PRO-MI-SE

Kuroko no Basuke / Kuroko's Basketball belongs to Fujimaki Tadatoshi

OOC, AR, plot hole, failed supranatural, miss EyD/EBI, typo(s) and misstypo(s), Childhood!MidorimaKuroko, AkaKuro and another slight pairing(s) will appear

[Perhatian! Untuk ending, saya akan membuat variasi ending alias ending lebih dari satu karena kebingungan antara mana ending yang saya harus pilih. Yah, saya labil gitu(?). Fic ini didedikasikan untuk May Angelf karena terlibat dalam barter request fic]


"Sebaiknya kau minum, Kuroko. Aku hanya tak ingin kau mengalami dehidrasi-nanodayo."

"Tanpa kauperingatkan, aku tahu itu, Midorima-kun."

Kuroko Tetsuya mengambil botol air minum yang sebelumnya berada dalam tas. Tutup botol itu dibuka, kemudian Kuroko segera meneguk seperlima air putih, dan menutupnya kembali. Pemilik botol air minum tersebut memilih untuk meletakkannya di atas meja daripada memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Aku sudah minum. Lebih baik Midorima-kun segera ke lapangan sebelum dimarahi," ujar Kuroko tidak bermaksud untuk mengusir sahabat satu-satunya.

"Jika asmamu kambuh, segera pakai Ventolin. Apabila asam lambungmu naik, jangan pikirkan apa-apa dan segera makan. Kalau merasa tidak enak badan, carilah seseorang di sekitarmu untuk dimintai bantuan menemanimu ke klinik sekolah dan jangan pernah untuk ke lapangan mencariku. Bukannya aku tak mau menolongmu, dari kelas kita menuju lapangan sangat jauh. Bila mengalami hemoptisis, bilang padaku. Fisikmu sangat lemah-nanodayo." Midorima menjelaskan tanpa melupakan aksen khususnya di akhir kalimat. Pengetahuannya tentang kesehatan lumayan luas, karena cita-citanya sebagai dokter membuatnya harus tahu banyak mengenai hal-hal tersebut.

"Midorima-kun sudah seperti nenekku. Dan aku tahu itu. " Kuroko merasa kesal di balik wajah datarnya. Memangnya dia anak kecil? Dia yang paling tahu tentang kondisi tubuhnya, dan paling tidak dia sudah tahu cara menangani penyakitnya jika kambuh.

"Aku peduli padamu, dan ingin melindungimu, Tetsuya."

Nah, kalau sahabat sejak kecilnya ini sudah memanggil nama kecilnya, itu berarti keseriusan remaja berambut hijau itu meningkat dua kali lipat. Bila sudah begini, Kuroko tidak bisa mengomeli Midorima kalau dia itu sedikit overprotektif. Lagipula, jika dipikir-pikir, Midorima melakukan semua ini untuk kebaikannya juga, bukan?

Kuroko memang dekat dengan Midorima. Sejak kecil, Midorima dan adiknya sudah ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya yang disebabkan kecelakaan kereta saat masih kecil, kemudian mereka diadopsi oleh keluarga Kuroko. Adik Midorima menyusul kedua orangtuanya karena komplikasi ISK yang merusak kedua ginjalnya sehari setelah Midorima memasuki SD. Midorima bahkan tidak tahu kalau adiknya sudah mengidapnya sejak kecil dan sudah terlambat untuk ditangani, itu pun diberitahu nenek Kuroko saat dia menginjak kelas enam. Dan karenanya, Midorima benar-benar peduli pada seseorang yang mengidap penyakit serius seperti Kuroko.

Hanya Kuroko Tetsuya yang tahu satu rahasia Midorima. Satu hal yang tidak dimiliki oleh manusia lain pada umumnya.

"Terima kasih atas semuanya, Midorima-kun."

Midorima tampak tidak peduli dengan perkataan Kuroko. Telunjuknya menaikkan kacamata yang sebenarnya tidak turun. "Tidak masalah. Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik. Jika kesulitan mengerjakan tugas pengganti praktek, kau bisa meminta bantuanku-nanodayo."

Kumpulan kertas yang telah dikokot itu dipegang oleh Kuroko. "Akan kuingat itu."


Sesuai dengan pesan Midorima, Kuroko berhenti mengerjakan soal yang tinggal sebutir saat gastritisnya muncul dan menghancurkan konsentrasinya.

Pemuda berambut biru muda itu merintih pelan, menahan rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi-jadi. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, Kuroko menyilang asal soal terakhir dan membiarkannya di atas mejanya sesuai amanat guru olahraga. Tadi pagi, memang Kuroko sedikit makan karena sedang tidak nafsu, bahkan Kuroko tetap tidak makan meski sudah dimarahi Midorima. Dan Kuroko lupa membawa roti melon di atas meja makan saat ingin pergi sekolah.

Bagus sekali.

Kuroko meneguk air minumnya sampai habis. Rasa sakit di perutnya tetap saja menyiksa meski sedikit berkurang. Mengingat pesan Midorima yang lain, Kuroko berjalan tertatih-tatih ke depan kelas, melihat sekeliling untuk mencari seseorang yang bisa dimintai bantuan. Tapi siapa yang berkeliaran di jam pelajaran begini? Bel istirahat akan berbunyi sejam lagi, dan mustahil Kuroko bisa bertahan selama itu.

Bagaimana ini? Sesuai dugaan, tidak ada satu pun yang berada di luar kelas selain Kuroko sendiri. Tubuh Kuroko melemas dengan sendirinya.

"Midorima ... –kun."

Pandangan Kuroko mengabur, kemudian Kuroko jatuh tak sadarkan diri.


"Kau sudah sadar?"

Sepasang netra safir membuka perlahan. Yang pertama kali Kuroko lihat adalah seseorang berambut merah. Kuroko mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya dapat melihat sosok itu dengan jelas. Organ penciuman luarnya menangkap bau yang sangat menyengat. Ukh, Kuroko tidak dapat menahannya.

Tunggu, sepertinya Kuroko tahu orang ini. Dia adalah ketua OSIS yang baru dipilih beberapa bulan yang lalu, juga Kuroko pernah melihatnya mengobrol dengan Midorima saat Kuroko menemani Midorima mengikuti ekskul basket untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Orang ini sering disebut-sebut sebagai juara shogi nasional tiga tahun berturut-turut. Kalau tidak salah, namanya ...

"Akashi ... Seijuurou?" gumam Kuroko.

"Kau tahu namaku, Kuroko Tetsuya?" Lelaki ber-name tag Akashi Seijuurou itu tersenyum, namun Kuroko mengira itu adalah seringaian. "Agar lebih sopan, biar kuperkenalkan ulang diriku. Namaku Akashi Seijuurou, dari kelas 3-A. Salam kenal, Kuroko."

Ah ... anak kelas 3-A ya ... sebetulnya Kuroko tidak begitu heran. Dengan melihat prestasinya saja, Kuroko sudah tahu.

Setiap tingkatan kelas dibagi menjadi tiga kelas sesuai dengan nilai akademik siswa. Kuroko dan Midorima menempati kelas 3-C, sekelas tiga tahun berturut-turut. Kelas C merupakan kelas berisikan siswa-siswa berandalan, tidak pintar, dan segala yang bersifat negatif. Kuroko bisa saja memasuki kelas B jika saja dia tidak sakit seperti ini sejak masuk SMP, dan Midorima selalu memperburuk nilainya sendiri pada setiap ulangan agar tetap sekelas dengan Kuroko. Dan sebetulnya, Kuroko merasa bersalah pada Midorima. Sahabatnya itu seharusnya mendapatkan kursi di kelas A.

Akan tetapi, Kuroko tidak merasa kelas C adalah kelas yang buruk. Ada Aomine Daiki dan Kise Ryouta sang model majalah yang benar-benar baik. Keduanya selalu membujuknya untuk ikut masuk ekskul basket bersama mereka, bahkan mereka juga membawa nama Midorima. Tentu saja ditolak mentah-mentah oleh yang bersangkutan.

"Bumi pada Kuroko Tetsuya, Bumi pada Kuroko Tetsuya. Apa kau mendengarkanku?"

Suara Akashi menginterupsi pikiran Kuroko yang melayang ke mana-mana. "Ah, maafkan aku, Akashi-san."

Akashi tersenyum, lagi. "Kumaafkan asal kau mengubah panggilanmu padaku."

"Akashi-kun ...?" Keraguan tersirat dalam nada bicara Kuroko.

"Begitu lebih baik." Akashi berjalan mengelilingi klinik sekolah yang hanya diisi oleh mereka berdua. "Akan kujelaskan ulang apa yang kukatakan tadi. Aku menemukanmu pingsan di depan kelas 3-C, sepertinya kelasmu. Aku mengetahuimu sebagai sahabat Midorima sejak kecil, Midorima yang menceritakannya saat aku menanyakannya. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam gedung olahraga basket kecuali anggota ekskul."

Mendengar kalimat terakhir Akashi, Kuroko buru-buru berujar, "Maafkan aku, Akashi-kun ."

"Pengecualian untukmu, Kuroko. Tidak masalah," balas Akashi. Tangannya menggenggam tangan Kuroko. "Kau merasakan sakit yang sangat hebat, ya? Pasti kau menderita tadi."

Kuroko langsung menyentuh perutnya dengan tangan yang bebas. Ah ya, tadi asam lambungnya naik, dan tunggu! Ke mana perginya rasa sakit itu? Mengapa hilang begitu saja? Seharusnya, gastritisnya tidak akan mereda dengan sendirinya sebelum makan, dan Kuroko yakin dia belum mengonsumsi apa-apa.

Melihat wajah Kuroko yang berubah, Akashi terkekeh. "Ada apa denganmu, Kuroko?"

"Apa ... aku sudah makan selama aku pingsan, Akashi-kun?" tanya Kuroko.

"Seseorang tidak bisa makan saat tidak sadarkan diri kecuali melalui injeksi. Mustahil kau makan, Kuroko," jawab Akashi.

Benar juga. Lalu ... bagaimana bisa?

Ah, Kuroko tidak bisa menahannya lagi. Aroma menyengat ini menyiksa penciumannya!

Napas Kuroko yang sebenarnya sedari tadi terputus-putus kini terasa berat. Setiap kali Kuroko bernapas, suara napasnya berbunyi keras dan tinggi. Asma Kuroko kambuh, dan diperparah dengan Kuroko yang panik karena inhaler-nya tertinggal di kelas. Sepertinya bau yang menyengat itu berasal dari cat dinding klinik sekolah yang mungkin baru selesai dicat ulang.

Genggaman Akashi di tangan Kuroko semakin kuat. Akashi memejamkan matanya, dan napas Kuroko tidak lagi sesak tepat saat Akashi membuka matanya. Kuroko bisa bernapas normal.

"Kau sudah sehat, Kuroko."

Nah, sepertinya Kuroko sudah tahu bagaimana bisa rasa sakitnya menghilang begitu cepat, meski Kuroko tidak dapat menerimanya dengan akal sehat.


to be continued


A/N :

Maaf terkesan terburu-buru! Maafkan saya! Dan ini penjelasan hal-hal medis apabila tidak tahu.

- Ventolin adalah merek inhaler. Mengandung Salbutamol dan bebas CFC. Butuh resep dokter untuk mendapatkan obat ini karena termasuk obat keras.

- ISK merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Kemih. Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan komplikasi yang bisa merusak ginjal dan mengakibatkan timbulnya sepsis (peradangan seluruh tubuh dikarenakan infeksi)

- Gastritis merupakan penyakit asam lambung naik. Biasa disebabkan karena terlambat makan, mengonsumsi makanan yang pedas atau asam, dan banyak pikiran atau mengalami stres. Makanya Midorima menyarankan Kuroko untuk tidak berpikir apa-apa. Biasanya hilang kalau sudah makan.

- Untuk asma, napas berbunyi saat kumat. Kalau saya tidak salah ingat, Ventolin berfungsi untuk memperlebar jalur napas yang menyempit dan juga melebarkan pembuluh darah. Sebenarnya bisa reda sendiri bila asma tersebut tidak parah.

- Hemoptisis dikenal sebagai batuk darah. Biasanya dialami oleh pengidap bronkitis akut dan kronis (ini juga penyakit Kuroko hiksu :"))

Sepertinya cukup deh. Kalau ada yang tidak jelas, bisa ditanyakan lewat review atau PM! Maaf bila ada kesalahan informasi, hehe :")

Buat Mei-pei yang katanya udah gak sabar dengan fic ini, semoga suka ya :'3

Sampai jumpa di bagian berikutnya, Chapter 2 : Mirror! Yang bisa menebak jalan cerita selanjutnya, namanya akan saya tuliskan di bagian kreditnya! X3

Salam cupcake!

~ orange velvet cupcake