DENIAL

-Bagian pertama-

Gintama And all the character belong to ©Hideaki Sorachi

This Fanfiction belong to me

WARNING

Typo, sangat OOC, AU

RnR ~


Tak seperti biasanya, orang bodoh yang selalu mengajakku berkelahi ini berbiacara empat mata denganku secara baik-baik. Tak ada pukulan, tak ada makian. Sulit dipercaya. Dia menyeretku begitu saja ke tempat ini saat bertemu denganku di jalan. Sebuah gang sempit yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kukira ia ingin menyerah dan mengakui kalau aku lebih hebat darinya, tapi nyatanya ia membicarakan hal lain.

"Para pemberontak sialan itu membangun markas dan pasukannya besar-besaran. Shinsengumi sudah mengetahui lokasinya dan akan menyerang besok malam."

Aku berpikir keras untuk membaca maksud dari ceritanya itu. Bocah ini tidak pernah menceritakan apapaun terkait Shinsengumi padaku sebelumnya. Tapi sekarang ia tiba-tiba menceritakannya padaku.

Ia juga terlalu tenang, ini menggangguku.

"Kau mau minta bantuan pada Yorozuya? Harusnya kau bicara dengan Gin-chan-aru, aku tak sudi menolongmu sendirian. Bukan karena aku lemah atau apa." Jawabku.

Alih – alih merespon jawabanku, ia tetap melanjutkan ceritanya.

"Penyerangan ini akan jadi penyerangan besar-besaran."

"Itu kan urusanmu-aru." Aku menjawabnya ketus sebari menampangkan ekspresi paling masam yang aku bisa. Berusaha menunjukkan bahwa aku tidak peduli tentang penyerangan atau apalah itu.

Dia menghempaskan nafasnya dengan kasar.

"Kau membuatku gila" katanya.

Diam sejenak kemudian ia melanjutkan.

"Setengah pasukan divisiku mati di tugas sebelumnya. Hanya beberapa yang selamat. Kami memata-matai mereka tapi entah bagaimana kami ketahuan"

Ia melepaskan fokusnya dari mataku dan memandang tanah di bawah kakinya.

Ada yang salah. Si bodoh ini takut. Wajah bodohnya tak memperlihatkan itu, tapi matanya menjelaskan semuanya.

"Di penyerangan ini, akan lebih banyak pasukan yang mati. Terdengar bodoh dan memang bukan urusanmu juga, tapi setidaknya kau perlu tahu kalau aku mungkin juga tidak akan selama-..."

"Orang sepertimu tidak akan mati. Sougo Okita tidak selemah itu." Aku menginterupsinya. Muak dengan aura negatif yang melayang-layang di sekitarnya seperti hantu. "Kau berhadapan dengan kematian lebih banyak dibanding aku, tapi sampai sekarang kau hidup. anego bilang orang bodoh berumur lebih panjang-aru"

Ia terkekeh kecil, "Kau benar."

"Hancurkan mereka dan kembalilah." Kataku, "Shinsengumi tidak selemah itu –aru, percaya pada mereka dan lakukan saja bagianmu. Mati atau tidaknya bukan keputusanmu."

Merasa percakapan ini selesai, Aku berbalik memunggungi si bodoh dan hendak pergi ketika,

"Kagura."

Dia menyebut namaku dengan jelas. Darahku berdesir hebat.

"Kau percaya padaku?" ia bertanya.

"Iya." Jawabku tanpa basa-basi.

Tanpa kusadari jarak tubuhnya dengan punggungku hanya beberapa senti. Aku dapat merasakan nafasnya di tengkukku.

Sejak kapan ia mendekatiku.

Hangat. Tidak dapat dijelaskan kata-kata.

Perasaan aneh ini menggerayangiku di saat yang tidak tepat, dan kali ini akulah yang takut.

"Aku akan kembali"

Rangkaian kata yang diucapkannya itu memompa jantungku lebih cepat dari biasanya hingga aku merasa sesak.

Lelaki ini selalu berseteru denganku. Aku selalu mengutuknya supaya mati muda. Tapi kematiannya itu sendiri kali ini tidak dapat kubayangkan.

Kata-katanya itu membuatku sedikit lega. Tidak memberikan kepastian tapi dapat memberikanku harapan.

Padahal aku sendirilah yang bilang kalau dia pasti selamat, tapi mengapa sekarang aku meragukan kata-kataku sendiri?

Aku terdiam. Membeku tanpa reaksi apa-apa..

Satu saja kata keluar dari mulutku, maka image tak acuh yang aku bangun dari awal pembicaraan tadi akan hancur.

Lebih baik mati dari pada membiarkannya mengetahui kalau aku mengkhawatirkannya.

.

.

"Saat aku kembali, aku akan melamarmu"

.

.

Seketika hening.

Angin berhembus begitu kencang. Rasanya jiwaku dalam sekejap hilang, terbang tertiup angin.

.

.

Mengapa dia mengatakan itu?

Memangnya aku mau menikah di umurku yang muda ini?

Mengapa dia tidak mengajakku berkelahi saja?

.

.

Tapi anehnya aku tidak mengelak. Bibirku bergetar seraya kata-kataku tercekat di tenggorokan. Seluruh bagian diriku membeku dalam sekejap.

Tak tahu aku harus merasakan apa.

Lelaki ini, benar-benar telah merenggut rasionalitasku.

Sampai tangannya menggenggam pundakku. Memutarkan posisi tubuhku dengan cepat.

Detik kemudian, bibir kami bertemu.

Nafasnya, bibirnya, apakah selalu sehangat ini?

Waktu berhenti. Nafasku berhenti.

Aku tak mengelak. Lelaki ini menjelajahi rongga mulutku dengan lidahnya. Lama sebelum akhirnya ia menyudahinya.

Ketika mata kami bertemu, aku menatap matanya lekat. Tak perlu dikatakan, seakan –akan kami berdua tahu pikiran masing-masing.

"Kau harus menungguku." Vibrasi suaranya kacau. Nafasnya berburu. Ia tak bisa menyampaikan apa yang harusnya ia sampaikan.

Aku akan menunggunya. Bahkan seumur hidupku sekalipun. Lelaki di hadapanku ini bukan lagi sekedar bocah yang selalu mengajakku berkelahi. Kali ini berbeda.

Kali ini, tanpa seizinku ia menguasai hatiku. Ia benar-benar mengalahkanku.

Dan aku benci fakta kalau aku kalah.

Benar apa yang dikatakan anego, perasaan seorang perempuanlah yang membuatnya lemah. Dan aku tetaplah seorang perempuan. Setelah sekian lama aku tak pernah merasakan apapun spesial tentang laki-laki. Kali ini aku benar-benar merasakannya.

"Temani aku malam ini." ia menggapai tanganku.

Aku mengiyakan begitu saja.

Sungguh. Aku sudah kehilangan rasionalitasku.


A/N : Yap, saya bangkit dari hiatus yang sangat lama :') rasanya kangen untuk nulis FF lagi. FF kali ini masih tentang pairing OKIKAGU kesukaan saya 3 mereka imut banget deh sumpah, gak pernah kehabisan ide buat bikin FF tentang pairing ini hehe...

Faktanya tadinya saya mau buat genre komedi, tapi ternyata jadinya genre seperti ini huehue.. Ada sedikit bumbu Rate M nya mungkin biar safe aja. Tapi gak blak-blak kan koq haha. Yap, Sougo dan Kagura di sini OOC banget deh. alurnya juga sedikit GAJE . Maafkan :')

Once again terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca FF ini mind to Review? :)

Have a Nice Day ~