Friendzone

Author: Lily Kotegawa

Vocaloid © Yamaha Corp.

Warning: unmainstream pair, miss typo, de el el

Summary: Ada satu hal yang paling dibenci oleh semua orang sedang jatuh cinta, namanya 'friendzone'. Sebuah tempat yang sangat menguras batin.

.

.

.

*) For minor-chara paradise

Zone 1:

Status

.

.

.

Saling berbagi pengalaman. SMS-an tiap hari pakai operator paling murah. Masih kurang apa coba?

Kaiko Shion, 15 tahun, masih berstatus 'single'. Diantara teman-temannya, ialah gadis yang paling belum pernah merasakan sesuatu bernama 'pacaran'. Menyedihkan memang.

"Melamun aja," tegur Rin Kagamine, kekasih dari Teiru Sukone.

Kaiko menghela nafas. Bahkan salah satu sahabatnya itu sudah memiliki pacar. Amazing sekali, karena Rin adalah gadis tomboy.

"Lagi memikirkan sesuatu buat kelanjutan fanfiction yang aku buat," kata Kaiko pelan.

"Lagian buat plot yang ribet," komentar Rin. "Bikin oneshoot dulu saja lah."

"Oneshoot itu malah bikin malas ngerjain," balas Kaiko. "Kalau drabble sih mungkin tidak."

"Tuh, buat drabble aja," saran Rin.

"Tapi lagi nggak ada yang enak buat dijadikan drabble."

Rin mangut-mangut, tanda mengerti. Mereka memang sesama author, tapi genre dan plot yang mereka klaim sering berbeda. Misalnya saja bulan lalu, Rin membuat cerita romance yang penuh konflik dengan death-chara, sementara Kaiko membuat cerita romance-absurd dengan heroine yang memiliki love-rival laki-laki shota dan seorang gadis kelewat kaya.

Keheningan diantara mereka berdua terpecah setelah Rin mendapat sms. Teiru ―pacarnya― mengajak makan siang bersama di halaman belakang sekolah.

"Kaiko, aku pergi makan siang bersama Teiru-kun dulu, ya!" pamit Rin.

Kaiko hanya mengangguk. Gadis berambut biru itu lagi terlalu banyak pikiran. Mulai dari persiapan UN, tugas sekolah, tugas les, fanfic-nya yang belum terselesaikan, dan satu hal lagi ―friendzone.

Menyebalkan. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia justru terjebak dengan sebuah status bernama 'friendzone'? Status 'single' saja sudah cukup menyebalkan. Belum lagi ia juga jatuh ke lubang yang bernama 'cinta segitiga'. Sungguh, Kaiko lelah dengan semua itu.

Kaiko menghela nafas. Iris matanya memandang kesekian sudut kelas. Lagi-lagi ia menemukan pemandangan yang sama, seorang gadis bernama Lily yang diledek oleh sahabatnya karena ketahuan modus ke Gumiya. Pemandangan yang cukup menyebalkan.

Gumiya Nakajima, 15 tahun. Lelaki bersurai fantasy green dengan iris sour apple. Senyumannya yang menawan dan orang yang supel. Tak heran jika seorang Lily ―yang terkenal sebagai orang paling gaul di sekolah― jatuh hati pada lelaki itu. Menyebalkan, itulah pemikiran Kaiko. Kenapa? Karena Kaiko juga menyukai Gumiya. Memang, memiliki love rival itu sungguh menyebalkan. Singkatnya, terlalu merepotkan. Belum lagi dengan status Kaiko yang 'friendzone'.

Kaiko menghela nafas. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Belum lagi, Gumiya nampak selalu salah tingkah bila berhadapan dengan gadis yang supel seperti Lily ―apalagi Lily juga lebih cantik darinya. Menyebalkan sekali. Kadang Kaiko berpikir, apakah Gumiya dan Lily pacaran?

"Nakajima-kun," panggil Kaiko pada Gumiya.

"Hm? Apa?" tanya Gumiya.

"Kamu dan Lily pacaran, ya?" tanya Kaiko langsung to the point. Hatinya mengharapkan Gumiya menjawab 'tidak'.

"Hahaha … ya, enggak lah. Kenapa malah berpikir seperti itu?" jawab Gumiya diakhiri dengan pertanyaan.

"Penasaran aja sih," Kaiko tersenyum lega. "Habisnya, Lily-san menyukaimu."

"Tapi sebenarnya aku suka sama Lily," luntur sudah perasaan bahagia dihati Kaiko. "Tapi aku nggak berani menyatakan perasaanku sama dia."

Kaiko menghela nafas. Rasanya status friendzone itu akan selalu melekat dihidupnya kalau Kaiko masih menyukai Gumiya.

"Kenapa?" tanya Kaiko dengan suara sedikit serak, menahan perasaan sedihnya.

"Nanti akan muncul masalah sama Teto," jawab Gumiya.

Kaiko mengerti. Teto Kasane ialah mantan pacar Gumiya. Mereka baru putus sebulan yang lalu. Kaiko sangat mengetahui hal itu karena dirinya merupakan teman curhat Gumiya dari dulu. Hal itu juga yang menyebabkannya masuk ke status friendzone. Menyedihkan.

"Kamu itu kalah sama perempuan, ya?" tanya Kaiko sambil tersenyum pahit.

"H-habisnya aku takut sama Teto," jawab Gumiya.

"Penakut," ledek Kaiko.

"Yah … malah dikatain."

"Kenyataan kok."

"Emang iya sih …."

"Lagian kamu mencari masalah."

"Kalau udah suka ya … mau bagaimana lagi?"

Jujur, itu menyakitkan untuk Kaiko. Gumiya, sadarkah engkau jika gadis bersurai biru itu menyukaimu lebih lama sebelum Lily atau Teto menyukaimu?

"Yaudah, pacaran saja sama Lily sana," balas Kaiko dengan nada meninggi. "Jangan labil deh!"

"Ah … bingung," Gumiya mengacak-ngacak rambutnya.

Kaiko tertawa. Berusaha menutupi semua rasa sakitnya.

"Makanya teguh pendirian," saran Kaiko sambil tertawa kecil ―tawa palsu.

"Iya deh … yang lagi mesra-mesraan mulu sama Oliver," sindir Gumiya.

Kaiko tersenyum. 'Benar juga. Ia selalu berpikir aku menyukai Oliver hanya karena aku lebih dekat dengan Oliver dibanding dirinya,' batin Kaiko.

"Iya deh … yang suka sama si 'dia'," balas Kaiko meledek.

Gumiya tertawa. Kemudian lelaki itu pergi meninggalkan Kaiko karena dipanggil oleh Rana ―gadis manis yang biasanya selalu bersama Lily.

Kaiko menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. Pasti Rana sedang membicarakan soal Lily. Mudah saja menebak hal seperti itu, Rana itu matchmaker paling hebat dan sahabatnya Lily.

Ah, terkadang Kaiko jadi bingung sendiri. Katanya Lily menyukai Gumiya, tapi kenapa gadis bersurai emas itu masih mengharapkan pacarnya?

"Sudah berapa kali menghela nafas hari ini?"

Seorang gadis bersurai kebiruan menegur Kaiko lewat pertanyaannya tadi. Ah, pasti Kaiko terlalu banyak menghela nafas sehingga orang-orang bisa memperhatikannya.

"Entahlah," jawab Kaiko menghela nafas.

"Terlalu banyak menghela nafas itu tidak baik loh," kata gadis itu lagi.

Gadis bersurai kebiruan itu memiliki nama lengkap Ring Suzune. Gadis itu merupakan sahabat baik Kaiko ―selain Rin tentunya.

"Mau bagaimana lagi, Ring? Sudah dua tahun lebih aku terkena friendzone!"

Ring hanya tertawa. 'Dasar teman tidak bisa memberi saran,' batin Kaiko dalam hati.

"Ya sudah, ya sudah, sebentar lagi pelajaran terakhir mau dimulai," balas Ring.

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi nyaring. Seorang sensei datang dan pelajaran pun dimulai.

Harus cepat sampai rumah. Itulah yang Kaiko pikirkan setelah bel pulang berbunyi. Gadis itu ingin merebahkan dirinya di kasur dan melupakan sebentar 'curhatan' Gumiya tadi.

Sampai rumah, Kaiko langsung mengganti seragamnya dengan pakaian santai. Ponsel hitamnya berdering sebentar ―menandakan sebuah e-mail masuk. Kaiko segera berjalan mengambil ponselnya. Ada sebuah pesan masuk dari Gumiya.

'Kaiko, bantu aku untuk menyatakan perasaanku pada Lily, ya.'

Dadanya langsung merasakan sesak seketika. Ponsel hitamnya langsung gadis itu banting ke atas kasur.

"Kau menyebalkan, Gumiya Nakajima," gumam gadis itu pelan diselingi air matanya yang perlahan jatuh.

.

.

.

To Be Continue

Want to read next chapter?

Please wait, okay?

Sebuah real story disertai bumbu khayalan. Itulah plot cerita ini. Well, awalnya saya ingin MikuoKaiko. Tapi berhubung Mikuo karakter mayor, akhirnya jatuh lah Gumiya sebagai penggantinya. Walaupun tadi saya sempat kepikiran GumiyaGakuka, tapi saya pikir membuat pair baru itu boleh juga ._.

Last words, see you later~