Disclaimer: Masashi Kishimoto
pairing: SasuNaru
Warning: BL (Sho-ai), OOC, Gaje
Harap Baca CATATAN Sebelum Membaca
Catatan: Ada dua Oneshot... Bagi yang suka SasuNaru baca Chapter 1, Bagi yang suka NaruSasu baca chapter 2, Bagi yang suka keduanya baca aja dua-duanya. Tapi yang ga suka "DON'T LIKE DON'T READ" OK...
Don't Touch Me
-Alergi-
Setiap orang memiliki alergi terhadap sesuatu, bisa berupa benda hidup atau mati, makanan dan minuman, ataupun seseorang. Ya, Naruto punya sebuah alergi yaitu alergi bila di sentuh seseorang.
Dia merasa terinfeksi oleh bakteri atau virus bila bersentuhan dengan seseorang walaupun hanya seujung kuku saja.
Seperti saat ini, tanpa sengaja Naruto bersentuhan di belokan koridor dengan seorang cowok berambut raven dan bermata Onyx. Naruto mulai merasakan ada yang aneh dengan kulitnya. Sasuke, nama cowok yang menabrak Naruto tadi hanya men-death glare cowok rambut pirang itu.
"Lain kali, gunakan matamu untuk melihat, Dobe." Kata Sasuke dingin, Naruto memandangnya dengan kesal.
"Kau yang harusnya melihat dengan jelas, Teme! Jelas-jelas kau menabrakku!" Naruto menunjuk tidak terima ke wajah Sasuke, membuat cowok raven itu makin mengerutkan alisnya kesal.
"Dengar ya, Dobe!" Sasuke menarik paksa tangan Naruto untuk lebih mendekat, membuat sensai aneh di lengan Naruto yang tersentuh. Oh.. Tidak… Jangan Sekarang… Jerit Naruto dalam hati.
"Kalau kubilang gunakan matamu dengan benar maka gunakan semestinya. Mengerti, Baka-Dobe." Sasuke lagi-lagi men-death glare Naruto tetapi cowok di hadapannya ini sama sekali tidak mendengarkan satu patah katapun dari mulut Sasuke. Tubuh Naruto gemetaran.
"Lepaskan.." Naruto terdengar berbisik dibandingkan berbicara dengan normal.
"Hn..?" Sasuke mengangkat alisnya tanda bingung. Mata Naruto menatap tajam ke mata Onyx Sasuke.
"Lepaskan aku, Teme!" dengan sekali hentakan Naruto berusaha melepaskan genggamannya dari Sasuke. Tubuh Naruto menampakkan bintik-bintik merah tanda alergi, Sasuke terkesiap.
"Kau.." Sasuke berusaha berbicara tetapi mulutnya tertahan oleh tatapan marah Naruto.
"KAU MEMBUAT ALERGIKU MUNCUL, TEME!" Naruto berteriak frustasi sambil menggaruk beberapa bagian tubuhnya. Sasuke menyeringai.
"Kau terlihat seperti kue coklat dengan taburan kismis… Menarik." Sasuke menyentuh ujung dagunya sambil menyeringai membuat bulu kuduk Naruto berdiri.
.
.
.
-Tidak Akur-
Bukan suatu rahasia lagi di sekolah Konoha High School, bahwa Naruto memiliki alergi untuk di sentuh orang lain. Teman-teman dan beberapa guru memaklumi hal tersebut sehingga mereka tidak pernah berani untuk menyentuh seujung jaripun ke tubuh Naruto. Tetapi hanya ada satu orang yang memiliki pikiran bahwa menyentuh Naruto adalah sebuah keharusan.
"Sudah kubilang, jangan menyentuhku, Teme!" Naruto berusaha menghindar dari tangan Sasuke yang berusaha untuk menggapainya.
"Tapi aku lapar, Dobe." Sasuke masih mengejar Naruto yang melarikan diri dari sentuhan Sasuke.
"Kalau lapar, makan sana! Jangan menyentuhku!" Naruto berkelit ketika Sasuke berusaha menyentuh ujung kepalanya.
"Aku mau kue coklat dengan taburan kismis yang sepertimu." Jawab Sasuke enteng yang masih terus berusaha menggapai Naruto.
"Kau mes~… Akkhhhhh! Alergi ku!" Sasuke berhasil mencengkram tangan Naruto membuat bintik-bintik merah itu kembali lagi. Sasuke menyeringai.
"Kau kelewatan, Teme! Sekarang ambilkan spray anti alergi ku!" Jerit Naruto sambil menunjuk ke arah tas miliknya yang tergeletak tidak terlalu jauh dari jarak mereka. Sasuke berjalan pelan kemudian mengacak-acak isi tas Naruto. "Yang ini?" Tanya Sasuke lagi sambil menunjukkan sebuah botol spray berwarna bening.
"Iya! Cepat semprotkan padaku, Teme!" Teriak Naruto lagi. Sasuke berjalan kembali ke arahnya kemudian berjongkok tepat di hadapan Naruto.
-SRUUUTTT- Spray di semprotkan. "ARGHHHH…. MATAKU! Kenapa Di Wajahku, Teme!" Naruto meraung-raung membuat Sasuke bingung. "Harus di wajah'kan?" Ujar Sasuke tenang. Naruto melirik kesal.
"KAU ITU BODOH! TEME SIALAN!" Teriak Naruto penuh dengan kemarahan membuat sang Uchiha muda men-deathglare tidak senang. Kemudian…
-SRUUUTT- Spray di semprotkan lagi. "ARRGGHHH…MATAKU!" Naruto berteriak sambil memukul-mukul lantai.
Sasuke melenggang pergi meninggalkan Naruto dengan sangat tenang.
.
.
.
-Kangen-
Naruto saat ini berada di kamarnya yang nyaman dan penuh warna cerah. Tidak ada Sasuke mesum, tidak ada alergi, tidak ada Sasuke brengsek, tidak ada alergi… ahh.,. senangnya… pikir Naruto sambil merebahkan diri di ranjangnya yang empuk.
Naruto melirik jam wekernya yang menunjukan pukul 10 pagi, hari ini hari libur tidak ada yang perlu dilakukan Naruto. Dia hanya bermalas-malasan di rumahnya yang minimalis. Seharusnya dia sudah tertidur bila bertemu kasur dan bantal tapi sejak dua jam yang lalu matanya tidak bisa terlelap, dia hanya membolak-balik kan posisi tidurnya.
"Ahhkk… kenapa aku ini, sejak tadi aku memikirkan Sasuke-teme itu." Naruto mengacak-acak rambut pirangnya kesal lalu memeluk bantal kesayangannya. Tidak ada yang menjahiliku, rasanya sepi sekali, kata hati Naruto sambil terus memikirkan Sasuke dengan wajah memerah.
"Sasuke…" Bisik Naruto dengan sangat pelan.
"Ya, Dobe?" Suara seorang cowok dari balik jendela membuat Naruto kaget. "Sa…SASUKE! Kenapa kau…" Naruto menunjuk gugup ke arah Sasuke yang sedang menatapnya dari jendela kamar.
"Kenapa, Dobe?" Tanya Sasuke enteng sambil membuka jendela kamar Naruto.
"Kenapa kau bisa ada di rumahku?" Tanya Naruto tanpa mempedulikan Sasuke yang sudah masuk ke kamarnya.
"Aku hanya lewat depan rumahmu, aku lapar, jadi aku masuk saja." Jawab Sasuke tanpa mempedulikan delikan marah Naruto. "Kalau kau lapar, ke toko Ichiraku saja sana!" Seru Naruto tidak terima.
Sasuke mendengus kesal, "Aku tidak suka ramen, aku mau kue coklat dengan taburan kismis." Jawaban Sasuke membuat Naruto langsung memerah. Sasuke tersenyum jahil.
"Wajahmu seperti tomat, aku juga suka tomat lho, Dobe." Kata Sasuke yang makin membuat Naruto salah tingkah.
"Pergi saja kau, Teme!" –DUAAKK- Naruto menendang Sasuke yang sukses terkapar di lantai.
.
.
.
-Jalan-jalan-
Sasuke berguling-guling malas di kasur Naruto, sedangkan Naruto hanya menatapnya dengan kesal sambil memegang nampan yang berisi cemilan dan Orange jus. Sasuke menaruh dagunya di bantal Naruto sambil melirik malas ke Orange jus yang disodorkan Naruto.
"Tidak ada jus Tomat ya?" Tanya Sasuke dingin tanpa mempedulikan urat kemarahan Naruto. "Kalau mau jus tomat, pergi sana ke penjual minuman!" Kata Naruto penuh dengan nada sebal.
"Kau tidak imut." Kali ini pernyataan Sasuke sukses membuatnya di lempari bantal oleh Naruto. "Uhhkk, kenapa kau harus ke rumahku sih.." Kata Naruto frustasi sambil menggaruk-garuk kepalanya. Sasuke mendeliknya dengan malas.
"Dobe, ayo kita jalan-jalan. Aku bosan." Kata Sasuke lagi sambil tetap memakan cemilan yang disodorkan Naruto. "Memangnya kau mau kemana?" Tanya Naruto lagi mulai bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah lemari untuk mengganti baju.
"Aku mau ke taman."
"Uhmm.. ok.. sebentar aku ganti baju.." Naruto menarik salah satu baju dan celana. Sasuke hanya mengamati kegiatan Naruto sambil memakan cemilan.
"Teme.."
"Hn..?"
"Bisa tidak kau jangan menatapku saat aku ganti baju?"
"Hn…"
"Teme…"
"Hn… apalagi, Dobe?"
"JANGAN MENARIK-NARIK CELANAKU, TEME!" Naruto terus mempertahankan celana nya dari tarikan mesum Sasuke. "Aku ingin mengintip sedikit." Jawab Sasuke penuh dengan kemesuman tingkat tinggi.
-DUAAK- Sasuke ditendang keluar dari kamar oleh Naruto.
.
.
.
"Udaranya sejuk." Naruto merentangkan kedua tangannya tinggi-tinggi ketika mereka berdua berjalan-jalan ke taman. Di sebelahnya Sasuke hanya diam sambil melihat tingkah lucu Naruto.
"Dobe, ada yang ingin kukatakan." Kata Sasuke sambil menatap langit biru cerah yang tepat berada di atasnya. Naruto menengok penasaran apa yang akan dikatakan Sasuke. "Katakan saja, Teme." Naruto melompat-lompat kecil lalu mendaratkan tubuhnya tepat ke kursi taman di sebelah Sasuke.
"Seminggu lagi aku akan pindah rumah. Kita tidak bisa bertetangga lagi." Ujar Sasuke tanpa ekspresi, Naruto yang mendengar itu hanya melongo. "Kau.. bilang apa, Teme?" Tanya Naruto berusaha meyakinkan pendengarannya lagi.
"Lupakan saja." Sasuke mendudukan tubuhnya di sebelah Naruto sambil melihat pemandangan sekitar taman. Naruto terdiam seribu bahasa, pikirannya masih mencerna perkataan Sasuke. Tujuh hari lagi bersama Sasuke… rasanya terlalu cepat.
.
.
.
-Sedih-
Sudah dua hari sejak mereka pergi ke taman, Naruto terus-terusan memikirkan perkataan Sasuke. Lima hari lagi, Sasuke akan pergi…. Aku pasti sangat kesepian.. pikir Naruto sambil menenggelamkan kepalanya di meja.
"Naruto-kun…" Suara lembut Hinata mengusik lamunan Naruto. "Ya, Hinata-chan?" Jawab Naruto sambil mengeluarkan cengiran khas-nya. Hinata menaikan satu alisnya, "Kau terlihat pucat, kau sakit, Naruto-kun?" Hinata berusaha menggapai kening Naruto, tetapi dia ingat kalau Naruto memiliki alergi untuk disentuh jadi diurungkannya niatnya dan hanya menatap Naruto khawatir.
"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." Naruto berusaha tersenyum lagi dan Hinata menaggapinya dengan senyuman paling manis.
Kakashi-sensei masuk ke ruang kelas, membuat beberapa siswa langsung sigap duduk ke bangkunya masing-masing. Naruto seakan tidak peduli, dia lebih memilih bergelung di mejanya, matanya sedikit melirik ke arah Sasuke. Sasuke yang merasa di perhatikan oleh Naruto menatap cowok pirang itu lalu tersenyum, bibirnya membentuk pola yang dilihat Naruto sebagai "I Love You".
Naruto mengembungkan pipinya yang merona merah lalu bibirnya juga membentuk pola yang ditangkap oleh Sasuke sebagai kata "Teme".
Sasuke tersenyum dan Naruto terlihat salah tingkah.
.
.
.
-Katakan-
Hari ini jam pulang sekolah di percepat karena ada rapat guru, Naruto berjalan pulang dengan Sasuke. Keduanya hanya diam sepanjang perjalanan membuat Naruto menjadi tidak nyaman.
"Teme.." Naruto membuka pembicaraan.
"Hn..?" Sasuke tetap menatap ke depan, sepertinya dia lebih asyik memandang jalan daripada memandang Naruto yang berada di sebelahnya.
"Katakan sesuatu.." Naruto berjalan di sisi Sasuke sambil mengembungkan pipinya.
"Hn, Dobe." Ekspresi Sasuke tetap datar, Naruto yang di sebelahnya langsung menghentikan langkahnya. Sasuke yang melihat tingkah Naruto langsung berbalik menatap cowok pirang yang sedang ngambek itu.
"Kau kenapa sih, Dobe?" Sasuke memasukan kedua tangannya ke saku celana sambil tetap menatap Naruto yang cemberut.
"Katakan sesuatu selain 'Hn' mu itu, Teme." Naruto berusaha men-deathglare Sasuke tetapi sepertinya itu tidak berhasil. Sasuke hanya menatapnya diam. "Ayo katakana sesuatu, teme." Paksa Naruto lagi.
"Katakan apa, Dobe?" Sasuke malah semakin bingung dengan tingkah Naruto.
Katakan kalau kau suka aku, katakan seperti itu, setidaknya itu akan meringankan beban pikiranku karena kau akan pergi, teme… Pikir Naruto dalam hati, tetapi bibirnya tetap menutup dan matanya menunggu Sasuke berbicara. Sasuke mulai membuka bibirnya..
"Aku Mencintaimu, Dobe." Satu kalimat yang langsung membuat Naruto tertegun kemudian merubah ekspresinya jadi melembut.
"Ayo, kita pulang, Dobe." Kata Sasuke yang langsung beranjak pergi, dibelakangnya Naruto hanya tersenyum. Tangan Naruto ingin menggapai tangan Sasuke, tetapi lagi-lagi dia takut akan alerginya. Untuk saat itu, sepanjang hidupnya baru kali Naruto merasa menyesal memiliki penyakit alergi itu.
.
.
.
-Pisah-
Sudah dua hari sejak kepindahan Sasuke, bangku Sasuke yang kosong malah makin membuat Naruto tersiksa. Mata Naruto tidak pernah lepas dari meja Sasuke dan terus berharap bahwa Sasuke ada disana.
Naruto memejamkan matanya lalu membuka lagi… Sasuke tidak ada…
Naruto memejamkan matanya lagi lalu membuka perlahan…. Tetap saja Sasuke tidak ada disana…
"Wajahmu aneh, Naruto." Suara Sai mengusik pikiran Naruto.
"Aku tidak apa-apa." Naruto hanya menanggapinya dengan malas, lalu lebih memilih menenggelamkan kepalanya di meja. Sai menarik sebuah kursi lalu duduk tepat di depan Naruto, "Memikirkan Sasuke?" Tanya Sai lagi, Naruto hanya mendeliknya kesal. Sai hanya tersenyum melihat tingkah lucu Naruto lalu berusaha menyentuh rambut dan pipi Naruto.
"Ahhkk.. Sai.. alergiku muncul…" Naruto menepis tangan Sai dari wajahnya lalu dengan panik mengambil Spray anti alergi miliknya dari dalam tas. Wajah yang disentuh Sai mulai menampakan bintik-bintik merah dan gatal, tetapi Naruto tidak menemukan sama sekali Spray yang dicarinya.
"Mencari ini?" Sai menemukan botol spray di bawah meja Naruto, "Ah iya, kau temukan dimana?" Tanya Naruto lagi.
"Tadi jatuh saat kau mencari di dalam tas. Mau ku semprotkan?" Tanya Sai yang ditanggapi Naruto dengan anggukan kepala.
-Sruuttt- Sai menyemprotkan di pipi Naruto dengan lembut berbeda saat dulu Sasuke menyemprotkan ke wajahnya dengan kasar. "Naruto… Apa spray nya kena mata?" Tanya Sai khawatir yang melihat Naruto meneteskan airmatanya. "Tidak apa-apa…" Jawab Naruto tersenyum sambil menyeka air matanya yang tumpah.
.
.
.
-Sasuke-
Naruto sudah sampai di rumah ketika jam mulai menunjukan pukul 3 sore hari. Naruto sedikit merasa lelah, kemudian menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Matanya terus menatap jendela kamarnya berharap Sasuke akan muncul sambil tersenyum mengejek kearahnya, tetapi nihil tidak ada siapa-siapa disana. Naruto menenggelamkan lagi wajahnya ke bantal berusaha meredam isak tangisnya.
"Baka-teme…" Ucap Naruto sambil memandang ruang hampa dijendela. Tangan Naruto erat memeluk bantal putih miliknya, "Aku kangen padamu, Teme…hiks.." Sambung Naruto yang kali ini tidak dapat menahan tangisnya lagi.
.
.
.
"Kalau kau menangis seperti itu, gendang telingaku bakal pecah, Dobe." Suara Sasuke yang bersandar di jendela kamar Naruto membuat cowok pirang itu kaget. Matanya langsung membulat ketika menatap sosok cowok berambut raven yang bertengger malas di jendelanya.
"Sa..Sasuke…?" Ucap Naruto tidak percaya sambil berusaha berdiri. Sasuke menatap Naruto dengan senyuman lalu masuk ke kamar Naruto.
"Kangen padaku, Dobe?" Sasuke merentangkan kedua tangannya membuat Naruto menahan isak tangisnya dan berlari menuju Sasuke lalu….
-DUAAK- Sasuke dihajar Naruto yang masih dengan isak tangis tertahan nya. "Kenapa… kau pergi, teme… hiks.. kau, Baka-Teme…" Naruto bahkan lupa akan alerginya dan terus menerus memukuli Sasuke yang hanya tersenyum di tindih oleh cowok pirang itu.
-GREEBB- Sasuke memeluk Naruto kemudian berbisik lembut di telinga Naruto, "Aku juga kangen padamu, Dobe."
"Baka-Teme." Naruto menatap Sasuke dengan kesal lalu menarik kerahnya dengan kasar membuat Sasuke kaget.
"Hmmmph…" Ciuman singkat dari Naruto membuat jantung Sasuke seakan-akan keluar dari rongga dadanya. "Phuaahh…" Naruto melepaskan ciuman singkatnya lalu menyentuhkan keningnya di kening Sasuke, "Jangan pernah pergi lagi, Teme… Berjanjilah." Kata Naruto lagi tetapi Sasuke malah terlihat bingung.
"Aku tidak pergi kemana-mana kok, Dobe." Jawab Sasuke enteng sambil menjauhkan dari tindihan Naruto.
"Tapi kau bilang, kau pindah rumah." Ujar Naruto yang bengong. Sasuke merapikan Bajunya lagi lalu memandang cowok pirang dihadapannya ini.
"Iya, kini rumahku ada di blok sebelah… hanya beberapa meter dari rumahmu. Aku hanya sedih kita tidak bisa bertetangga lagi." Kata Sasuke enteng tanpa menyadari aura pembunuh Naruto.
"KAU BRENGSEK, TEME!" -DUAAAK- Naruto menendang keluar Sasuke dari rumahnya. "Hei, Dobe, buka pintu.." Sasuke menggedor-gedor pintu rumah Naruto tetapi cowok pirang itu malah melemparinya dengan barang-barang dirumah. "Mati Saja Kau, Teme!"
.
.
.
FIN
=_= Satu Fic gaje dariku... bagi yang ingin membaca NaruSasu klik "NEXT" bagi yang tidak suka diharapkan jangan membaca karena akan mengakibatkan pendarahan otak yang merangsang ingin nge-FLAME... hehehehehehe... "Kidding"
RNR plis...
