Note besar: Fanfic ini hanya terjemahan dari karya Pegleg 'Waiting for Ron' yang dipublish sekitar tahun 2004/2005, kenapa aku menerjemahkannya? Karena cerita ini salah satu favorit aku dan aku ingin membagi cerita ini untuk pembaca Indonesia. So sekali lagi, karya ini bukan hasil dari aku. Dan untuk kalian masih menunggu lanjutan cerita After the War, tenang ya, aku masih proses penulisan lagi, maaf untuk satu tahun delay ini :) Rating M untuk pemakaian kata yang sedikit Vulgar xx

Disclaimer: Cerita dan karakter ini bukan milik aku, ini milik Pegleg dan JK. Rowling.

Summary: Hermione sudah mencintai Ron selama bertahun-tahun. Semua orang tahu itu, tetapi tidak untuk Ron. Tetapi keadaan berubah, dan dengan tiba-tiba Ron belajar lebih giat dan Ron bisa bangun pagi sekali untuk sarapan. Kenapa semua itu bisa berubah tiba-tiba? Dan apa yang akan Hermione lakukan tentang itu? Hermione POV.


Prologue

"Lupakan! Aku ingin pergi tidur!"

"Apa?!" kata Ron kaget.

"Aku bilang aku ingin pergi tidur," aku menjawab dengan lebih jelas, sebelum melangkahkan kakiku ke atas kamar perempuan, kamarku. Aku tidak ingin melihat kebelakang untuk melihat wajah bingung Ron. Aku tidak pernah menjadi salah satu orang yang akan pergi begitu saja dipertengahan pertengkaran sebelumnya.

Tetapi aku tidak tahan lagi, tidak malam ini. Tujuh tahun lamanya dan kami—aku dan Ron—selalu seperti ini. Terkadang kau pasti lelah dengan semua itu.

Aku lelah bertengkar. Lelah untuk mengeluarkan air mata. Lelah duduk disini dan menunggu Ron untuk mendapatkan sebuah petunjuk. Aku lelah dengan semua itu.

Aku berjalan pelan ke kamarku dan menemukan Crookshanks yang sedang tertidur pulas di atas ranjangku. Yah, itu kedengaran bagus.

Jika saja itu mudah. Tetapi sangat sulit bagiku untuk tidak memimpikan Ron saat aku tertidur. Tetapi itu tidak masalah lagi saat ini, sekarang aku sudah di kamarku, dan jika ada yang datang dan pergi di mimpiku, itu tidak masalah karena sekarang aku sudah di kamarku dan mendapatkan privasi. Tidak seperti yang lain, tetapi Ron sendiri tidak tahu perasaanku kepadanya.

Setelah aku berganti pakaian dan menggosok gigi (Apa lagi yang harus kukatakan? Kedua orang tuaku dokter gigi. Kebiasaan lama yang sulit di hilangkan), aku menaiki ranjangku dan mendorong sedikit Crookshanks ke pinggir, sepertinya dia tidak menyukainya. Aku mencoba untuk membiarkan diriku tenggelam di balik selimutku, untuk melupakan hal-hal yang terjadi malam ini, dan akupun menemukan diriku berbaring sudah terbangun di ranjangku untuk memulai jadwal pagi ini.

Aku dan Ron bertengkar lagi, seperti biasa. Kadang aku bahkan tidak ingat apa yang kami pertengkarkan, tetapi saat ini aku ingat betul.

Ron mendengar, entah dari mana, bahwa Justin Finch-Fletchly mengajakku kencan, dan Ron menuntut apa jawabanku kepada Justin. Tentu saja semua orang tahu bahwa aku akan menolak ajakan mereka dengan lembut (Aku tidak tahu kenapa mereka terus mengajakku. Semua orang tahu bahwa aku terjebak pada orang-orang penggoda seperti mereka), tetapi aku tidak berpikir bahwa aku berhutang pada Ron untuk memberinya sebuah penjelasan. Ron tidak berhak mengetahui tentang urusan pribadiku.

Aku, tentu saja, sudah memberitahunya banyak penjelasan, tetapi tetap saja Ron tidak mengerti. Itu membuat aku dan Ron bertengkar lagi, dan Ron membahas mengenai Viktor...lagi. Aku dan Viktor hanya berteman, sebenarnya. Tetapi Ron dengan rasa sok tahu nya bilang bahwa aku dan Viktor berhubungan lebih dari teman.

Seperti yang aku beritahu Ron, wanita yang berada disebelah Viktor di semua potonya itu adalah pacarnya dan mungkin tunangannya. Ron hanya bilang bahwa sudah seharusnya seorang sahabat memberitahu segalanya, dan Ron juga bilang bahwa dia hanya perduli denganku.

Ha! Peduli apanya! Ron hanya tidak ingin siapapun untuk memilikiku, dia ingin aku yang selalu dimilikinya...tetapi dia tidak pernah melakukan apapun untuk memilikiku.

Aku menarik nafas panjang untuk menyegarkan seluruh tubuhku. Itu membantuku sedikit, tetapi tidak banyak.

Terkadang, aku ingin melupakan tentang Ron. Berpindah hati dan mencari seseoarang lagi, seseorang yang sudah siap dengan komitmen. Tetapi tujuh tahun yang sudah aku dan Ron lewati sangat sulit untuk dihilangkan. Ron terkadang melakukan hal yang manis, seperti saat dia diam-diam membawakanku makanan saat aku terlambat untuk manyantap makanan. Atau saat dia mengangkatku dan merangkulku dengan kegembiraan setelah tim Quidditch menang. Atau saat Ron mengirim Ginny ke kamarku untuk memberikan sop ayam untukku saat aku sedang sakit.

Dan hal seperti itu membuatku mencintai Ron lebih dalam lagi.

Aku Hermione Granger, dan selamat datang di kehidupanku; tenang dan sabar (meskipun terkadang, tidak begitu sabar), untuk menunggu Ron.

Rutinitas

"Hermione, aku hanya ingin tahu apa yang kau katakan!"

"Kenapa? Kenapa itu begitu dipermasalahkan?" aku bertanya dengan nada frustasi.

"Karena kau sahabatku. Aku ingin tahu segalanya tentangmu."

"Segalanya tentangku tidak berarti kau harus tahu tentang kehidupan pribadiku! Aku tidak harus memberitahumu.."

"Tetapi itu apa yang sahabat lakukan!" kata Ron ngotot. Wajahnya merah karena amarah, rambutnya acak-acakan saat dia menggaruk kepalanya frustasi. Sebenarnya itu terlihat lucu... Woah Hermione! Sekarang bukan saatnya untuk mekikirkan hal seperti itu.

"Ron, apakah kau pernah menceritakan segalanya padaku?"

Keheningan adalah jawabanku.

"Mungkin aku akan pergi dan berbicara pada Harry.."

"Tidak," kata Ron tajam, aku tersenyum kecut. Aku tahu itu!

"Lihat. Kita semua punya rahasia. Nah, sekarang saat aku bilang itu bukan urusanmu, ya jadi itu bukan urusanmu. Lagipula, kau bisa pergi mencari seseorang sendiri jika kau ingin tahu."

"Nah, kalau aku bisa mengetahuinya sendiri, kenapa tidak kau saja yang memberitahuku?"

"Bukan itu masalahnya.."

"Baiklah. Masalahnya adalah, sebagai sahabatmu, aku pikir aku ingin tahu sejak kapan kau pacaran dengan seseorang."

"Tidak, masalahnya adalah kau tidak harus mengurusi urusanku. Dan ya, aku akan memberitahumu saat aku pacaran dengan seseorang, tetapi itu tidak berarti aku harus memberi tahumu siapa saja laki-laki yang sudah aku tolak."

Wajah Ron berubah, dari marah dan sekarang tersenyum. "Jadi kau menolaknya?"

Aku terkejut. Tidak percaya kenapa aku bisa keceplosan. "Kau menyebalkan." Kataku, tidak tahu apalagi yang harus kukatakan.

"Bagus. Dia tidak pantas untukmu, sebenarnya."

"Yeah, dan siapa yangmemutuskan hal itu?!" aku bertanya dengan nada marah. Dari mana Ron bisa berpendapat seperti itu.

"Sahabatmu, tentu saja."

"Yeah, Harry sahabatku juga dan bahkan aku tidak pernah tahu bahwa dia ingin tahu tentang kehidupan pribadiku!"

"Yeah..." kata Ron gugup, dan aku beranggapan bahwa aku mendapatkan petunjuk, saat, "Harry mempunyai pemikiran yang berbeda."

Aku tidak bisa menyangkal akan pernyataan itu. Letih, aku bertanya. "Kenapa kau ingin tahu dengan siapa aku berkencan sih?"

Ron terdiam beberapa saat, melihat kedua kakiknya seolah merekalah yang bisa menjawab. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin tahu."

Aku mendengus. "Yeah, aku pikir itu cukup bagus." Kemarahanku sudah sedikir memudar. "Dan kalau kau ingin menumpahkan rahasiamu padaku aku siap, tetapi jangan harap aku ingin memberitahumu rahasiaku."

"Itu bukan rahasiamu. Kau yang bilang sendiri." Kata Ron tenang. "Aku bisa mendapatkan info nya kalau aku mencari tahu sendiri."

"Dan kenapa kau tidak mencari tahu sendiri?!" kataku marah lagi. Ron mempunyai cara untuk membuatku marah dengan sekejap, dan senang lagi, marah lagi, senang lagi.

"Karena kau terlihat cantik saat kau marah-marah," Ron berkata tanpa gugup.

"Apa?" aku bertanya, tidak percaya apa yang telah kudengar.

"Aku bilang, kau terlihat cantik saat marah-marah," kata Ron mengulangi perkataannya, Ron tersenyum puas saat dia melangkah untuk mendekat ke arahku.

Pernyataan Ron sungguh sangat tidak bisa dipercaya. Aku merasa bahwa angin bisa membawaku terbang dari tempat ini. Ron lebih mendekat ke arahku, aku melangkah mundur, tidak yakin akan pernyataan itu membimbingnya.

"Wajahmu terlihat memerah, dan kau menarik nafas dengan cepat karena berteriak...dan kau mempunyai api ini dimatamu. Api yang sangat aku suka lihat...seperti ada hal yang sangat bisa membuatmu bergairah tentang sesuatu. Itulah salah satu kenapa aku sangat menyukai pertengkaran kita."

Ron tetap berjalan mendekatiku, dan aku terus melangkah mundur sampai aku merasa bahwa ada dinding di punggungku. Aku merasa seperti Rusa yang sedang tertangkap di lampu sorot, kalau orang bilang. Baru beberapa saat lalu aku dan Ron bertengkar, tetapi lihat sekarang...hal yang membuat diriku tidak siap. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

"Itulah kenapa aku cemburu saat berpikir bahwa ada orang lain yang memilikimu kecuali aku." kata Ron menyelesaikan pernyataannya.

"Apa...Apa maksudmu?" Aku bisa mendengar suaraku terdengar gugup. Dan aku tidak percaya aku bisa mengeluarkan suara seperti itu. Itu bukan seperti diriku yang sekarang berusia tujuh belas tahun, Hermione Granger yang sekarang menjadi Ketua Murid, Hermione Granger yang sudah menggulingkan Voldemort bersama teman-teman yang lain. Tidak, ini bukan aku. Aku seperti seseorang yang pertama kalinya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku kehilangan kendali.

"Maksudku bahwa aku menyukaimu, Hermione. Maksudku, sungguh menyukaimu. Kaulah seseorang yang kupikirkan bertahun-tahun ini. Seseorang yang kuimpikan."

Dan kemudian bibir Ron turun ke bibirku dalam ciuman yang panas dan penuh bergairah yang mebuat isi perutku jungkir balik. Butuh waktu beberapa saat ketika aku membalas ciuman Ron, aku membuka mulutku membiarkan bibir Ron menyentuh bibirku lebih dalam, dan akupun membalas mencium Ron dengan bergairah. Ini lebih indah dari semua mimpiku dan hal apapun.

Beep...beep...beep

Aku membuka mataku dan mematikan bunyi jam bekerku. Aku menggeliat beberapa saat dan berpikir dimana aku, aku pun terduduk bangun di ranjang, sendiran, di kamar pribadiku.

Aku kembali menjatuhkan tubuhku di ranjang. Terkadang aku benci pagi hari.

-RWHG-

Hari ini hari Sabtu, tidak begitu banyak orang yang berada di Aula Besar saat aku turun untuk sarapan, yang membuatku sedikit senang.

Setelah selesai sarapan aku pergi ke kastil atas menuju perpustakaan, berpura-pura untuk belajar, aku mengakuinya, karena memang aku hanya ingin bersembunyi disini. Aku merasa aku tidak ingin bertemu dengan Ron saat ini, atau siapapun. Mimpiku semalam membuatku menyimpulkan sesuatu. Mimpiku yang bertengkar dengan Ron terlihat sangat nyata...sangat seperti saat aku dan Ron bertengkar sebelum aku pergi tidur, tetapi mimpi itu berakhir dengan jalan yang berbeda.

Di hari Sabtu ini, aku tidak harus mengkhawatirkan kalau ada yang menggangguku sampai sore nanti. Karena Ron dan Harry sedang latihan Quidditch sampai sore nanti.

"Jadi disini kau bersembunyi."

"Siapa bilang aku bersembunyi?" jawabku kesal.

"Yah, karena dari tadi aku tidak melihatmu, jadi kusimpulkan begitu." kata Harry menjawab.

"Tetapi itu tidak—" aku memulai tetapi Harry memotong pembicaraanku.

"Dan, kau dan Ron mempunyai perdebatan yang lain semalam."

"Bukannya kau latihan Quidditch?"

"Aku selesai cepat. Dan bisakah tidak mengubah pembicaraan. Percobaan yang bagus, tapi. Jadi, apa yang terjadi dengan kalian berdua?"

"Aku yakin Ron sudah memberitahumu."

"Saat Ron menceritakan tentang pertengkaran kalian dia tidak akan menceritakan bagian yang menjadi salahnya, yang mungkin gara-gara itu kalian bertengkar. Ron hanya bilang padaku bahwa dia tidak diperbolehkan olehmu untuk mengurusi urusanmu."

Aku tertawa. "Ron tahu, entah dari mana, bahwa Justin mengajakku kencan dan Ron ingin tahu apa jawabanku. Dan aku memberitahunya untuk tidak mengurusi urusan pribadiku."

Harry mendesah. "Apa itu sangat susah kalau kau hanya memberitahunya bahwa kau menolak ajakan Justin?"

"Tidak, tetapi itu bukan masalahnya. Yang dipermasalahkan adalah, itu bukan urusan Ron."

"Kau tahu kenapa Ron melakukan itu. Dia hanya—"

"Ya, aku tahu," aku memotong pembicaraan Harry. Aku sudah mendengar hal itu beberapa kali sebelumnya...dan Harry berusaha untuk bisa mendamaikan aku dan Ron. "Aku tahu Ron hanya cemburu. Aku tahu itu, dan kau tahu itu. Tetapi sampai Ron tahu itu, aku tidak akan memberinya masalah lagi. Ini hidupku dan urusanku, kecuali kalau Ron menyadari perasaannya padaku yang lebih dari sahabat. Ini bukan urusannya."

"Dengarkan hatimu!" kata Harry putus asa. "Kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu pada Ron?"

"Karena Ron mungkin akan menertawakanku, di depan muka!"

"Tidak, Ron tidak akan seperti itu." kata Harry tenang.

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya, Harry? Ron bahkan tidak pernah menunjukan bahwa dia menyukaiku lebih dari seorang sahabat, dia hanya mengamuk dan marah-marah karena cemburu. Dia masih sering mengejekku, dia masih sering bertengkar denganku, dan dia masih sering sekali membuatku jengkel untuk kesenangan. Dia hanya...dia tidak siap untuk mengetahui perasaanku padanya."

"Mungkin Ron tidak siap, tetapi itu akan membuat dirinya siap. Itu membuat Ron berpikir, membuat Ron sadar. Dia tidak akan tertawa...dia mungkin hanya tidak bisa berkata apa-apa. Tetapi kau dan Ron tetap seperti ini saja selamanya jika kau tidak mengatakan sesuatu."

"Tidak, Harry, aku tidak akan mengatakannya." Aku berkata tegas, sehingga Harry tahu bahwa aku serius.

Harry mendesah, sepertinya dia menyerah, setidaknya untuk sekarang. "Aku hanya ingin tahu bahwa kau baik-baik saja. Ron bilang kau pergi begitu saja dipertengahan pertengkaran kalian, sesuatu yang tidak biasanya kau lakukan. Dan Ron pikir.. itu sedikit aneh."

"Jadi kau datang kesini, karena Ron mengkhawatirkanku, huh?" kataku jutek. "Kenapa tidak Ron saja yang datang kesini sendiri?"

"Karena Ron mengira bahwa kau tidak ingin melihatnya, apalagi saat kau tidak kelihatan sejak pagi."

Aku merasa bersalah. Aku sadar apa yang Ron pikirkan saat ini, pasti dia berpikir bahwa aku membencinya sekarang karene semalam aku pergi meninggalkannya begitu saja.

"Aku hanya lelah dengan semua itu," aku berkata dengan suara yang memberitahu apa yang kurasakan. "Kami sering bertengkar, tetapi terkadang ada pertengkaran yang tidak bisa kutahan."

Harry mengalungkan satu lengannya di bahuku, saat itu aku sadar bahwa aku mengeluarkan air mata. Aku menangis cukup lama yang tidak kukira sebelumnya. Aku berhenti menangis dan mengahapus air mataku, Harry sudah melepaskan rangkulannya, aku terisak dan saat itu aku sadar bahwa ada seseorang yang berada disini.

"Hermione apa kau baik-baik saja?" tanya Ron ragu-ragu, dia melangkah maju sedikit, mungkin Ron takut akan mendengar amarahku. Aku tidak melihat amarah atau kecemburuan di matanya, hanya ada kekhawatiran. Harry adalah orang kepercayaan Ron, jadi Ron tidak membuat masalah dengannya.

"Aku baik-baik saja," aku menjawab saat menghapus beberapa air mataku, panik. Aku tidak mau Ron melihatku menangis! "Hanya sedikit kehilangan kendali."

Ron tidak terlihat curiga, dan bahkan dia tidak menayakan hal itu juga. "Maafkan aku telah ikut campur urusanmu tentang Justin. Kau benar, itu bukan urusanku."

Aku tersenyum, tidak tahu tetapi aku yakin bahwa Harry memberitahu Ron untuk berkata seperti itu padaku. "Jadi siapa yang memberitahumu bahwa aku menolak ajakan Justin?" aku bertanya mengetahui sesuatu. Ron tidak akan menyerah mencari tahu sampai dia tahu jawabannya.

"Harry," kata Ron dan memberiku senyumannya yang manis itu. Aku merasa kupu-kupu berterbangan di dalam perutku.

Aku mendelik ke Harry, yah walaupun dengan rasa kesal setengah hati.

"Hey, jangan melihatku seperti itu." kata Harry, "Ron menyakannya sebelum aku tahu bahwa kalian bertengkar mengenai itu."

"Jangan bilang bahwa kau tidak mendengar kami," kataku galak. Aku benci untuk mengakuinya, tetapi aku tahu betul bahwa pertengkaran antara aku dan Ron bisa terdengar di menara Gryffindor.

"Ya, aku mendengar kalian bertengkar. Tetapi itu tidak berarti aku tahu apa yang sedang kalian pertengkarkan. Aku tidak mau mendengarnya lagi." kata Harry.

Ini merubah segalanya, yang membuatku bisa tertawa. Dan itu rasanya nyaman..seperti tidak ada beban dengan segala sesuatu. Aku mendongak ke Ron, dia megulurkan satu tangannya untukku jabat. "Berteman?" kata Ron tersenyum.

"Berteman." Aku menjawab dan menjabat tangannya. Aku berharap memeluk Ron bisa kulakukan dengan mudah seperti memeluk Harry, tetapi tidak bisa, memeluk Ron membuat aku merasakan kecanggungan dan kegugupan.

Tetapi saat itu nampaknya bahwa Ron sudah menarikku ke dalam pelukannya, aku tersentak kaget. Ron memelukku erat-erat di dalam pelukannya, dan yang kupikirkan adalah bagaimana hangatnya berada di pelukan Ron, kedua lengan Ron memeluk tubuhku erat, aku bisa merasakan hangat desahan nafas Ron di keningku.

"Aku minta maaf tentang semalam," Ron bergumam kepadaku.

"Aku tahu," aku berbisik.

"Dan aku tidak tahu kenapa kau menangis tadi, tapi kau tahu, kau bisa datang padaku tentang apapun, oke? Kalau kau ingin bercerita atau apapun."

"Ya, aku tahu." Kataku, aku berpikir itu tidak benar. Aku tidak bisa datang pada Ron dan menceritakan segalanya...aku hanya tidak bisa.

"Bagus. Karena aku benci saat melihatmu menangis." Aku mengigit bibir bawahku berusaha untuk tidak membiarkan gelombang air mata jatuh dipipiku. Hal-hal seperti inilah.. hal-hal seperti inilah yang membuatku bahagia. Tetapi membuat aku merasakan kepedihan di hati yang paling dalam...keduanya berada di jenjang yang sama.

-RWHG-

Dan setelah itu banyak hal yang terjadi, seperti hal yang biasanya terjadi. Ron dan aku bertengkar, berteman...lalu kami bertengkar dan berteman lagi. Dan yang aku tahu, bahkan aku dan Ron tidak berbicara satu sama lain beberapa hari, lalu...kami berteman lagi.

Itu normal. Itu rutinitas kami yang aku sukai. Itu hal yang seolah membuat aku dan Ron bergantung satu sama lain. Kau tahu bahwa dengan retunitas itu kau tidak akan kaget apa yang akan terjadi nantinya. Tetapi lalu, aku dan Ron akan baik-baik saja, selalu seperti itu. Tetapi kurasa seseorang harus berubah...


AN: Tolong beri aku review, kalian suka atau engga sama cerita terjemahan ini.. kalau kalian suka aku akan publish chapter selanjutnya. Jika ada dari kalian yang ngga suka dengan cerita ini, bisa komen di review dan kasih tau aku alasannya kenapa.. terima kasih.. RWHG..