut—"

PRAK!

Suara itu terdengar saat sebuah gelas kertas berisi milkshake vanilla terjatuh bersama dengan isinya. Namun, sang pemilik—pemuda berambut biru muda—Kuroko Tetsuya tidak memperdulikan itu. Tidak bahkan jika apa yang terjatuh itu adalah minuman kegemarannya.

Tubuh itu gemetar, Kuroko gagal saat mencoba untuk mengatur napasnya yang memburu.

tidak… ini tidak mungkin terjadi.

Tidak memperdulikan tangannya yang gemetar, pemuda itu tampak mengambil handphonenya dan mencoba mencari pesan yang beberapa jam yang lalu diberikan padanya.

[ Hei Kuroko, hanya ingin mengatakan kalau aku sudah sampai di bandara. ]

.

[ Oh baiklah Kagami-kun, maaf kami tidak bisa mengantarkanmu. ]

.

[ Tidak apa-apa, lagipula coach bisa marah kalau kau bolos kan? Maaf tiba-tiba harus kembali ke Amerika sampai liburan selesai. ]

.

[ Tidak apa-apa Kagami-kun, jangan lupa oleh-oleh untukku dan juga yang lainnya. ]

.

[ Tenang saja, sampai jumpa setelah libur selesai Kuroko! Pesawatku sudah sampai, aku harus masuk. ]

14.50

Pesan terakhir sebelum sebelum pesawat lepas landas.

Kuroko menekan tombol dial, mencoba untuk menghubungi pemilik nomor yang ditujunya.

The Number you're calling is not active—

'Jangan dia…'

dial.

The Number you're calling is not active—

'Siapapun… tetapi kumohon jangan dia…'

dial.

The Number you're calling is not active—

'…kumohon angkatlah Kagami-kun, dan katakan kau baik-baik saja…'

Matanya tertuju pada TV yang ada di restoran Maji Burger itu. Daftar nama-nama yang tertulis disana seolah melekat dengan erat. Ia tidak ingin melihatnya, namun pada akhirnya—satu nama terpampang diantara baris nama-nama itu.

Kagami Taiga.

Yang langsung membuatnya terduduk kembali di kursinya dan hanya menatap meja yang sekarang menjadi satu-satunya pemandangan yang ia lihat. Sebelum ia menatap kearah kursi yang ada dihadapannya. Berharap jika pemuda itu ada, dan duduk tanpa menyadari keberadaannya.

Seperti dulu.

Dan ia akan tersenyum—dan mereka akan berbincang seperti biasa…

'Hei Kuroko…'

Hanya sekelibat bayangan, namun ia tahu…

'Tuhan…'

…Kagami tidak akan kembali.

Dan Kuroko sama sekali tidak berpikir dimana dia, atau apakah akan ada orang yang menyadari keberadaannya. Ia hanya bisa membenamkan wajahnya diatas meja, dan isakan itu semakin terdengar keras dan semakin keras.

'—kenapa harus dia…'

.

.

"Lelahnya—ssu~"

Kise Ryouta. Pemuda berambut kuning pendek yang merupakan model dan ace dari klub basket Kaijou. Hari ini, latihan khusus SMA Kaijou untuk menghadapi turnamen selanjutnya. Walaupun ini hari libur tentunya.

"Kalau seperti ini aku butuh vitamin K—dari Kagamicchi," Kise tertawa datar sambil menatap kearah langit malam. Libur musim dingin sudah tiba, dan sepantasnya cuaca menjadi sangat dingin hingga napasnya berembun, "yah kudengar Kagamicchi tidak suka dingin. Kuharap ia tidak kedinginan malam ini."

"KISE! SIAPA YANG MENYURUHMU UNTUK BERISTIRAHAT BODOH!"

"Ka—Kasamatsu-senpai! Ayolah, aku hanya istirahat sebentar—ssu! Kau kejam seperti biasa!" Kise tampak tertawa dan berjalan kedalam aula dimana para pemain sedang berlatih.

"Bodoh, kau pikir kami hanya main-main datang kemari untuk mengajari kalian," Kise menangkap bola basket yang dilemparkan oleh Kasamatsu, sebelum suara handphone menginterupsi ceramah dari Kasamatsu dan membuat Kise bernapas lega.

"Itu handphoneku, tunggu sebentar senpai!" Kise tampak berjalan santai dan senang sambil mendribble bolanya saat menuju ke tasnya yang ada di dekat bench. Ia melihat kearah handphonenya yang berbunyi, tampak nama Kuroko terpampang disana membuatnya sedikit bingung namun senang.

Ia menyukai Kuroko, meskipun tidak seperti ia menyukai Kagami.

"Kasamatsu-senpai, kau lihat berita ini—" sementara Kise tampak menuju ke handphonenya, salah satu anggota Kaijou tampak menghampiri Kasamatsu dengan sebuah tablet yang menunjukkan berita terkini.

Yang membuat mantan kapten Kaijou itu membulatkan sempurna matanya.

"Kurokocchi, ada apa?"

"Kise, apakah kau masih berlatih sekarang?"

"Begitulah, ada apa? Oh, apakah kau ingin mengajakku liburan bersamamu dan juga Kagamicchi?" Kise akan melakukan apapun bahkan membolos dari latihan jika bisa mendapatkan kesempatan berlibur dengan Kagami, tentu ia tidak akan melewatkannya. Lagipula, setelah pertandingan melawan Jaggerwock, Kagami sudah seperti bagian dari Kiseki no Sedai dan mereka sering berlatih ataupun berjalan bersama-sama.

*sniff*

"K—Kurokocchi…?" Apakah suara isakan yang tadi ia dengar, "Kurokocchi ada apa? Apakah kau terluka?"

"Kise-kun… Kagami-kun…"

Bola basket yang masih didribble oleh Kise hingga sekarang, tampak seolah semakin berat dipantulkan oleh Kise sendiri. Entah kenapa, suasana aula yang awalnya ramai dengan suara bola-bola yang memantul dan suara Kasamatsu yang berteriak menjadi hening.

Seolah hanya dia dan juga Kuroko yang berbicara.

"Kagami-kun sudah meninggal…"

Dan bola itu bergulir terlupakan, menggelinding menjauh dari Kise yang tampak mematung dengan sebuah handphone masih terpasang di telinganya.

.

.

Kasamatsu melihat kearah Kise yang duduk tanpa bergerak setelah menerima telpon dari Kuroko. Tentu ia tahu. Tahu tentang berita kecelakaan besar yang terjadi pada pesawat yang menuju ke Amerika. Meskipun diluar anggota Seirin tidak ada yang mengetahui kepergian Kagami ke Amerika, namun daftar nama yang dicantumkan disana—

…itu sudah cukup untuk mengetahui sebab keadaan Kise sekarang.

"Kau boleh pulang sekarang Kise. Kurasa kalaupun kau disini, kau tidak akan bisa melakukan apapun," Kise masih menunduk, namun saat ia mengangkat kepalanya, senyuman khas Kise masih tampak disana.

"Kise?"

"Benarkah? Kau memang baik Wakamatsu-senpai! Kalau memang seperti itu, aku akan pergi sekarang~ jangan menyesal karena kau menghentikanku untuk ikut latihan!" Kise tampak berdiri dan berlari sambil melambaikan tangannya kearah Wakamatsu dan meninggalkan mereka.

"Kau yakin latihannya akan terganggu dengan berita tadi?"

"Tentu saja—"

Kise tampak berjalan kearah loker untuk mengganti pakaiannya, membuka pintu lokernya hanya untuk melihat selembar foto yang berada di dalam lemarinya. Foto tim Vorpal Sword setelah pertandingan melawan Jabberwock selesai. Foto pertamanya dengan Kagami, dan akan menjadi foto terakhirnya.

Tidak akan ada lagi Kagami Taiga.

"—apakah kau tidak sadar sejak awal bagaimana berharganya Kagami Taiga untuk mereka?"

Kise tampak memukul pintu lokernya, sebelum tubuhnya merosot begitu saja dan pemuda itu hanya menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya diatas lutut. Menangis seperti anak bayi, tidak perduli jika seseorang melihatnya seperti saat ini.

'Kumohon seseorang… katakan ini hanya mimpi buruk…'

.

.

Midorima Shintarou.

Sebenarnya sejak pagi hari ini, ia benar-benar gelisah dan memegang sebuah gantungan kunci harimau yang sebenarnya hendak ia berikan pada Kagami Taiga. Tetapi sungguh, ia masih selalu memikirkan cara dan juga alasan untuk memberikan lucky item Leo pada pemuda itu.

Karena ia mendengar jika Leo berada diurutan terakhir hari ini. Sejak pagi ia benar-benar ingin pergi ke tempat Kagami atau Kuroko untuk memberikan Lucky Item dan juga memberikan beberapa saran untuk Kagami.

"…ini sudah malam. Mungkin saja ia hanya mendapatkan beberapa kesialan hari ini. Toh, ia tidak mengatakan akan kemana-mana…"

Midorima tampak menghela napas dan menyerah memberikan ini pada pemuda itu. Lebih tepatnya karena ia tidak memiliki alasan untuk menutupi rasa cemasnya setiap Oha-asa mengatakan jika hari itu adalah hari terburuk untuk Leo.

"—kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat sebanyak—"

"Benar-benar mengerikan."

Adik perempuan Midorima tampaknya sedang menonton berita saat ia sedang melewati ruang keluarga. Namun, matanya entah kenapa benar-benar tertuju pada TV itu, seolah ia sedang menunggu sesuatu yang akan terlihat disana. Dan sebuah nama, hanya sebuah nama yang sukses membuatnya menjatuhkan gantungan harimau yang ia bawa.

"Eh, onii-chan?" Midorima tidak mendengarkan ataupun dan berlari kearah kamarnya kembali meninggalkan adiknya setelah mengambil gantungan harimau itu. Ia mengambil handphonenya, dan dengan segera menghubungi seseorang yang bisa menjelaskan padanya.

"…Midorima-kun…?"

"Kuroko," isakan samar masih bisa terdengar disebrang telpon itu. Midorima masih mencoba untuk tenang, "—katakan padaku… ia tidak sedang pergi ke Amerika…"

"Kuroko…"

"Maaf Midorima-kun…"

"Kenapa kau minta maaf Kuroko…"

"KhMaaf… hiks…"

"Ah, kenapa aku tidak datang mengunjungi kalian hari ini…"

Tubuhnya begitu saja menghantam dinding di belakangnya, sebelum merosot dan gantungan itu terjatuh. Terlupakan oleh pemiliknya.

Leo berada pada urutan ke bawah hari ini. Lucky item yang diperlukan adalah gantungan kunci harimau. Dan untuk para Leo, hindari perjalanan jauh untuk hari ini. Atau hal buruk akan benar-benar terjadi.

.

.

Duk… duk… duk…

Suara itu terdengar ditengah lapangan basket jalanan yang ada disalah satu sisi jalan. Aomine Daiki entah sudah berapa lama berada disini dan bermain basket tanpa henti seolah sedang menunggu seseorang akan datang dan menantangnya.

Dribble. Lempar. Masuk.

Terus seperti itu, bahkan ia tidak mengatakan apapun saat itu dan hanya terfokus pada permainannya. Tidak biasanya, karena Aomine bukan seperti dulu. Aomine sama sekali tidak memiliki semangat untuk bermain basket seperti dulu—sebelum ia bertemu dengan Kagami.

Duk… duk… duk…

Dribble. Lempar. Masuk.

'Hari ini aku tidak akan kalah Ahomine!'

Dribble. Berhenti.

Ia menoleh, seolah mendengar suara yang ia kenal. Namun tidak ada disekelilingnya seseorang selain dirinya. Seketika ia ingat, ingat bahwa mulai sekarang dunianya berbeda. Mulai sekarang dunianya tidak akan dipenuhi oleh sosok Kagami Taiga.

Sosok itu sudah tidak ada…

"Aominecchi… aku hanya ingin memberitahu jika—Kagami-kun menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat... ia… ia dinyatakan tewas Aominecchi… Kagamicchi sudah tidak ada…"

Hanya itu yang pemuda itu dengar dari Kise dengan suaranya yang parau dan isakannya yang membuat suaranya tidak terdengar jelas. Apa ia bilang? Kagami? Kecelakaan pesawat? Sejak kapan si baka itu pergi?

Dan untuk kali pertama, ia membuka TV hanya untuk melihat berita. Tidak perlu susah untuk mencarinya karena semua siaran berita menampakkan berita tentang kecelakaan besar pesawat menuju ke Amerika tersebut. Beberapa kali daftar nama itu terpampang, dan beberapa kali itu pula Aomine terus melihat.

Berharap nama pemuda itu tidak ada, namun takdir berkata lain.

Dan sebelum ia sadar, pemuda itu tampak berjalan kearah lapangan basket ini, bermain sendiri—atau lebih tepatnya menunggu Kagami untuk datang dan menantangnya lagi pada pertandingan one-on-one seperti biasa.

"Dai-chan," suara itu membuatnya sedikit tersentak namun tidak menghentikannya bermain, "—a—aku mendengar dari Tetsu-kun, kalau Kagami-kun—"

"JANGAN LANJUTKAN!" Suara Aomine tampak meninggi. Giginya mengerat dan ia menahan dirinya untuk tidak gemetar. Untuk tidak terlihat hendak menangis. Aomine tidak akan menangisi seorang Kagami Taiga. Siapa dia? Kenapa Aomine harus menangisinya bukan, "—aku mengerti… tinggalkan aku sendiri Satsuki…"

Satsuki tampak menatap punggung Aomine, berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Aomine sendiri. Itu adalah yang terbaik.

Dribble. Lempar. Miss.

'Hei Ahomine!'

Dribble. Lempar. Miss.

'—Hei, jawab aku!'

Dribble. Lempar. Miss.

'Diamlah…'

Dribble. Lempar. Miss.

'Oi, kau pura-pura tidak mendengarku ya?'

Dribble. Lempar. Miss.

'Diamlah Bakagami!'

'Ahomine, besok ayo bertanding denganku!'

Dribble. Lempar. Miss.

'—aku tidak akan berhenti sampai aku bisa menang one-on-one denganmu.'

DHUAK!

Suara bola yang dilemparkan paksa terdengar saat Aomine melemparkan bola itu begitu saja. Napasnya memburu bukan hanya karena ia bermain basket tanpa henti. Ia merasa saat ini, bahkan bernapas saja sangat susah untuknya. Setiap kali membayangkan dan mendengar suara itu, yang tidak akan pernah ia dengar lagi.

'Sial—' ia mendudukkan dirinya begitu saja ditengah lapangan itu, 'kalau seperti ini… kau tidak akan bisa lagi bertanding denganku bukan? Bakagami!'

"Kh… sial—karena mendadak berkabut, aku tidak bisa melemparkan bola dengan tepat…"

.

.

"Aaaa, entah kenapa Maibou hari ini tidak begitu enak. Aku ingin masakan Kagami-chin…"

'Tatsuya mengatakan kalau kau terlalu banyak memakan makanan manis. Kurasa itu tidak baik untuk kesehatanmu…'

.

'Kagami-chin juga terlalu banyak makan burger di Maji Burger. Itu juga tidak baik Kagami-chin.'

Murasakibara menguap lebar, berjalan dengan malas masih dengan sebungkus Maibou di tangan kanannya. Pemuda bertubuh tinggi itu tentu saja tengah mencari Himuro yang entah kenapa menghilang begitu saja setelah sebelumnya mengajaknya untuk menonton TV.

"Ya… apakah benar? Besok? Ya, aku akan mencoba untuk mengkonfirmasikannya lagi Kagami-san. Ya, tenang saja—aku akan mengabarkan semuanya jika sudah pasti nanti. Baiklah…"

Dan dengan mudah ia menemukannya sedang menghubungi seseorang dengan wajah serius. Tidak, lebih dari itu, ia tidak pernah melihat Himuro dengan tubuh gemetar dan mata berair selain saat mereka bertanding melawan Seirin.

Himuro menangis? Itu tidak biasa. Ia hanya pernah melihatnya menangis saat kekalahan mereka melawan Seirin. Setelah itu, tidak pernah.

"Muro-chin, kau tidak apa-apa?"

Himuro sepertinya tidak menyadari Murasakibara menghampiri dan menoleh dengan cepat hingga Murasakibara yakin jika ia sedang menangis. Dengan cepat Himuro mengusap matanya, dan tampak memberikan senyumannya yang biasa.

"Tidak apa-apa Atsushi… kau masih memakan Maibou jam segini? Kau akan sakit perut besok," Himuro melihat belasan Maibou yang masih dipeluk oleh Murasakibara. Namun, melihat keadaan Himuro, Murasakibara meletakkan beberapa Maibounya, sebelum memeluk Himuro dari belakang.

"Nee, kau tidak mau menceritakannya Muro-chin? Kau benar-benar terlihat aneh," Himuro menatap pada pemuda yang ada di belakangnya, "atau kau mau Maibouku Muro-chin?"

"Atsushi," ia tahu ia tidak akan selamanya bisa menyembunyikan ini dari Murasakibara. Selama beberapa bulan ini, hubungan Kagami dengan Kiseki no Sedai lebih seperti—sejak awal Kagami adalah bagian dari mereka. Meskipun terkadang Himuro cemas dengan tingkah laku dari para mantan Kiseki no Sedai itu—yang seolah ingin melahap bulat-bulat Kagami, namun ia tidak pernah melihat Kagami sesenang itu.

"Apakah kau mendengar berita kecelakaan pesawat malam ini Atsushi…?"

"Ya~ benar-benar mengejutkan, pesawat yang akan menuju ke Amerika bukan?" Murasakibara yang melihat Himuro akan menceritakan apa yang terjadi melepaskan pelukannya dan kembali pada sebungkus Maibou yang ada di dekatnya.

"Aku akan membuatkanmu sesuatu—"

Entah kenapa saat itu hanya wajah Kagami yang dilihat oleh Murasakibara. Satu percakapan terakhir yang dilakukan mereka sebelum Murasakibara pergi kembali ke Kyoto bersama dengan Akashi dan juga Himuro.

"Taiga sudah tidak ada Atsushi…"

"—jika kau bisa mengurangi setengah dari jumlah makanan Maiboumu sampai kita bertemu lagi, aku akan membuatkan sesuatu yang lebih enak daripada makanan itu."

Himuro tampak menatap kearah Murasakibara, tidak ada ekspresi yang berarti dari seorang Murasakibara, dan itu membuat Himuro bertidak dengan mengisyaratkannya untuk menunduk. Murasakibara yang seolah tidak memikirkan apapun secara tidak sadar menundukkan kepalanya seperti yang dikatakan Himuro.

Dan pemuda yang lebih pendek mengusap surai ungu itu, beberapa kali tanpa mengatakan apapun selama beberapa saat.

"Aku juga bersedih kau tahu…? Taiga sudah kuanggap sebagai adikku sendiri—adikku yang berharga," pemuda itu tidak bisa mengatakan apapun lagi saat Murasakibara segera menggerakkan tangannya dan mendekapnya sangat erat.

Himuro bisa merasakan tubuh Murasakibara bergetar.

"Ini menyakitkan Muro-chin—"

"Aku tahu…"

"Jadi… aku tidak bisa bertemu dengan Kagami-chin lagi?"

"…uhum…"

"Aku tidak bisa mencicipi makanannya lagi?"

"Masakanku sama baiknya dengan dia…"

"Tetapi masakan Kagami-chin berbeda…"

"Ya…"

"Aku sedih Muro-chin…"

"Kalau begitu menangislah…"

"—tetapi aku tidak bisa menangis…"

"Bisakah kau menggantikanku untuk menangis Muro-chin?"

"Supaya kau bisa terlihat tidak menyedihkan Atsushi?" Himuro tertawa pelan mendengar perkataan dari Murasakibara, sebelum tangannya membalas pelukan sang sahabat, dan membenamkan wajahnya pada dada bidang Murasakibara, "kau benar-benar bodoh…"

Dan tidak perlu Murasakibara untuk berbicara lagi saat ia merasakan sesuatu yang basah pada dadanya.

Murasakibara tampak diam, menatap kearah jendela di belakang Himuro sambil meletakkan sebuah Maibou di mulutnya. Janji itu tidak akan bisa ditepati lagi oleh Kagami. Jadi, ia bisa memakan Maibou sepuasnya bukan? Ia tidak perlu menahan diri selama beberapa bulan ini.

"Nee Muro-chin…"

Murasakibara tidak meminta Himuro untuk menjawab. Ia hanya meyakinkan dirinya jika saat ini ia tidak sendirian.

tes.

"Rasa Maibou hari ini benar-benar aneh…"

.

.

"…terlalu asin."

.

.

"Akashi? Apakah kau lelah?"

"Jadi, itu benar?"

Akashi Seijuurou tentu tidak butuh untuk informasi dari siapapun untuk mengetahui berita yang beredar. Membaca Koran, melihat informasi dari internet dan menonton acara berita sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil disaat sela waktunya untuk belajar. Tentu selain bermain basket.

"Kagami-kun hanya akan berangkat ke Amerika selama beberapa hari untuk menemui ayahnya. Makanya ia tidak memberitahukan ini pada kalian…"

"Aku tahu apa yang kau rasakan…"

"Akashi-kun?"

"Kau kesepian Akashi. Dan aku tahu bagaimana rasanya…"

"Aku akan memastikan kembali. Dan—aku akan ke Tokyo beberapa hari lagi, Tetsu…" tanpa menunggu jawaban dari Kuroko, dengan segera mematikan sambungannya dan menyenderkan tubuhnya di kursi belakangnya. Ia memijat batang hidungnya, mencoba untuk menghilangkan seluruh bayangan dari pemuda itu sekarang.

"Aku lahir dari keluarga yang mirip denganmu Akashi…"

Ia tidak pernah merasa kosong seperti ini. Walaupun dirinya yang lain sudah tidak ada semenjak pertandingan melawan Jabberwock selesai, namun ia tidak pernah merasa kosong. Terutama setelah percakapannya dengan Kagami setelah itu.

'Ini menggelikan,' Akashi tertawa datar menutup bagian matanya dengan sebelah tangan.

"Kau bisa melakukan semuanya selama ini sendirian karena ada 'dia' bukan? Dan sekarang 'ia' tidak ada lagi…"

"Lalu kau sebut apa perasaan saat ini Taiga?"

Tidak ada jawaban, ia seperti orang gila dan bodoh karena berbicara sendiri di ruangan yang sepi ini.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Begitu juga dengan mereka, jadi—kau tidak akan mungkin merasa kesepian Akashi."

'Pembohong…'

.

.

Butuh waktu 1 minggu untuk semua orang memastikan, dan meyakinkan dirinya pada kenyataan pahit ini. Seluruh mayat yang di temukan oleh oleh tim SAR yang mencari di perairan itu tampaknya membuahkan hasil. Tidak ada satupun penumpang yang tidak ditemukan.

Namun kabar buruknya, tidak ada satupun yang selamat dalam kecelakaan tersebut. Termasuk—Kagami Taiga.

Butuh waktu 1 minggu lainnya untuk mendapatkan jenazah dari mantan ace tim Seirin itu. Dan beberapa hari kemudian, di hari pemakamannya—bahkan seluruh mantan alumni dari sekolah yang pernah dilawan oleh Seirin datang. Mulai dari Kaijou, Shutoku, Touou, Yosei, bahkan Rakuzan sekalipun dan tim lainnya.

Semua anggota tim Seirin datang—mulai dari Riko hingga anak-anak baru kelas 1, dan bahkan Teppei sendiri menyempatkan dirinya untuk datang ke Tokyo ditengah rehabilitasinya saat mendengar tentang kecelakaan itu dan melihat nama Kagami diantara nama korban yang tewas.

Semuanya berduka. Tentu. Kagami adalah pemain yang hebat. Dan sosok yang baik dibalik sifatnya yang terkadang temperamental.

Isakan tangis terdengar dari keluarga pemuda itu, sementara para anggota tim dan juga semua tamu yang hadir hanya diam dan menatap dengan tatapan kosong. Tidak ada yang berbicara saat berhadapan dengan batu pualam yang terukir nama pemuda itu.

Satu per satu mereka meletakkan buket bunga didepan batu pualam itu, memanjatkan doa dan mengakhirinya untuk kemudian berganti menjadi orang lain. Seperti itu, hingga akhirnya hanya tinggal Kuroko dan juga mantan Kiseki no Sedai yang memang memutuskan untuk melakukan penghormatan pada saat terakhir.

Dimulai dari Kise, Murasakibara, Midorima, Satsuki, Aomine, Akashi, dan terakhir Kuroko yang meletakkan lili putih di bagian depan.

Saat ia hendak berdiri, ia merasakan sesuatu yang dingin turun dan mengenai ujung hidungnya. Ia menoleh kearah atas, untuk melihat salju pertama yang turun begitu saja satu demi satu, hingga semakin lebat.

"…salju."

Musim dingin sudah tiba, namun semuanya akan berubah.

Ia adalah bayangan, namun bayangan tidak akan ada tanpa adanya cahaya.

Kuroko kehilangan cahayanya, sama seperti saat ia kehilangan sebagian jiwanya. Dan kembali, air mata itu menyamarkan pandangannya, namun ia membiarkannya turun bersama dengan salju yang membasahi semuanya.

.

.

(Sementara suasana berduka menyelimuti,

Di sebuah tempat—apartment yang tampak kosong ditinggalkan selamanya oleh pemiliknya itu, tampak seseorang terbangun dari posisinya dan tampak melihat sekeliling seolah mencari sesuatu disana. Anak berusia 5 tahun, tampak hanya menatap kiri dan kananannya, tidak tahu dimana sebenarnya ia sekarang.

.

.

"—mom?")

.

.

To Be Continue

.

.

Second Project GOMxKagami XD

Yah saya ada dua rencana untuk bikin ffic GOMxKagami dengan genre yang berkebalikan. Humor dengan judul ffic "Kiseki no Kagami" dan Angst sejenisnya dengan judul ffic "Another Day Without You" yang ceritanya tentang Kagami yang tewas di kecelakaan pesawat dan gimana para anggota GOM menghadapi berita itu setelah kedatangan tamu yang ditunjukkan sekilas di bagian akhir chapter ini.

Nanti akan ditunjukkan siapa dan gimana perasaan dari semua orang yang ditinggalkan Kagami setelah kejadian itu. Dan tentu masa lalu Kagami ;)

Oke, mungkin ada yang mau minta siapa dulu yang ceritanya bakal diceritain di 2 chapter setelah ini? Iya, dua chapter, soalnya chapter dua masih nerangin siapa tamu yang dimaksud.

Oh, dan untuk ffic satunya "Kiseki no Kagami", karena ada satu pairing dengan suara yang sama dan kutak bisa lihat review yang dibuat sama anon tanpa login jadi saya putusin buat nanti saya publishnya setelah FFN bener :)

.

Untuk sekarang, pairing yang ada di suara yang sama itu AkaKaga dan MidoKaga. Jadi saya mungkin hanya tunggu siapa yang polling satu lagi dari dua pairing itu ^o^

.

.

Sip, Mind to Review?