Switch!

Chapter 1: Awal dari semuanya

Author: Yurina305
Rated: K+
Genre: Humor (gaje), Friendship(aneh), Romance(gagal) (mungkin nanti akan bertambah)
Warning: OOC, Typo bertebaran, Gaya penulisan berubah-ubah, Bahasa Amburadul, Dan kekurangan lainnya.

-Happy Reading-

.

.

Manik dengan iris biru itu menatap lurus pada bulir-bulir air yang menetes dari langit. Warna biru yang selalu terlihat itu kini mulai menggelap, entah itu karena tertutupi awan gelap atau karena hari sudah mulai malam.

Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sesosok laki-laki berambut merah yang berdiri tak jauh darinya.

Nagisa–pemilik mata beriris biru menghela nafas lega karena Karma–laki-laki berambut merah menemani nya. Setidaknya dia tidak menunggu berhentinya hujan sendirian.

Semua ini berawal saat Nagisa terpaksa mengerjakan tugas yang belum selesai di sekolah tepat sesudah bel pulang sekolah berbunyi.

Seharusnya ia hanya sendirian karena murid-murid lainnya sudah pulang. Namun entah kenapa si merah itu masih tetap di sana, enggan berpindah dari tempat duduk, menunggunya sampai selesai dengan tugasnya.

Soal yang cukup sulit membuatnya tidak bisa mengerjakan tugas dengan cepat. Ingin sekali dia beranjak dari tempat duduk dan menemui si merah itu, namun melihat begitu pulas nya Karma tidur, dia tidak sanggup membangunkan atau meminta bantuan dari otak jenius milik si merah itu. Entah bagaimana Karma bisa tertidur/hanya dia dan tuhan yang tahu :P/.

Dengan demikian, Nagisa Shiota terpaksa mengerjakan tugasnya-yang memang harus ia kerjakan sendiri- tanpa bantuan dari Karma Akabane.

Detik demi detik berlalu dan tanpa sadar sudah menghabiskan beberapa jam untuk mengerjakan lembaran tugas miliknya.

Langit mulai menggelap, awan hitam bermunculan menghiasi langit, sinar matahari mulai tertutupi oleh kumpulan awan hitam, dan menit selanjutnya air mata langit mulai berjatuhan mengguyur bumi.

Dan jadilah dia terjebak di dalam sekolah berdua dengan si merah ini. Salahkan keduanya karena tidak membawa payung.

Padahal tugas sudah berhasil di selesaikan beberapa menit yang lalu, tapi langit masih belum memunculkan tanda-tanda berhentinya hujan.

Jujur, keadaan seperti ini lumayan horror dan mencekam karena gedung sekolah ini berada di atas gunung, apalagi ruangan dalam kelas mulai menggelap karena hanya mendapat sedikit sorotan cahaya.

Diantara kedua nya tidak ada yang mau berbicara ataupun memecah keheningan. Hanya terdengar suara derasnya hujan dan sayup-sayup gemuruh petir yang menandakan bahwa cuaca semakin memburuk.

"Kau kedinginan?" Tanya Karma tiba-tiba, Nagisa hanya membalas dengan anggukan.

Karma merutuki dirinya sendiri karena tidak membawa jaket ataupun baju tambahan, padahal ini kesempatan baginya supaya terlihat keren. Kau tahu? Meminjamkan jaket itu terlihat keren. Walaupun sebenarnya ia pun juga merasa kedinginan.

Sebelumnya, Karma berencana untuk mengajak pulang bersama, namun gagal karena Nagisa harus mengerjakan tugas sebelum pulang.

Tidak mau putus asa, akhirnya dia memutuskan untuk menemani si biru itu di dalam kelas. Kesempatan untuk berdua sekaligus ia bisa berlama-lama memandangi Nagisa dari belakang.

Sebelumnya juga ia hanya pura-pura tertidur agar Nagisa tidak bisa meminta bantuan nya sehingga Nagisa semakin lama mengerjakan tugas dan mereka bisa semakin lama berdua.

Tanpa diduga cuaca memburuk dan membuat mereka semakin tidak bisa pulang ke rumah masing-masing.

"Bagaimana ini? aku harus segera pulang."

Wajah Nagisa terlihat khawatir. Detik selanjutnya dia mengangkat tasnya di atas kepala dan bersiap menerobos tirai hujan.

"Tunggu. Kau mau apa?" Karma langsung menahannya agar tidak pergi.

"Pulang."

"Kau mau pulang dengan hujan-hujanan!? Kalau kau sakit bagaimana?"

"Ini sudah semakin malam."

"Salah sendiri lama mengerjakan tugas."

Nagisa menggembungkan pipinya kesal.

"Kau sendiri kenapa menungguku di sekolah, lagipula kalau Karma-kun tidak tidur dan membantuku pasti tidak akan lama."

Fix. Sekarang jadi serba salah. Terkutuklah Karma dan segala modusnya.

"Yang jelas kau tidak boleh pulang. Aku tidak mau kalau kau sampai sakit."

Nagisa Sweatdrop saat Karma memberikan perintah mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat layaknya si merah dari fandom basket sebelah.

Lagipula siapa dia sampai mengatur-ngatur Nagisa. Suka-suka dia mau hujan-hujanan atau tidak, kalau dia sakit, yang merasakan juga dirinya.

Sungguh, bukan itu masalahnya. Apa kau tidak tahu kalau Karma khawatir padamu, Nagisa?

Kembali ke dalam posisi mereka sebelumnya-menunggu hujan berhenti, bedanya sekarang tengah menahan agar tidak nekat menerobos hujan lagi. Dalam hati, Nagisa berharap agar hujan segera berhenti dan ia bisa segera terbebas dari tahanan yang dibuat Karma.

Gemuruh petir mulai terdengar keras dan air hujan masih belum enggan menyiram bumi. Angin yang bertiup kencang mulai mengarahkan bulir-bulir hujan untuk memasuki bagian depan pintu gedung lama itu.

Sekarang suasana makin terasa horror. Ditambah pepohonon dekat sekolah mulai berguncang terkena angin, membuat takut jikalau pohon itu rubuh dan menimpa daerah sekitar sekolah.

Nagisa mulai lelah dengan usaha melarikan dirinya karena pasti akan di hadang kembali oleh Karma, iapun merapatkan diri pada pintu dan duduk memeluk tas serta menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya.

Karma ikut duduk di sampingnya, berdiri terlalu lama juga cukup membuat kaki pegal.

Setelah itu tidak ada lagi yang berbicara. hanya kembali terdengar suara angin, hujan, dan petir yang berirama seperti musik.

Cuaca belum juga membaik meskipun sudah sekitar 30 menit sejak keduanya dalam posisi duduk.

Si merah itu mulai bosan, ia menatap Nagisa di sampingnya yang masih dalam posisi sebelumnya-duduk dengan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut.

Apakah dia sedang tertidur?

Karma mulai memanggil-manggil nama Nagisa berusaha untuk membuatnya terbangun, namun nyatanya, si biru itu sama sekali tidak bergeming dari posisinya, bahkan tidak merespon sama sekali.

Sebenarnya Nagisa tidak tidur, ia juga mendengar kalau Karma memanggil namanya berkali-kali. Hanya saja ia terlalu malas untuk merespon panggilan itu. Jadi, biarlah Karma berpikir kalau dirinya sedang tidur. :P

Panggilan Karma mulai mengeras dan kini dia bisa merasakan kalau si merah itu tengah menggoncang-goncangkan tubuhnya. Oke, ini semakin mengganggu.

"Nagisa-kun, Na-"

"Karma-kun, tolong dia- AKH!"

Nagisa secara tiba-tiba mengangkat wajahnya yang sedari tadi bersembunyi di antara kedua lutut. Sialnya, kebetulan kepala Karma berada di atas sehingga saat Nagisa mengangkat kepalanya, kepala mereka saling bertemu dan menyebabkan suara 'je-duk' yang mengerikan.

"Ah.. maaf, Karma-kun.."

"Nagisa-kun, jangan tiba-tiba mengangkat kepalamu… "

Keduanya kini memegang kepalanya masing-masing yang terasa sakit. Tapi.. kenapa rasanya suara mereka terbalik?

Nagisa membuka matanya perlahan, dan yang terlihat di depannya adalah..

..sosok dirinya sendiri.

Ia mengerjap beberapa kali. Sejak kapan Karma punya rambut biru dan mata biru?

"Etto.. Karma-kun, kenapa kau terlihat sepertiku?"

"Sebenarnya kau juga terlihat sepertiku, Nagisa-kun."

Nagisa memegang rambutnya, merah.

Karma juga melakukan hal serupa, dan yang ia lihat adalah helai rambut berwarna biru.

Lho..?

Hening. Setelah itu mereka hanya saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
mereka bahkan tidak sadar kalau hujan sudah berhenti. Dengan iseng Nagisa mengalihkan pandangannya pada genangan air bekas air hujan. Namun yang ia lihat bukanlah dirinya. Tapi refleksi sosok yang sangat dia kenal. Rambut itu.. mata itu.. wajah itu..

"Tunggu! Apa yang sebenarnya terjadi disini!?" Nagisa mulai panik. Sementara Karma juga terkejut saat ikut melihat sosok dirinya sekarang dalam genangan air.

"Sepertinya jiwa kita tertukar." Karma langsung mengambil kesimpulan.

"Hah?"

Rasanya Nagisa ingin tertawa mendengar argumen yeng keluar dari sosok dirinya itu-dengan Karma di dalamnya-. Tidak mungkin ada yang namanya pertukaran begitu sadar kalau saat ini dia berada dalam tubuh milik Karma sedangkan tubuh nya itu sekarang sepertinya di diami oleh Karma, mungkin pendapat itu ada benarnya.

"Tidak bisa! Aku tidak mungkin pulang dengan tubuh ini! kembalikan tubuhku, Karma-kun!"

"Tapi bagaimana caranya kita bertukar kembali?"

Sekarang keadaan kembali hening. Keduanya mengingat-ingat bagaimana mereka bisa bertukar jiwa.

Memory kejadian sebelumnya diputar ulang.

Yang mereka tahu setelah adegan 'tabrakan head-to-head je-duk mengerikan' itu, mereka saling melihat tubuh mereka masing-masing. Mungkinkah hanya karena hal itu?

"Yang terpenting, sekarang sebaiknya kita pulang, hari sudah mulai malam. Lagipula hujannya sudah berhenti."

"Ah, benar! Kalau sampai pulang kemalaman aku bisa di marahi ibu."

Baru berjalan beberapa langkah keluar gedung sekolah langkah Nagisa langsung terhenti.

"Tunggu!" Nagisa menyetop sosok dirinya-dengan jiwa Karma itu.

"Kenapa?"

"Karma-kun, Kau mau pulang ke rumahmu dengan menggunakan tubuhku?"

"Lalu bagaimana? Memangnya kita harus menginap di sekolah."

Sebenarnya Karma rela banget bisa menginap di sekolah berdua dengan Nagisa.

Sedangkan Nagisa saat ini tengahfacepalm, sudah berjam-jam mereka menunggu hujan reda untuk pulang, masa sekarang mereka harus menginap di sekolah bahkan setelah hujan reda.

Karma kemudian memasang pose berpikir dengan tubuh Nagisa.

"Hmm, mungkin kita harus menjalani hari seperti biasanya dalam keadaan seperti ini. Tentu saja sampai kita kembali normal." Lagi-lagi Karma kembali mengambil kesimpulan.

"Jadi aku akan bersikap sepertimu dan kau bersikap sepertiku?"

"Ya." NagisaSweatdrop melihat betapa tenangnya Karma menyikapi hal ini.

Yang benar saja. Menjadi Karma? sampai kembali normal pula. Dan juga, kapan mereka kembali normal!?

.

.

.

-TBC-

Omake:

Karma tak habis pikir bagaimana mereka bisa bertukar tubuh seperti ini.

Beberapa menit lalu setelah hujan reda mereka pulang bersama menuju rumah yang berbeda. Tentu saja dengan berpura-pura menjadi orang yang tubuhnya mereka diami.

Tujuan pulang bersama sudah terpenuhi, tapi kenapa rasanya seperti pulang dengan diri sendiri!?

Tak mau ambil pusing, ia mengalihkan pandangannya pada sosok Nagisa yang terlihat di dalam cermin kamar.

Karma selalu memandanginya.

Ia selalu memandanginya dari bangku tempat duduknya. Ia selalu memandanginya dan berharap suatu hari ia dapat memilikinya.

TAPI KENAPA HANYA TUBUHNYA SAJA!? KENAPA TIDAK SEKALIAN DENGAN JIWANYA!?

Karma mengacak frustasi helai rambut miliknya /ups!/ maksudnya milik Nagisa.

Tapi tunggu dulu. Saat ini ia berada di kamar si biru itu. Bukankah itu artinya dia memiliki kesempatan!?

Kesempatan untuk mencari tahu lebih jauh tentang Nagisa!?

Ya. Mencari tahu tentang dia. Semua hal yang disukainya. Semua hal yang dibencinya.

Memang sekarang mereka sudah dekat. Tapi yang diinginkan Karma bukan dekat yang berhenti di friendzone. Kau tahu maksudnya kan?

Dan ini juga merupakan kesempatan untuk mengembangkan bakatjahil Karma (?).

Tapi..

Kamar itukan privasi setiap orang. Memang, dia pernah datang ke kamar Nagisa, tapi Nagisa sendiri tidak pernah membolehkan Karma untuk membongkar kamar nya. /Wajar, sih. Semua orang juga begitu./

'Kalau sampai Nagisa marah saat tahu aku membongkar kamarnya bagaimana ya? Kalau dia tidak mau berteman denganku lagi bagaimana!? Kalau dia tidak mau melihat wajahku lagi bagaimana!? Kalau sampai bloodlust mode nya keluar bagaimana!?'

Dan sekarang jiwa Karma tengah dilema. Padahal biasanya juga Karma tetap jahil walaupun sudah di larang. :P

.

.

.

Nagisa menatap cermin yang memantulkan refleksi tubuh Karma. mimpi apa dia semalam sampai bisa terjebak di dalam tubuh si merah ini?

Dan saat ini Nagisa juga berada tepat di dalam kamar milik Karma.

Ia menghela nafas dan menatap ponsel berwarna merah di atas meja.

"Bukankah itu milik Karma-kun?"

Dengan iseng, ia membuka ponsel milik Karma dan membuka gallery photonya.

Nagisa Sweatdrop, yang ada di gallery photo itu hanya kumpulan foto kejahilan yang di perbuat Karma dan foto memalukan yang diambil Karma, parahnya sebagian besar foto memalukan itu milik teman sekelas.

Untuk apa Karma menyimpan ini? apakah dia biasa menggunakan ini sebagai ancaman? Bisa saja kan?

Nagisa mengutak atik kumpulan foto-foto itu sampai ia menemukan sebuah foto yang membuatnya tercengang.

Itu..

Itu..

Bukankah itu foto dirinya yang sedang crossdressing waktu itu!?

Kenapa Karma menyimpannya!?

Dengan kecepatan cahaya, Nagisa langsung menghapus foto itu.

Entah kenapa, sekarang ia ingin sekali melemparkan ponsel itu ke luar jendela.

Sebenarnya cukup tidak sopan membuka ponsel orang dan melihat-lihat koleksi foto orang lain. Apalagi tadi sempat menghapus salah satu foto. /Meskipun akan lebih baik jika semua foto yang ada di dalam ponsel itu di hapus./

Tapi kalau di lihat dari luar, yang terlihat hanyalah sosok Karma yang mengutak-atik ponsel nya sendiri-padahal yang melakukannya Nagisa-.

Semoga Karma yang saat ini berada di dalam kamarnya tidak mengetahui apa yang dia perbuat.

Tunggu? Kamarnya?

'Astaga! Karma yang itu!? Karma yang terkenal bandel dan jahil itu!? Berada di kamarku!? Bagaimana kalau dia membongkar kamarku!? Bisa jadi dia nanti tahu semua rahasia ku!'

Nagisa mulai parno. Meskipun dia sendiri juga membongkar ponsel milik Karma tanpa izin.

Ia berharap, semoga ini semua hanya mimpi dan begitu ia bangun ia berada di kamarnya dan berada di dalam tubuhnya. Dan semoga Karma tidak membongkar kamar miliknya.

.

.

.

RnR?