NEKO DESU KA?!
By Arin Tirta
Disclaimer : Naruto belongs Masashi Kishimoto
Genre : Romance, Fantasy(?)
Rate : T + (?)
Warning : typo(s) ,gaje, OOC, AU
Pernahkah kau terpesona pada kakak kelasmu?
Aku pernah...
Dia sangat tampan, bagaikan seorang pangeran dari negeri dongeng.
Chapter 1
SAKURA POV
"Hei Saki, lihat itu Sasuke-senpai!"
Aku yang tadinya hendak menaiki tangga menghentikan langkah kakiku sejenak. Manik emeraldku menatap Yamana Ino -sahabatku- yang berjingkrak heboh seraya menunjuk sebuah gerombolan. Sungguh, sikapnya itu seperti ibu-ibu yang mendapat uang arisan saja.
Jari telunjuk Ino mengarah pada segerombol siswa yang beranggotakan lima siswa yang sedang berbincang. Di sekitar mereka tampak beberapa siswi yang berusaha menarik perhatian. Ya itu wajar saja, karena sekelompok siswa itu adalah orang yang paling terkenal di sekolah kami.
Yang pertama Uchiha Sasuke, putra bungsu dari keluarga besar Uchiha. Mereka keluarga konglomerat. Sasuke-senpai sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA. Dia mantan wakil Ketua Osis. Karena ia memiliki dompet tembal, wajah tampan (yang menurutku sedikit cantik, pantas saja namanya SasUKE, mungkin dia berpotensi menjadi seorang UKE, hahaha), sifat cool dan tubuh atletis, menjadikan ia pria incaran nomor satu di sekolah ini. Berhubung statusnya juga masih jomblo.
Dan yang kedua ada Uzumaki Naruto. Putra tunggal dari walikota Konoha. Berdasarkan gosip yang beredar ia adalah seme-nya Sasuke-senpai. Jangan kecewa para fans Sasuke-senpai, itu masih menjadi gosip. Perlu digaris bawahi, masih. Siapa tahu mereka benar-benar akan menjadi sepasang kekasih,
Anehnya, Naruto-senpai memiliki banyak fans. Padahal sikapnya seperi bocah.
Setelah itu ada Sabaku Gaara, Sai dan Nara Shikamaru. Kenapa aku tidak menjelaskan tentang meteka bertiga? Aku hanya malas, hahaha.
Oke, turunkan tomat busuk yang kalian pegang. Aku bercanda. Tapi sungguh aku tidak berniat menjelaskan tentang mereka bertiga.
Kenapa?
Heem... mungkin itu karena aku hanya tertarik pada Sasuke-senpai. Kalau Naruto-senpai itu hanya sebagai pelengkap saja.
Jika kalian berpikir aku tertarik pada Sasuke-senpai karena ingin memangsanya seperti beberapa siswi lain itu salah besar. Aku hanya kagum padanya. Dia memiliki kharisma yang berbeda. Lagipula aku juga sudah memiliki kekasih yang amaaaat tampaaan di kota seberang.
Tapi tetap saja aku termasuk dari salah satu fans Sasuke-senpai, muehehehe.
Hm? Aku siapa?
Aku hanya seorang model terkenal yang memiliki lekuk tubuh seperti gitar spanyol. Rambut sehalus sutra dan manik mata seindah batu emerald.
Oke, aku bohong. Jangan muntah. Tapi setidaknya mataku memang seindah batu emertald.
Aku hanya siswi biasa, bernama Haruno Sakura. Siswi kelas 2 SMA dengan prestasi yang kurang membanggakan. Rambutku sama warnanya seperti gulali kusut yang dijual saat festival. Sehingga banyak anak kecil yang sering asal nyosor menggigit kepalaku. Beberapa orang mengatakan aku ini cantik. Kali ini aku tidak bohong. Suer deh.
Singkat kata, aku sama sekali tidak spesial seperti Sasuke-senpai.
oOOOOOOOOOOOoooooooOOOOOOOOOOOooooooOOOOOOo
Bel tanda pelajaran telah usai berdentang keras. Sorak-sorai kebahagian membahana dalam seisi gedung sekolah. Bahkan teman sekelasku ada yang menari tor-tor sebagai ungkapan suka citanya.
Gaje.
"Nee Saki, apa kau mau ikut kami karaoke? Pasti kalau kau ikut akan semakin seru!" Seru Ino semangat. Di belakangnya berdiri seorang perempuan cantik primadona sekolah, Hyuuga Hinata dan gadis bercepol dua, Tenten.
"Iya Sakura-chan, sekali-kali ikutlah bermain bersama kami." Hinata ikut menimpali ucapan Ino yang disahuti dengan anggukan setuju oleh Ino dan Tenten.
"Aaaah... gomen." Kulirik jam tangan merah yang melingkar di tanganku. "Sepertinya hari ini aku tidak sempat. Lagi. Aku harus segera mengambil cucian di laundry." Senyuman tipis terulas di bibirku.
Mereka bertiga tampak mendesah kecewa. Selama ini aku memang selalu menolak ajakan bermain dari mereka. Mau bagaimana lagi, aku sibuk. Hidup seorang diri sebagai yatim piatu itu sedikit menyusahakan dan menyita sebagian besar waktuku.
"Haaah... baiklah. Tapi lain kali kau harus ikut ya!"
Aku mengangguk dan melambaikan tanganku pada Ino dan yang lainnya. Mereka bertiga akhirnya meninggalkanku di kelas seorang diri. Kuhela napas berat.
Aku tidak ingin pulang.
Jika pulang aku harus segera mengambil cucian, membersihkan rumah, dan bekerja paruh waktu. Jujur saja sekolah jauh lebih santai dibanding kegiatanku sehari-hari. Hanya anak manja yang mengatakan sekolah itu melelahkan.
Dan lagi, aku hanya seorang diri di rumah besar yang kosong dan sepi. Terkadang aku merasa rumahku cocok jika kusewakan sebagai sarana rumah hantu.
Sekali lagi aku menghela napas. Meskipun warisan dari mendiang kedua orang tuaku masih SANGAT banyak aku tetap harus bekerja. Tidak boleh kuhambur-hamburkan karena perjalanan hidupku masih panjang. Aku ingin kuliah dan itu pasti membutuhkan biaya yang sangat besar.
Banyak yang bilang aku ini pelit. Padahal aku hanya irit.
SRAK!
"HIIIII!" Aku melompat kaget dari bangkuku karena mendengar suara aneh. Suara apa itu?
Kutolehkan kepalaku ke jendela kelas. Sasuke-senpai? Kenapa dia berjalan mengendap-endap begitu? Tumben sekali tidak ada perempuan yang mengekorinya.
...
Yang dipegangnya itu... MAJALAH PORNO?!
Astaga, aku tidak menyangka Sasuke-senpai lelaki yang seperti itu. Memang wajar sih sebagai pria normal dia tertarik dengan hal yang berbau itu, tapi tetap saja membawa majalah porno ke sekolah adalah tindakan yang tidak etis.
Dari arah berjalannya, dia pasti ingin menuju perkarangan belakang.
...
Kira-kira bagaimana ya ekspresinya jika aku memergokinya membawa majalah porno? Muehehehe. Lumayan kan kalau aku mendapat uang tutup mulut.
Kusampirkan tasku dan mengepalkan kedua tanganku erat. YOSH, sudah kuputuskan aku akan membuntutinya. Demi UANG! MUUAHAHAHAHA-ohok-uhok.
Sasuke ouji-sama~ tunggulah Himemu ini menjemput~. Aku dataaang~, nyiahahahahaha!
Tidak ada.
Sasuke-senpai tidak ada.
ARRRRGGGH! Hilang sudah uang tutup mulutku!
Kenapa dia bisa menghilang secepat itu? Apa dia hantu, esper, atau bisa teleportasi?
"Hmph, menyebalkan."
Hilang sudah harapanku untuk mendapatkan uang sekaligus cuci mata.
Haaah, sebentar lagi hari akan menunjukan pukul lima sore. Aku harus segera mengambil cucian. Dan jam tujuh nanti aku harus bekerja di cafe. Pulang jam sepuluh malam. Belum lagi pr yang menumpuk...
Haaaaah.
"Ddrrrrt... drrrttt..."
Kurasakan getaran ponsel di saku rokku. Kuambil ponsel tersebut dan kutatap layarnya. Ada pesan masuk...
Akasuna Sasori :
Kamu sudah pulang sekolah Saki? Aku merindukanmu. Jangan lupa makan ya.
Seketika senyuman terukir di bibirku. Aku berjingkrak riang, horeeee kekasihku yang imut unyu-unyu mengirimiku pesaaan. Padahal dia pasti sedang sibuk di waktu sore hari ini.
Makin sayang deh :*
"Semangat Saki!" Aku menepuk kedua pipiku, berusaha menyemangati diriku sendiri. Benar, meskipun kedua orang tuaku sudah tidak ada lagi tapi aku masih memiliki Sasori, kekasihku. Aku tidak boleh bermalas-malasan dan mengecewakannya.
Baru saja aku ingin membalas pesan Sasori, aku mendengar sebuah suara yang sukses mengalihkan perhatianku.
"Miaaaww~"
"Kyaaa! Suara kuciing? Mana? Di mana?" Pekikku riang, seketika pesan dari Sasori terlupakan. Aku memang menyukai... tidak. Aku mencintai kucing. Segala jenis kucing, bahkan kucing garong sekalipun.
Aku berjalan perlahan sembari melihat ke kanan dan kiri. Mencoba menemukan sumber suara yang tadi terdengar di telingaku. "Dimana kamu neko-chan~?"
Ahhh, itu dia! Target ditemukan muehehe~
Aku berlari secepat kilat mendekati kucing tersebut agar ia tidak sempat kabur. Dan... HAP! Kutangkap diaaaa~
TES!
Eh?
Sensasi hangat apa yang membasahi tanganku ini?
"Da-darah?" Ujarku syok melihat kucing yang berada dalam pelukanku. Kaki kucing hitam ini sepertinya terluka. Darah merah merembes melalui luka di kakinya.
"Miaawwww."
Jantungku serasa diremas mendengar rintihan lemah kucing ini. Uuukh, aku paling tidak tahan melihat makhluk hidup terluka. Keringat dingin menetes melalui pelipisku.
A-APA YANG HARUS KULAKUKAAAN?! KAA-SAAN, TOU-SAN TOLONG AKUUUUU!
"Huuufft..."
Kuseka keringat yang membasahi dahiku. Aku tersenyum kecil melihat kucing hitam yang tadinya kupungut sekarang keadaannya sudah lebih baik. Bahkan dia menghabiskan makanan khusus kucing yang sengaja kubeli tadi.
Hiks, uang saku ku selama sebulan melayang sudah.
Cengiran terukir di bibirku melihat keadaan rumah yang sangat berantakan. Aku terlalu panik hingga membuat keadaan kacau. Habisnya, keadaan kucing itu tadi sudah seperti akan mati. Akal sehatku jadi hilang dan akhirnya aku memilih fokus untuk mengobatinya.
Hmm, untung saja darahnya bisa berhenti. Tidak sia-sia dulu aku membaca buku pengobatan.
Manik emeraldku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Sudah terlalu telat untuk berangkat kerja. Yaah, kalau begini aku hanya bisa pasrah menerima omelan atasanku besok.
Moodku benar-benar buruk sekarang.
"Miaaaw."
"Aih, Kuro-chan. Kakimu masih sakit tahu." Kuraih Kuro yang berusaha mendekatiku. Kupeluk ia dan aku duduk di pinggir ranjangku lalu kuletakkan ia di atas pangkuanku.
"Miaaaaw~"
Ukkkh, manisnyaaa! Untung saja ada Kuro, suasana hatiku sekarang jadi jauh lebih baik.
Kuro nama yang kuberikan untuk kucing hitam ini. Habis bulunya hitam dan aku tidak pintar memberi nama.
"Yosh, sudah kuputuskan! Mulai hari ini kamu akan menjadi anggota keluarga Haruno!" Ujarku semangat seraya mengelus lembut kepala Kuro. Kuro hanya menatapku dengan bola mata hitamnya. Lalu tidak lama ia mengeong pelan.
"Miaaawww."
"Kamu setuju? Baguslah, kalau begitu kamu akan menjadi adikku." Sahutku seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Kuro. Tapi aku anggap dia setuju.
Kurebahkan tubuhku di atas ranjang yang empuk. Mataku terpejam. Bisa kurasakan Kuro berjalan di atas perutku dan ia melingkar di sana.
"Anggota keluarga kita bertambah... Kaa-san, Tou-san." Aku tersenyum miris. Saat menutup mata seperti ini, bayangan kedua orang tuaku bisa terlihat jelas.
"Kalian berdua setuju kan?" Tanyaku entah pada siapa.
Andaikan Tou-san dan Kaa-san tidak meninggal pasti kehidupanku sekarang akan jauh lebih baik.
Andaikan Tou-san dan Kaa-san tidak meninggal saat ini aku pasti bisa mengobrol dan menonton tv bersama mereka.
Andaikan...
"Hiks..."
Air mata menetes dari kedua sudut mataku. Namun aku sama sekali tidak berniat untuk menyekanya.
Sesak. Sakit. Sepi. Sunyi.
Hanya itulah yang kurasakan selama tujuh belas tahun hidupku.
Kenapa kalian berdua meninggalkanku sebelum memberikan kasih sayang layaknya kedua orang tua pada umumnya?
Kenapa kalian berdua selalu dan selalu saja meninggalkanku?
Apa aku benar-benar tidak kalian harapkan?
"Miaaww."
Kubuka kelopak mataku. Tampak Kuro yang sedang menatapku. Ia mengelus-eluskan kepalanya ke dahiku.
Dia mencoba menghiburku?
"Arigatou..." Kuelus pelan tubuh Kuro. Aku benar-benar bersyukur telah menemukan Kuro. Dia mampu membuatku tersenyum. Aku sangat menyukainya. Entah kenapa aku merasakan firasat hidupku akan lebih berwarna mulai sekarang.
Perlahan kedua kelopak mataku terpejam. Dunia terlihat gelap. Sebelum kesadaranku menghilang sepenuhnya, aku bisa merasakan sepasang tangan kekar merengkuh erat tubuhku.
"Dare...?"
"Uuunggh..."
Aku melenguh saat merasakan sinar matahari menerpa wajahku, Uuh, ini pasti gara-gara semalam aku lupa menutup jendela.
Seakan tidak mempedulikan sinar matahari yang mencoba membangunkanku, aku sama sekali tidak beranjak. Lagian ini hari minggu, saat yang tepat untukku bersantai.
Hangat.
Aku semakin erat memeluk bantal guling besar milikku, meminta lebih kehangatan yang ditawarkannya. Kusandarkan kepalaku di permukaan bantal guling yang datar dan agak keras.
Eh tunggu.
Sejak kapan aku memiliki bantal guling besar?
Bantal gulingku juga sangat lembut!
Kubuka paksa kedua bola mataku dan yang selanjutnya kulihat membuatku merasa dipukul oleh palu raksasa. Karena di hadapanku terlelap seorang pangeran dari negeri antah berantah.
Orang di hadapanku ini semakin mengeratkan pelukannya padaku. Pantas saja aku merasa hangat!
Kututup mataku dan membukanya kembali. Berulang-ulang kulakukan hal itu, karena kupikir ini hanyalah mimpi.
Tapi tetap saja, apa yang kulihat sama. Wajah tampan itu... surai rambut raven itu... hidung yang mancung itu...
DEG! DEG! DEG!
Perlahan kelopak mata lelaki di hadapanku ini terbuka dan menampakkan sepasang mata yang indah. Manik matanya yang sekelam malam menatap tajam mataku sehingga membuatku sulit bernapas. Tetapi kelopak matanya kembali terpejam dan ia menenggelamkan wajahnya di bahuku.
"Manik onyx itu..."
"Selamat pagi... Sakura." Orang yang memelukku ini memundurkan kepalanya dan ia menyeringai padaku. Seringai yang membuatku ingin segera melahapnya.
Uuukh, jangan ngiler Haruno Sakuraaa.
"Aaa... aaa..." Ucapku tergagap. Kepalaku serasa pecah karena bingung dengan situasi yang kuhadapi sekarang ini.
"Kenapa kau mematung? Kau terpesona padaku heh?"
Ucapan yang seakan merendahkan orang, nada bicaranya yang datar. Sudah jelas kalau dia itu... dia...
Sa... SASUKE-SENPAI!
TBC
A/n
Muahaahahahahahaaaaa. Author hadir kembali dengan FF yang gajeeee XD
Terima kasih bagi yang sudah menyempatkan diri untuk membaca FF ini
Entah mengapa author merasa ragu pada FF ini...
Mohon kritik dan sarannya minna-tachi ^^
