Warn: OOC , Fem!Yuuri , Fem!Yurio, OC, typo(s).

.

.

.

.


Di sebuah ruang keluarga yang dihuni oleh 4 orang manusia kini suasananya sangat tenang. Sang ibu yang sedang mengelus kepala anak sulungnya ini tiba tiba kaget tatkala anaknya kini menggenggam tangannya. Tatapan matanya yang polos membuatnya gemas.

"Ada apa sayang?"

"Mama, ramadhan itu apa?" Tanyanya sambil meminum susunya di meja.

"Ramadhan itu bulan panduan untuk umat manusia , juga tanda yang jelas untuk bimbingan dan penilaian antara benar dan salah. Selanjutnya ,jika salah seorang dari mereka mencapai bulan itu,maka ia harus berpuasa." Jelas kepala keluarga, Viktor Nikiforov.

Ia terlihat sedang meminum teh hangatnya dengan khitmat sambil membaca buku tebal yang Nikiforov kecil tak tahu apa namanya.

.

.

.

Sebelum kita ulas lebih lanjut (?) alangkah baiknya kita berkenalan dengan keluarga Nikiforov.

Yang pertama, tentunya sang kepala keluarga. Viktor Nikiforov.

Merupakan pemuda berambut kelabu dengan sepasang mata biru tosca. Umurnya cukup muda, 28 tahun. Memiliki paras yang tampan serta tatapan mata yang mempesona. Tak cuma paras, fisiknya juga mendukung. Namun jangan tertipu, walaupun paras dan fisik oke, seorang Viktor Nikiforov punya sifat yang diam diam menghanyutkan, dan terkadang menyebalkan –menurut Yuri Plisetsky-

Yang kedua, nyonya besar Nikiforov. Yuuri Nikiforov.

Siapa yang tidak kenal Yuuri Nikiforov? Wanita berambut panjang nan kalem ini memang idaman sekali! Sebelum bermarga Nikiforov, dulunya Yuuri memiliki marga Katsuki. Selain terkenal akan kekalemannya, Yuuri juga terkenal sebagai putri dari pemilik onsen di Hasetsu. Setelah pernikahannya dengan Viktor, mereka pun dikaruniahi dua anak yang unyu unyu.

Ketiga. Si sulung, Vitsu Nikiforov.

'salinan sempurna' dari Viktor Nikiforov, begitu kata orang orang. Memang ada benarnya, Vitsu memiliki rambut, dan mata seperti sang ayah. Bahkan sifat mereka juga sama yaitu suka bermanja manja dengan Yuuri. Vitsu berusia 9 tahun, saat ini duduk di kelas 3 SD. Sama seperti anak kecil lainnya, Vitsu sendiri tidak suka disama-samakan dengan ayahnya, bila ia disamakan dengannya, Vitsu akan marah dan menggembungkan pipinya. 'Jelas gantengan aku dari pada Papa' begitu pikirnya.

Terakhir. Si bungsu, Yuki Nikiforov.

Yuki berarti salju dalam bahasa jepang. Tidak sekedar nama, Yuki Nikiforov memang seperti 'Yuki' yang turun pada musim dingin. Rambutnya kelabu terang sepinggang dengan mata coklat serta kulit yang putih. Parasnya ayu dan memiliki lesung pipi apabila sedang tersenyum. Wow, perfect bukan? Tapi jangan harap bisa mendekatinya karena sang kakak sangat protektif padanya. Usianya enam tahun dan baru kelas 1 SD.

Saat ini sedang memasuki bulan Ramadhan, dan suasana puasa di keluarga ini pun dimulai.

.


Ramadhan Tiba!

.

Yuuri! On Ice milik studio Mappa

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dan bermaksud untuk menyinggung siapapun dalam cerita ini

.

Summary: Bulan Suci telah datang! Bagaimanakah kisah keluarga Nikiforov yang menjalani setiap cobaan di bulan suci tersebut?


.

Chapter 1 : Laper

Pukul 3 pagi merupakan masa enak enaknya tidur, begitu pikir Vitsu Nikiforov. Namun, semua itu berubah saat sahur menyerang.

Flashback

Pagi itu suasana mulanya tenang karena semua orang telah terlelap.

"Viktor, bangun. Ayo kita sahur." Bisik Yuuri membangunkan sang suami.

Merasa terganggu, Viktor membuka matanya, ia lalu menguap dan mengucek matanya khas orang bangun tidur.

"Puasanya hari ini?"

"Iya sayang. Bangun ya. Aku mau ke kamar, membangunkan anak anak" Ucap Yuuri yang kemudian menghilang dibalik pintu.

.

Yuuri membuka pintu kamar anaknya. Terlihat Vitsu dan Yuki tidur di ranjang yang berbeda. Perlahan, Yuuri pun berjalan ke arah ranjang Vitsu terlebih dulu,

"Vitsu-kun, bangun." Bisik Yuuri di telinga sang anak.

"Ugh? Iya mama"

Mata anak itu perlahan terbuka, ia lantas menguap dan menggosok gosok matanya , persis seperti kebiasaan sang ayah. Yuuri lalu menyingkirkan selimut untuk memudahkan sang anak turun dari ranjang.

"Vitsu-kun cuci muka dulu ya, biar tidak mengantuk lagi."

"..."

Perintah Yuuri dijawab anggukan oleh sang anak. Dengan langkah agak sempoyongan ia pergi kekamar mandi , setelah itu ke meja makan, bergabung dengan ayahnya.

Sekarang Yuuri beralih ke ranjang Yuki.

"Yuuki-chan, bangun" bisiknya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan.

"Aku udah bangun kok ma"

"Hm? Lalu kenapa tidak ikut kakak cuci muka lalu ikut sahur? Besok kita sudah puasa sayang."

"Mama, Yuki kan masih kecil, kenapa harus puasa?" Yuuki bertanya sambil memeluk erat boneka beruangnya.

"Iya mama tau, tapi Yuki-chan harus belajar puasa ya. Anak mama kan pintar" Bujuk Yuuri

"Tapi ma, laper"

"Yasudah, kalau begitu. Puasa setengah hari saja ya? Ayo mama gendong biar cepat sampai."

Setelah itu, duo 'Yu' ini segera ketempat makan untuk sahur.

End Flashback

Di depan Vitsu telah terpampang berbagai macam makanan. Ada Katsudon *anggep aja disini dagingnya dari ayam ya guys*, telur orak arik, sayur, sup tahu dan teh hangat manis.

Sahur pun terlaksana walaupun tadi sempat ada adu mulut diantara Vitsu dan Viktor yang berebut Katsudon yang diberikan Yuuri karena ia tak habis memakannya. Dan Yuki yang meminta disuapin oleh sang mama. Setelah itu, mereka membaca niat untuk puasa besok. Imsak telah berkumandang, menandakan mereka harus siap untuk menjalani puasa hari ini.

.

.

.

.

.

Vitsu menelan ludahnya dengan susah payah. Ini baru jam 10 pagi, tapi kenapa tenggorokannya kering sekali. Kakinya melangkahkannya menuju ruang makan, ia melihat susu di botol yang biasa diantarkan oleh tukang susu di pagi hari. Susu tersebut seolah olah berbicara padanya.

'Vitsu-kun~ ayo minum aku'

'Aku segar lho~'

'mumpung mama dan papamu tidak ada'

'apalagi panas begini, pasti segar~'

'Vitsu-kun'

'Vitsu-kun'

.

.

Takut tergoda,Vitsu memutuskan untuk pergi keluar rumah. Dijalan, ia melihat banyak anak bermain petak umpet. Merasa tertarik ia pun ikut bergabung. Tapi sepertinya keputusannya salah. Ia malah bertambah haus, dan lapar juga ikut ikutan menyerang. Dengan langkah seperti tentara habis perang, Vitsu kembali kerumah.

"What? Baru jam 12.10 siang? Lamanya~" Keluh Vitsu sambil mengelus perutnya.

Yuuri yang kebetulan lewat menghampiri anaknya, ia menepuk pundak Vitsu.

"Vitsu-kun habis dari mana? Kok keringetan begitu?"

"Vitsu habis main ma, hehehe" kekeh Vitsu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Yuuri lalu tersenyum,

"Vitsu-kun mandi ya? Supaya tidak gerah" Bujuk Yuuri

"Hm"

Yuuri lantas membantu melepaskan kaos sang anak. Begitu ia akan melepaskan celananya, sosok lain datang menghampirinya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Viktor.

Viktor yang masih memakai jas dan tas kerjanya itu segera menaruh tasnya dan mengecup kening Yuuri, ia dengan jahil juga mengacak acak rambut sang istri. Yang diacak acak lantas tidak terima dan memukul pelan bahu Viktor. Si pelaku 'acak acak' ini malahan terkekeh.

"Viktor sudah pulang? Kenapa tidak bilang?" Tanya Yuuri yang sudah merapikan rambutnya.

"Urusan di kantor sedikit. Jadi aku pulang saja, lagipula aku ingin puasa bersama istri dan juga anak anakku-" mata Viktor kemudian melirik Vitsu.

"Hei jagoan," ia mensejajarkan tubuhnya dengan Vitsu, "Masih kuat puasanya?"

Ditanya begitu, tentu saja Vitsu langsung sewot, "Kuat dong."

Mata Viktor lalu menatap Yuuri, "Lalu kenapa baju Vitsu dicopot? Mau mandi?"

"Iya, Viktor juga mau mandi? Pasti capek habis dari kantor"

"Ya sudah deh, sekalian." Ucapnya sambil menyopot dasi dan jasnya juga kemeja yang ia kenakan. Entah sejak kapan Vitsu sudah mencopot semua pakaiannya dan hanya mengenakan handuk itu berlari kecil kekamar mandi,

"Ayo pa. Cepetan"

Viktor lalu membasuh mukanya dengan air hangat dari shower, Vitsu yang melihatnya membatin,

'kapan aku punya tubuh kayak papa? Bikin iri saja'

.

.

.

.

.

.

"Kak, jangan lihat aku ya"

Vitsu yang sedang tiduran di ranjangnya ini menaikkan alisnya. Ia membalikan badannya untuk melihat Yuki. Benar saja, Yuuri sedang menikmati makanannya, berhubung sudah siang.

Glupt

Vitsu menelan ludahnya, sejujurnya dia kepengen makan, tapi dia gengsi kalau papanya tahu. Terjadilah perang batin antara malaikat baik dan iblis di pikiran Vitsu.

"Makan aja, gak papa, kamu kan tahun lalu juga puasa setengah hari" bujuk iblis (?)

"Jangan Vitsu-kun, kamu kan sudah berjanji tahun ini mau puasa penuh." Larang malaikat. (?)

"Tapi mama mu gak larang kamu makan kan? Ayo, makan aja"

"Jangan Vitsu-kun, kamu kan anak baik"

Yuki yang sedang makan ini terhenti tatkala melihat sang kakak. Ia melihat kakaknya menutup kedua telinganya sambil memeluk guling. Yuki heran dan bertanya tanya dalam hati.

'kakak kenapa?'

.

Vitsu merasa pipinya memerah dan matanya perih, segera saja ia turun dari ranjang dan menuju kamar Yuuri.

"Dudidudidu" Terlihat Yuuri sedang sedikit bersenandung sambil merapikan kamar. Tanpa babibu Vitsu membuka pintu lalu memeluk Yuuri erat.

"Ow" Merasa berat diarea kakinya, Yuuri melihat kebawah dan menemukan anaknya sedang memeluk dirinya. Ia lalu menyingkirkan poninya ke samping, setelah itu dengan lembut melepaskan pelukan sang anak dan berjongkok. Tangannya ganti memeluk sang anak.

"Hiks.. Hiks"

Eh? Vitsu menangis?

"Vitsu-kun?"

"Mama," Vitsu menghadap wajah mama nya, terlihat air mata yang menuruni pipi chuuby nya. Mata hijau toscanya terlihat berkaca-kaca dan sedikit memerah karena efek menangis.

"Eh? Kenapa sayang?" Yuuri mengusap air mata anaknya dengan tangan. Sedangkan tangannya yang lain mengusap punggung Vitsu.

"Vitsu a..r..."

"Hm?" Yuuri tak mendengar kata terakhir Vitsu.

"Vitsu... lapar ma." Setelah kata terakhir diucapkan, Vitsu kembali menangis, bahkan lebih keras. Membuat Viktor yang mendengarnya dari kamar mandi *dari tadi ke kamar mandi mulu sih mas* ini segera keluar dan menemukan anaknya sedang menangis. Matanya seolah bertanya pada Yuuri apa yang terjadi dan dijawab

"Lapar" kata Yuuri tanpa suara.

Viktor tersenyum, ia mengangkat anak sulung kesayangannya menuju ranjang. Vitsu masih terisak isak.

"Ushh." Viktor memeluk anak itu dan menenangkannya sambil mengusap usap punggungnya.

"Vitsu tahu? Katanya kalau ada orang yang menangis pas puasa itu pahalanya berkurang loh."

Vitsu yang mendengarnya mendorong Viktor untuk melepaskan pelukannya. Dengan kasar ia mengusap air matanya dengan lengan baju, ia berusaha menghentikan tangisannya walaupun sesekali suara isakannya masih terdengar.

"Vitsu mau dengar ceritanya papa?"

"..." Vitsu mengangguk.

Viktor pun mulai bercerita,

"Seorang lelaki tua terbaring lemah di sebuah rumah sakit. Seorang pemuda datang menengoknya setiap hari dan menghabiskan waktu berjam-jam bersama lelaki tua itu. Pemuda itu menyuapinya, membersihkan badannya, dan membimbingnya berjalan-jalan di taman, lalu membantunya kembali berbaring. Pemuda itu baru pergi setelah merasa bila lelaki tua itu sudah bisa ditinggal."

Viktor tersenyum melihat sang anak sudah benar benar berhenti menangis, ia melirik jam di ruangan itu. 'pukul 3 sore' pikirnya. Viktor lalu melanjutkan ceritanya,

"Suatu ketika perawat yang datang memberi obat dan memeriksa kondisi orang tua itu berkata, "Bapak punya anak yang berbakti. Setiap hari ia datang untuk mengurus Bapak. Sungguh beruntung ya, Pak."

Viktor menarik nafas sejenak, lalu melanjutkannya lagi.

"Lelaki tua itu memandang perawat itu sejenak, lalu memejamkan kedua matanya. Dengan nada sedih, lelaki tua itu berkata, "Saya berangan-angan, seandainya ia adalah salah seorang anak saya. Ia adalah anak yatim yang tinggal di lingkungan tempat tinggal kami. Dulu sekali, saya melihatnya menangis setelah kematian ayahnya. Saya pun menghiburnya, dan membelikan permen untuknya. Setelah itu saya tidak pernah lagi berbincang dengannya."

Vitsu tertarik dengan cerita papa nya itu. Ia menatap papanya dengan fokus sambil memeluk ayahnya –lagi-

"Kemudian ketika ia tahu kalau saya dan istri hanya tinggal berdua saja, ia pun berkunjung setiap hari untuk memastikan kami baik-baik saja. Ketika kondisi fisik saya mulai menurun, ia mengajak saya dan istri saya tinggal di rumahnya, lalu secara rutin membawa saya ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kesehatan."

Tangan Viktor bergerak untuk mengusap usap rambut kelabu anaknya. Oh iya, kapan terakhir anaknya keramas? Sepertinya 2 hari yang lalu, tapi rambutnya masih lembut.

"Saya pun pernah bertanya padanya, 'Nak, mengapa engkau menyusahkan diri untuk mengurus kami?' Sambil tersenyum anak itu menjawab, 'Manisnya permen masih terasa di mulut saya, Pak. "

"Selesai." Ucap Viktor mengakhiri ceritanya.

"Hm?" Sang anak tidak mengerti.

"Sayang," Viktor berhenti terbicara sejenak, lalu ia meneruskannya.

"Orang yang baik hatinya pasti akan mendapatkan imbalan yang baik pula dari Sang Pencipta. Lakukan saja perbuatan baik dengan hati yang tulus dan ikhlas karena hukum Tuhan tidak pernah salah. Apa yang kita tanam pasti akan kembali kepada kita pula, bahkan akan berlipat ganda."

Pupil Vitsu melebar,

"Seperti Vitsu yang sedang puasa. Walaupun lapar, pasti nanti Vitsu akan mendapatkan balasan yang menyenangkan dari sang Pencipta. Toh kan puasa pasti berbuka bukan?"

"..." Vitsu mengangguk. Ia merasa bodoh sudah menangis dan merengek rengek karena ia melihat adiknya yang makan tadi.

"Sudah, tidak apa apa. Vitsu mau jalan jalan? Papa mau ambil kunci mobil dulu ya."

Viktor kemudian lenyap dari ranjang menuju lemari untuk mengambil kunci.

"Sayang, ayo ja- lan jalan" Perkataannya memelan ketika melihat sang anak tertidur diatas ranjangnya. Mungkin karena kelelahan menangis membuatnya tertidur seperti itu. Viktor tersenyum kecil lalu pergi keluar kamar.

"Viktor, mana Vitsu? Katan-" Ucapan Yuuri terputus ketika ia melihat jari telunjuk Viktor menyentuh bibirnya, menyuruhnya untuk diam.

"Dia kelelahan dan tertidur, siapa sangka bisa begitu?" Viktor tersenyum sendiri mengetahui kelakuan putranya itu.

"Aku tebak, kamu waktu kecil juga begitu" Tuduh Yuuri.

"Enak saja. Dari kecil aku sudah keren. Buktinya setelah aku dewasa kamu saja naksir sama aku" Sangkal Viktor.

"Pede sekali. Minggir, aku mau ke dapur."

Yuuri pergi menuju dapur dengan langkah dihentak hentakkan –kebiasaan Yuuri bila malu malu-. Hal itu juga membuat Viktor menahan tawanya. Padahal mereka sudah menikah, tapi tetap saja rasanya seperti pacaran.

.

.

.

.

Pukul lima lebih tiga puluh menit, keluarga Nikiforov telah berada di meja makan. Mereka menunggu waktu berbuka.

"Vitsu-kun tadi tidurnya nyenyak?" Tanya sang ibu.

"Mama, tolong kuncirin rambutnya Yuki. Tangan Yuki gak sampai." Pinta sang bungsu disambut anggukan sang ibu

"Iya ma, nyenyak kok"

Tiba tiba sang kepala keluarga menyahut.

"Oh iya, tadi siapa tuh yang merengek tadi siang~" Ujarnya jahil

Fix, jahilnya kumat.

"Aku tidak merengek!" sangkal Vitsu.

"Iya, tidak merengek tapi mena-"

"Mama! Papa jahat!" Adu Vitsu memeluk mamanya.

"Hahaha" Viktor tertawa dengan durasi lama karena kejahilannya berhasil membuat anaknya kesal.

Tanpa disadari , waktu berbuka telah tiba...

"Astaga. Ini sudah waktu berbuka."

"Waktunya makan!" seru Nikiforov bersaudara sambil menyendok nasi di piringnya.

"Eitt! Tunggu dulu !"

"Apa lagi ma?" tanya mereka.

"Berdoa dulu"

"Khukhukhu~" tahu kan siapa yang terkekeh nista ini? Yup, Viktor.

Viktor pun memimpin pembacaan doa berbuka dan doa sebelum makan. Kemudian diikuti oleh istri dan anak anaknya.

"MAKAN!" Teriak duo Nikiforov itu –lagi- , kali ini mereka berebut lauk yang ada di meja makan.

"Stopp! Tunggu !" Kali ini Viktor yang menghentikan.

"Apa lagi pa? Ganggu aja"

"Enggak, Cuma ngetes telinga aja. Hahaha."

"MAKAN!"

"Sayang, minum air dulu, baru makan." Yuuri sampai kewalahan.

Wajah mereka terlihat puas setelah selesai melaksanakan puasa di hari pertama. Yah, begitulah kisah Keluarga Nikiforov pada saat bulan Ramadhan. Dengan ikhlas, semuanya pasti akan terasa menyenangkan bukan?

.

.

.

.


Yoooo! Disini ane membawa fic pas puasa. Hehehe, pada demen gak? Kalau gak, yah ane delete aja deh. Hehehe XD

Ini enaknya di TBC in apa di END in aja? atau digantungin aja XD

Fix, pokoknya selamat menunaikan ibadah puasa ya guys! Semoga bisa full sampe 30 hari!

-Hiro Mineha