Oke, ini adalah sekuel dari Wonderful Journey. Masih dengan Misaki Ruu alias Shirato Ruu sang OC!

.

Disclaimer: ATLUS

Warning: OC berpotensi (besar) mary-sue, typo(s) bertebaran, (berusaha) mengikuti timeline P4, (sangat) butuh review #dor. Terinspirasi dari lagu 'Breakaway' milik Kelly Clarkson, sekuel dari Wonderful Journey.

.

.

~CHAPTER 1: "Grew up in a small town, And when the rain would fall down, I'd just stare out my window."~

.

.

Shirato Ruuki membuka matanya. Matanya menatap langit-langit kamar barunya –lebih tepatnya adalah kamar yang ia akan tumpangi selama kurang lebih sampai setahun ke depan. Sudah bukan asrama lagi yang ia tempati tahun ini, sebab sekarang ia menumpang di rumah adik ipar ayahnya, dengan kata lain pamannya sendiri.

Dua tahun yang lalu ia bersekolah di SMA Gekkoukan sebagai murid kelas 11. Sebenarnya ia kecepatan masuk SD waktu di Hokkaido. Syukurlah, Gekkoukan mau menerimanya sebagai murid kelas 11 walaupun umurnya masih kurang. Tetapi sekolahnya yang sekarang, yakni SMA Yasogami hanya mau menerima murid yang umurnya sesuai dengan kelasnya –sehingga Ruuki pun harus 'libur' selama setahun jika ingin masuk kelas 12 di sekolah itu. Yah, rasanya mungkin seperti tinggal kelas, bedanya ia tidak perlu mengulang pelajaran.

Omong-omong, selama setahun kemarin gadis berambut biru ini tidak bersantai-santai dan malas mentang-mentang tidak sekolah. Justru gadis itu malah mengambil kelas Semester Pendek di Universitas yang ada di Hokkaido. Bisa dibilang semacam les sebenarnya, tetapi ini benar-benar kuliah. Ruuki mengambil jadwal agar total tahun kuliahnya hanya tiga setengah tahun. Yang setengah tahun sudah ia jalani. Sekarang, jika ia sudah lulus di Yasogami, ia akan melanjutkan kuliahnya yang tiga tahun sisanya.

Kini, ia akan tinggal di rumah bertingkat dua ini dengan paman, sepupu perempuan, dan sepupu laki-lakinya. Sepupu perempuan. Teringat bahwa ia memiliki janji untuk membuat sarapan sama-sama dengan Nanako –adik sepupu perempuannya-, Ruuki langsung melompat dari tempat tidurnya, bergegas mandi, berpakaian, lalu langsung turun ke lantai satu.

Sesampainya di dapur, Ruuki langsung bertemu dengan Nanako yang sedang menggoreng telur. Ryotaro –pamannya- dan Souji –adik sepupu laki-lakinya- belum ada di meja makan. Sepertinya kedua lelaki itu belum bangun.

"Nanako-chan, maaf aku telat bangun," ujar Ruuki meminta maaf sambil menyiapkan roti panggang.

"Hn, tidak apa-apa, aku juga baru mulai, kok," kata Nanako yang sedang memulai untuk menggoreng telur ketiga.

Tidak lama kemudian, kedua gadis itu selesai menyiapkan sarapan, lalu kedua lelaki penghuni rumah ini turun dari tangga. Kemudian mereka berempat sarapan di meja makan bersama-sama.

Ketika baru akan melancarkan gigitan keempat pada rotinya, ponsel Ryotaro berdering. Ia menjawab panggilan telepon itu, lalu memasang wajah panik, kemudian menutup ponselnya, langsung meminum habis kopi yang ada di cangkirnya. Setelah itu ia langsung meraih tas dan jasnya. Masih dengan membawa roti yang belum habis, ia beranjak keluar dan pamit kepada Nanako, Ruuki, dan Souji.

"Ayahku seorang polisi sekaligus detektif. Ia sangat sibuk akhir-akhir ini," jelas Nanako tanpa diminta, tapi sepertinya gadis kecil itu dapat melihat raut wajah heran yang terpampang pada kedua kakak sepupunya.

Setelah mendendangkan 'ooo' dengan pendek, Ruuki dan Souji kembali menikmati sarapannya. Setelah itu mereka membereskan meja makan dan dapur, lalu berangkat ke sekolah.

Saat di pertigaan, kedua 'pendatang baru' itu berpisah arah dengan Nanako. Sekarang Souji dan Ruuki melanjutkan perjalanan menuju gedung sekolah Yasogami.

Ramai sekali jalanan pagi itu. Mungkin karena itu adalah hari pertama masuk sekolah, sehingga jalan dipenuhi anak-anak sekolahan. Dan mungkin saking terburu-burunya ada anak laki-laki yang terjungkal jatuh karena tidak bisa mengenarai sepedanya dengan benar.

Sesampainya di sekolah, ada seremoni awal tahun pelajaran, kemudian mereka masuk kelas. Kelas Souji ada di lantai dua karena ia kelas 11, sedangkan Ruuki yang anak kelas 12 naik ke lantai tiga.

Di kelasnya, Ruuki melihat-lihat kursi mana yang belum di tempati. Ada empat kursi. Yang pertama ada tepat di depan pintu depan, yang kedua ada di tengah barisan paling belakang, yang ketiga ada di baris kedua dari jendela, yang terakhir ada di ujung belakang di samping jendela. Ruuki memilih yang terakhir. Ia memilih kursi di samping jendela.

Ia duduk di kursi yang ia pilih, meletakan tasnya di meja, melirik sebentar ke luar jendela. Langit sebenarnya cerah, tapi cerahnya terhalangi oleh embun pagi. Tunggu, mungkin lebih tepat dibilang kabut.

Lalu Ruuki melirik gadis yang duduk di sebelahnya. Gadis itu berambut abu-abu dan bergelombang, kulitnya putih pucat, wajahnya muram. Entah keberanian itu datang darimana, yang jelas tiba-tiba Ruuki ingin menyapa.

"Hai, namaku Shirato Ruuki, murid pindahan," ujar Ruuki sambil menguurkan tangan pada gadis itu.

"Hm? Oh maaf, tadi aku kurang memperhatikan jika ada anak baru..." gumam gadis itu. "Namaku Konishi Saki," katanya sambil menyambut tangan Ruuki. "Senang berkenalan denganmu."

Dan jadilah demikian, Ruuki mendapat teman pertamanya di sekolah barunya. Ini rekor, rekor sekali. Ia tidak pernah bisa mendapatkan teman pada hari pertama di tempat baru. Jangankan teman, menyapa dulu di hari pertama saja tidak pernah. Mungkinkah ini yang disebut sebagai kemajuan?

Karena masih hari pertama sekolah, murid-murid dapat pulang lebih cepat dari biasanya. Karena pulang lebih awal itulah, Saki menawari Ruuki untuk berkeliling sekitar daerah SMA Yasogami.

Pukul 12 siang, Saki sudah menemani Ruuki berkeliling di tempat-tempat yang terbilang penting –seperti Junes, pertokoan, kantor polisi, sungai utama di Yasoinaba, dan sebagainya. Saat berniat makan siang, tiba-tiba ponsel gadis berambut abu itu berdering. Setelah menjawab telepon yang masuk itu lalu menutupnya, Saki meminta maaf pada Ruuki karena ia tidak dapat menemani lagi hari ini, ia harus bekerja di Junes. Lalu Ruuki pun pulang ke rumahnya –rumah keluarga Dojima seorang diri.

Ia sampai di rumah sore hari. Ya, karena baru hari pertama, ia agak tersesat tadi, sehingga ia harus mencari jalan ke rumah pamannya. Di rumah hanya ada Nanako saat itu, sampai malam rumah kediaman Dojima hanya dihuni oleh dua orang gadis muda.

Seperti tadi pagi, Ruuki membantu Nanako menyiapkan makanan. Karena sampai pukul 7 malam Souji dan Ryotaro belum juga pulang, Ruuki dan Nanako memutuskan untuk makan duluan.

Keduanya duduk dan makan di ruang tengah sambil menonton televisi. Saat Nanako menyalakan televisi, tayangan yang muncul pertama kali adalah siaran berita. Pembawa berita mengatakan bahwa Namatame Taro masih diintrogasi oleh polisi mengenai kematian selingkuhannya.

Dari berita yang Ruuki tonton, gadis itu dapat menyimpulkan bahwa Namatame Taro yang adalah seorang pegawai swasta yang sudah bercerai dengan seorang penyanyi enka bernama Hiiragi Misuzu. Akibat perceraian mereka adalah adanya pihak ketiga yakni Yamano Mayumi. Kemarin pagi ditemukan Yamano tewas dalam keadaan tergantung di antena salah satu rumah. Mengerikan.

Lalu seorang pembaca berita mewawancarai seorang gadis SMA Yasogami (bisa dilihat dari seragam sekolahnya, walaupun wajahnya disensor). Dikatakan bahwa gadis itu adalah orang pertama yang menemukan jasad Yamano Mayumi di atas antena. Suara gadis itu disamarkan. Tetapi sosok dan suara gadis itu seperti tidak asing untuk Ruuki, rasanya familiar. Hmm...seperti Konishi Saki.

"Hn, sepertinya otou-san akan pulang larut lagi malam ini," gumam Nanako sambil menatap mangkuk nasinya. "Soalnya ini tugas otou-san, ia menjadi ketua dalam investigasi ini."

Sambil menghela nafas berat, Nanako meraih remot televisi dan mengganti salurannya. Pada suatu iklan di sebuah channel, gadis kecil itu mengikuti nada di iklan itu.

"Every day's great at your Junes!"

"Suaramu bagus," ujar Ruuki.

"Yep, aku salah satu penyanyi terbaik di kelasku!" kata Nanako tersenyum bangga.

.

.

Hari berikutnya pun sekolah belum efektif. Masih ada beberpa murid yang tbelum rela menerima kenyataan bahwa sudah saatnya kembali ke sekolah dari liburan. Langit yang meneteskan air hujan pun seakan mendukung keingin para murid untuk bolos.

Ditambah lagi hari ini ada beberapa mobil polisi yang mendatangi gedung sekolah. Sehingga para guru memulang murid-muridnya lebih awal.

Sejak kedatangan Ruuki ke Inaba, gadis itu belum pernah sekalipun melihat kota kecil itu tanpa kabut. Dan sekarang, walaupun hujan turun, kabut tetap saja ada. Mungkinkah kabut sudah menjadi ikonik bagi Inaba? Tetapi nyatanya tidak demikian. Menurut Saki yang sudah 18 tahun tinggal di Inaba, kabut baru berdatangan sejak sekitar seminggu yang lalu.

Dari Saki pula, Ruuki mendengar bahwa ada rumor yang menyatakan bahwa kau akan dapat melihat orang yang ditakdirkan untukmu jika kau berdiri seorang diri di depan televisi yang ada dalam keadaan mati pada saat cuaca mendung dan berkabut pada tengah malam. Semalam Saki mencobanya dan ia melihat dirinya sendiri dalam televisi. Dirinya yang disana seperti meringis kesakitan. Tetapi gadis itu mengelak bahwa itu adalah dirinya sendiri.

Teman pertama Ruuki di Yasogami itu harus pergi bekerja lagi hari ini, dan gadis itu ditawari kerja sambilan juga kalau tidak ada kerjaan –daripada bosan di rumah karena tidak ada kerjaan. Ruuki setuju.

Mereka pergi ke Junes. Ya, Junes adalah tempat Saki bekerja sambilan. Sebenarnya keluarganya sendiri memiliki toko kelontong sendiri, dan sejak Junes didirikan di Inaba, banyak pertokoan yang tutup karena barang-barang yang toko-toko itu jual semua dijual di Junes. Salah satu korban dampak didirikannya Junes adalah toko keluarga Saki.

Di Junes, Ruuki dan Saki bertemu dengan Souji dan teman-temannya. Seorang pemuda yang pernah Ruuki dan Souji lihat sabagai orang yang pernah terjatuh dari sepedanya adalah Hanamura Yosuke –ia adalah anak tunggal pemilik Junes, dan sekelas dengan Souji. Teman sekelas Souji yang sedang bersamanya satu lagi adalah Satonaka Chie. Chie memiliki rambut coklat yang pendek dan seragamnya dibalut dengan jaket hijau.

Melihat wajah lelah yang ditampilkan Saki daritadi, Yosuke langsung memberinya izin untuk pulang cepat. Yah, sebenarnya Yosuke tidak punya hak untuk memperbolehkan seorang pekerja pulang lebih awal, tapi toh dia masih punya 'kekuasaan' atau 'kekuataan' sebagai pewaris tunggal di Junes. Karena Saki memutuskan untuk pulang (sesuai saran Yosuke), Ruuki pun memutuskan untuk pulang juga.

Malam harinya, Ruukipenasaran akan rumor yang Saki ceritakan. Maka dari itu, setelah makan malam gadis itu melirik keluar jendela untuk melihat cuaca. Sesuai harapannya, malam itu berkabut dan turun hujan. Sambil menunggu tengah malam, Ruuki memutuskan untuk belajar dulu, mempersiapkan pelajaran untuk kelas besok.

Satu jam lagi.

Setengah jam lagi.

Seperempat jam lagi.

5 menit lagi.

4 menit.

3 menit. Ruuki memutuskan untuk menutup buku pelajarannya dan merapikan segala yang ada di meja belajarnya.

2 menit lagi. Ruuki melirik keadaan langit sekali lagi.

1 menit terakhir. Ruuki mulai bersiap di depan televisi.

30 detik lagi. Astaga, ini seperti sedang menunggu datangnya Dark Hour 2 tahun lalu saja...

5.

4.

3.

2.

1.

Ruuki melihat sesosok gadis berambut abu bergelombang, mengenakan seragam SMA Yasogami, sedang ada di dalam sebuah ruangan seperti toko kelontong, ia sedang merintih. Sosok gadis itu tidak asing bagi Ruuki. Itu Konishi Saki. Ruuki yakin itu.

.

.

Keesokan paginya, Ruuki pergi ke sekolah bersama dengan Souji. Dalam perjalanan, mereka melihat kerumunan di depan sebuah rumah. Kerumunan itu menatap atap rumah yang mereka kerumuni. Ruuki melihat ke atap, dan menemukan Saki tewas di atas antena.

.

.

~TBC~

.

.

Woke, btw Fei ngetik ini waktu lagi liburan di puncak, gara-gara gak dapet sinyal buat internet, gitu deh. Lalalala~

REVIEW!