MOANA

.

.

.

"Dan... setelah itu, Te Ka pun berubah menjadi seorang dewi cantik dan indah, ternyata... dialah Te Fiti! dia pun mengembalikan semua kehidupan tiap pulau yang hampir lenyap. aku mendapatkan kail ajaib yang baru dan Moana mendapatkan perahunya, akhirnya bumi kembali damai seperti semula!"

"Horeeeeeeee!"

Anak-anak bertepuk tangan usai mendengar kisah paling legend dari Maui, sang separuh dewa angin dan laut, pahlawan pria dan wanita, segalanya.

"Lagi! lagi! lagi!" seru mereka, kompak meminta ulang pada Maui.

Maui pun tertawa "Ayolah nak, aku sudah menceritakan ini hampir 300 kali" jawabnya.

"Tapi kisahmu dengan Moana seru sekali!" sahut salah satu anak.

"Aku suka bagian dimana kau berusaha mengalahkan Te Ka!"

"Ya! dan Moana yang mengembalikan jantung Te Fiti itu!"

"Ayooo kami mau mendengarkannya lagi!"

"lagi!"

"lagi!"

"lagi!"

"Ulaaaaang!"

Maui tersenyum, mau berapa kali pun dia menceritakan petualangannya pada mereka, anak-anak tersebut takkan pernah bosan. mereka nampak menyukainya, mereka nampak mengidolakan dirinya.

Jujur, Maui sendiri merasa mulutnya hampir berbusa kalau dia mendongeng lagi.

"Waktu mendongeng, habis!" kata Moana, masuk ke dalam fale kecil menggeser kain tapa sebagai tirai di rumah kecil itu, tempat dimana anak-anak tersebut duduk untuk mendengarkan sebuah dongeng-dongeng rakyat leluhur mereka.

Mereka menampakkan raut kekecewaan. "Yaaaaaaaaaaahh..."

"Ini sudah sore anak-anak, besok aku dan Maui yang akan mendongeng untuk kalian"

"Sungguh!?"

Moana mengangguk mantap.

"Horee! dongeng lagi!"

"Besok pasti lebih seru!"

"Nah, besok tema dongengnya tentang aku melawan Tamatoa!" kata Maui dengan bangga, Moana hanya memutar bola matanya, dia tahu kalau Maui cuma tebar pesona pada anak-anak agar mereka semakin mengaguminya.

"Ayolah kepala hiu, kau sempat lengah melawan Tamatoa" ketus Moana.

"Oi, oi! itu kan cuma masa lalu! ini kisahku yang berbeda ketika pertama kali bertemu dengan Tamatoa, aku benar-benar bertarung dengannya!"

"Woaaaaaaaaah" mendengar spoiler-nya saja, anak-anak sudah kagum duluan.

"Baiklah, orang tua kalian sudah menunggu dirumah, sampai jumpa besok ya!"

"Terima kasih Maui! terima kasih Moana!"

"Oke, terima kasih kembali!" kata Maui, mengedipkan sebelah matanya pada mereka.

Setelah acara dongeng-mendongeng bubar, kini hanya Maui dan Moana saja yang ada didalam fale.

"Kau ini merusak suasana saja, Princess, padahal sedang seru-serunya"

"Maui, aku tahu kau sedang asik mendongeng, tapi setidaknya kau harus tahu kalau ini sudah sore"

"Baiklah! aku yang salah! kau yang menang, puas Princess?"

Moana meninju bahunya Maui "Dasar!"

Maui terkekeh santai.

Sudah dua tahun usai petualangan mereka ke Te Fiti, Maui semakin akrab dengan Moana. persahabatan mereka semakin menjadi begitu Maui sering mengunjungi pulau Motunui. karena kunjungannya tersebut, Moana pun berpikir untuk membangun sebuah fale khusus bagi Maui. usai membuatkan fale untuknya, Maui bertemu dengan warga Motunui, mulai belajar berbaur dengan mereka.

Dan... untuk saat ini Maui sedang mencoba akrab dengan calon menantu-ehh, maksudnya orang tuanya Moana. kalau sudah akrab dengan mereka, otomatis Maui bisa dekat-dekat Moana dengan mudah. begitu pikirnya, nista.

di Awal pertemuannya waktu itu, Sina menyambutnya dengan lembut, Maui sangat menyukainya, ibunya Moana ibarat copy paste putrinya. wajah mereka hampir sama, namun dengan sedikit kerutan di dahi ibunya yang hampir terlihat.

Tapi... berbeda dengan Tui, ayahnya Moana yang langsung melontarkan tatapan menusuk padanya seolah mengatakan Jadi-dewa-ini-yang-mencuri-batu-TeFiti-dan-menyebabkan-semua-pulau-menghitam? Dan itu membuat Maui takut sendiri.

"Ayo, kau makan malam di fale ku" ajak Moana.

"Baiklah Princess"

Moana langsung cemberut "Sudah lama mengenalku masih saja kau memanggilku begitu"

"Terus aku harus memanggilmu apa? tante-tante?" tanya Maui.

"Ihh Maui ah!" Moana memukul-mukul bahu Maui, tapi Maui tetap tertawa.

"Malam ini, ibuku memanggang daging babi"

"Tapi, ibumu tidak memanggang Pua kan?" tanya Maui.

"Enak saja! Pua tidak boleh di makan!"

"Pua kan babi?"

"Biarpun Pua seekor babi, aku takkan memakannya!"

"Kalau begitu, ngomong-ngomong di mana sih si ayam juling itu? dari kemarin aku tak melihatnya" tanya Maui, matanya melirik kesana-kemari mencari HeiHei.

"HeiHei? entahlah, ayam itu sering menghilang, tapi nanti juga kembali"

Obrolan kecil mereka pun langsung berhenti begitu ibunya memanggil mereka dari teras fale.

"Moana! Maui!"

"Ah, sepertinya sudah siap, ayo Maui!" Moana langsung menggenggam tangan Maui dan buru-buru menariknya ke Fale.

"Oi! yang sabar Princess!"


Yang membuat Maui betah tinggal di Motunui selain ingin bersama Moana adalah, dia suka masakan buatannya Sina.

Maui tidak pernah mendapatkan ini selama ia berkeliling mengabdikan tugasnya sebagai dewa untuk memberi kehidupan pada mahluk-mahluknya. dan baru kali ini, Maui bersyukur bisa merasakan makanan buatan dari manusia biasa yang di tawarkan untukknya.

"Jadi... Maui?"

Maui langsung menyantap pork-nya, di temani satu batok kelapa sebagai air minumnya, dia dan keluarganya Moana duduk di ruang tengah fale mereka.

"Kau mau tambah lagi?" tanya Sina.

"Tenang, aku bisa tambah sendiri" jawab Maui, mulutnya masih sibuk mengunyah daging pork-nya.

"Senang kau menyukainya Maui, fale ini semakin ramai semenjak kau datang kemari" kata Tui, sambil menyeruput sedikit air kelapa dari batoknya.

"Ya, tentu saja"

"Ayah, Maui kan sudah di anggap jadi bagian dari kita, tidak salah kan?" tanya Moana.

Tui pun menatap sayang pada putrinya, langsung menepuk-nepuk kepala Moana. "Iya, ayah mengerti, biarpun Maui seorang dewa, tapi tidak salah kan kau mau berbaur dengan mahluk biasa seperti kami?"

"Itu tugasku untuk melindungi seluruh mahluk di seluruh dunia, karena aku Maui-"

"Separuh dewa angin dan laut, pahlawan pria dan wanita, segalanya!" kata Moana, langsung menyambung titel khasnya Maui.

Sina dan Tui pun tertawa.

"Princess, kau ini membuatku malu tahu!" bisik Maui.

"Titel mu itu kepanjangan tahu!"

"Moana sayang, kau tidak makan lagi?" tanya Sina. melihat porsi makan anaknya yang kebetulan cuma sedikit.

"Oh? yaa sebetulnya sudah kenyang sih" jawab Moana.

Tui sampai menaikkan sebelah alisnya, agak heran. "Tumben? baru makan satu daging?"

Moana hanya mengangkat bahu. "Habis akhir-akhir ini aku agak malas makan, sekali saja sudah kenyang duluan"

Tui dan Sina hanya berkedip heran, tak biasanya Moana begini. tapi memang akhir-akhir ini Moana sedang mengurangi porsi makannya. yang biasanya dia bisa makan empat potong daging sekaligus, kini Moana cukup memakan satu saja, dan itu membuatnya kenyang.

"Bilang saja kau sedang diet, Princess" sambung Maui.

"Hei! sejak kapan aku memulai diet?!" Moana malah protes.

Sina tertawa kecil "Ohh.. jadi kamu sedang diet ya?"

"Ti-tidak kok!"

"Dilema masa muda kalau urusan diet" kata Tui.

"HAHAHAHAHA!"

Moana langsung cemberut, orang tuanya malah ikut-ikutan meledeknya.

"Pantas saja kau terlihat kurusan nak, sebaiknya kau tidak perlu diet. seorang Kepala suku butuh banyak tenaga untuk melakukan pekerjaannya" tegur Tui, mengingat Moana sekarang memiliki gelar Ali'i Matai, seorang Kepala suku.

"Iya yah, kalau begitu... aku akan mencoba makan banyak lagi"

"Besok ada pertemuan penting, bersiap-siap untuk memberi pidatomu pada tetua"

Moana pun gugup. jujur, sejak menjadi kepala suku, Moana harus rajin-rajin datang ke Fale Tele untuk mengadakan pertemuan dengan para dewan desa. Moana juga memaksakan otaknya untuk berpikir keras bagaimana dia bisa memberi kebahagiaan untuk warganya. menjadi Kepala suku itu tidak mudah, tapi Moana berusaha untuk memberi yang terbaik bagi mereka.

"Baiklah... aku akan kesana besok" Moana pun langsung berdiri, membereskan kembali sisa makan malamnya "Bangunkan aku pagi-pagi ya"

"Kau tidak memintaku untuk menemanimu Princess?" tanya Maui, mulai kode-kode ke Moana.

Moana mendengus ketus "memangnya aku memintamu ikut?"

"Ayolah! kau tidak bisa menghadapi mereka sendirian!"

"Iya iya! kau ikut besok!"

"Nah, begitu dong!"

"Akan ku antarkan kau ke fale mu, ayo"


Moana mengantar teman dewanya ini menuju ke fale-nya. malam semakin larut, angin cukup berhembus kencang malam ini dan membuat udara semakin dingin.

"bbbrr dingin, aku tidak tahu mengapa akhir-akhir ini cuaca sering kali berubah" ucap Moana, bibirnya gemetar menahan dingin dan kedua tangannya memeluk dirinya sendiri untuk menghangatkan tubuh.

"ku pikir Tawhirimatea sedang mengamuk"

"Apa?" Moana agak terkejut.

"Aku cuma bercanda, Princess" Maui tertawa kecil. "Aku tahu Tawhirimatea, dia dewa angin dan petir"

"Oh?"

Keduanya pun hening, tetap berjalan seperti biasa menuju fale-nya. Maui menatapi Moana yang dari tadi sibuk menghangatkan tubuhnya. sudah dua tahun ini Moana mulai menunjukkan perubahan fisiknya. ya maksudnya bukan karena dia semakin langsing atau apa, tapi yang membuatnya agak heran adalah...

Moana nampak kurus.

Maui sudah menyadari itu ketika menghadiri upacara pengukuhan Moana sebagai Kepala suku dua tahun yang lalu. saat dimana pertama kalinya, Maui melihat ada yang berbeda dari fisik Moana. dia agak pucat, agak sedikit letih, dan cara berjalannya pun saat itu hampir terhuyung, tapi Moana berhasil mengendalikannya sehingga tak ada yang menyadari kalau Moana sebetulnya sedang sakit.

Mungkin waktu itu sedang tak enak badan. gumam Maui.

Maui tak pernah berhenti mengawasi Moana. anak ini tetap berlayar, lautan adalah kawannya. dia mengajari warganya cara berlayar yang benar, dan dia punya rencana untuk membawa seluruh warga Motunui berlayar ke lautan lepas untuk mencari pulau baru.

Tapi... semakin lama semakin kemari, Moana jarang berlayar. alasan awalnya karena kelelahan. Ya, wajar kelelahan karena dia adalah kepala suku yang menjalankan tugasnya. tapi untuk berikutnya, Moana terus beralasan. dia memang masih mau berlayar, tapi hanya sebentar saja. itu pun baru enam menit meninggalkan pulau, Moana malah minta balik lagi. Maui pun sangat heran saat itu, tapi akhirnya ia menurut juga.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Moana.

Maui menyadari bahwa dia melamun, kemudian dia langsung memalingkan mukanya. "Ah! ti-tidak kok!"

"Kenapa? wajahku ada yang salah?"

"Ahh sudahlah! tidak ada apa-apa!" Maui tetap bersikeras.

Tapi yah... Maui tak berani melihat wajah Moana karena dia mulai pucat lagi.

"aku mengantarmu sampai kesini saja ya?" kata Moana.

Maui pun mengangguk pelan, sebelum dia masuk kedalam fale, dia menatap Moana lagi yang kini memasang senyum manis ke hadapannya.

"Nah! kalau begitu selamat malam Maui!"

"Kenapa tidak menginap saja disini, Princess? tidak mau menemaniku tidur?" tanya Maui, mulai menggoda.

"Eh! a-apaan maksudmu! jangan berpikiran yang aneh-aneh ya!"

"hahaha! ya sudah! cepat pulang! nanti kau sakit lagi"

"Huh, dasar kepala hiu!" Moana mendengus kesal, Maui selalu tertawa melihat cara Moana kalau lagi sebal. "Ya sudah, selamat malam"

"Malam"

Moana pergi meninggalkan fale-nya.

Kau tidak se-semangat seperti dulu, Princess...

Gumam Maui, dia pun menutup tirai fale-nya dan segera pergi tidur.

TO BE CONTINUED


AN : Yohohoho! Fic baru dengan tema Angst! Ya sebenernya masih ada satu fic Moana yang belom sempat saya selesaikan (yang New Life With You) tapi saya sih pengennya juga ngeluarin ini dulu. Semoga pada suka ya, nanti di lanjut oke?

Thanks for reading!

SUMBER COVER-nya : Boleh nemu di google :P

...

Sedikit Info :

Fale : Sebutan untuk sebuah rumah (semacam pondok kecil) buat tempat tinggal.

Tawhirimatea : adalah Dewa cuaca petir dan angin.

Fale Tele : Rumah besar untuk pertemuan para dewan dan seorang Kepala suku.

Ali'i Matai: Istilah Samoa untuk gelar Kepala suku (Ali'i artinya pemimpin)