Title: Call Me Maybe?
Fandom: Fire Emblem 8: Sacred Stone; Fire Emblem 7: Rekka No Ken (Blazing Sword)
Disclaimer: Intellegent System, Call Me Maybe by Megan Nicole
Warning(s): Typo(s), AU, Randomness, OOC
Pairing(s): JoshuaArtur; HectorEliwood
.
.
.
=Please Hit Back Button Everytime You Feel Unsafe=
.
.
.
Joshua/Artur
Joshua, siswa pindahan dari distrik Jehanna, langsung mendapat berbagai sorotan, terutama dari para gadis. Wajahnya tampan. Rambut merahnya yang panjang terlihat begitu mencolok, tetapi tidak terlihat norak. Mata rubynya bagai menyihir siapa saja yang melihat langsung kearahnya. Sikapnya yang cool dan seolah play-hard-to-get membuatnya langsung memiliki segunung fangirls di hari pertama bersekolah.
Kini sang pangeran-tampan-siswa-pindahan sedang berjalan kearah sebuah ruangan. Ruangan yang di klaim hampir semua orang- termasuk dirinya- membosankan. Perpustakaan. Mau tak mau, Joshua harus menyambangi tempat itu. Biasa. Tuntutan pelajaran.
Dalam perjalan, banyak siswi yang melirik-lirik kearahnya. Tapi Joshua sendiri tidak menunjukkan ketertarikan pada satupun dari mereka. Hanya sesekali melempar senyum agar tampak sopan- yang disambut jeritan histeris siapapun yang melihatnya.
Sesampainya di perpustakaan, Joshua segera mencari seksi buku literatur bahasa. Setelah ketemu, Joshua langsung bergegas menghampiri bagian itu. Tidak mau berlama-lama di tempat macam perpustakaan. Ayolah! Hanya kutu buku yang mau berlama-lama di tempat seperti ini!
Dari arah berlawanan, Joshua melihat seorang siswa yang sepertinya satu tingkat dengannya. Anak itu mungkin salah satu kutu buku. Rambutnya berwarna orange ikal. Dia membawa sejumlah buku yang terlihat berat.
Beberapa langkah setelahnya, anak berambut orange itu tersandung. Padahal tidak ada apa-apa yang potensial membuatnya jatuh disana. Dasar clumsy.
Joshua yang berada beberapa meter di depannya refleks menangkap anak itu sebelum ia sempat mencium lantai perpustakaan dengan syahdunya (halah). Buku-buku yang dibawa anak itu jatuh berdebam di lantai.
Masih dalam posisi memeluk si orange, Joshua menyadari sesuatu. Meski dari jauh terlihat seperti kutu buku, dari dekat dia benar-benar stunning. Cute to the extream kalau author bilang. Rambut orangenya yang ikal terlihat manis dam fluffy. warna matanya- yang juga orange- benar-benar sejuk dipandang.
"Umm... eh, maaf...! A-aku... Lensa kontakku hilang dan kacamataku patah kemarin jadi-" si orange langsung berhenti bicara begitu melihat Joshua menatapnya agak... intens. "Uh... Halo?"
Tiba-tiba saja Joshua mengeratkan pelukannya, membuat si rambur orange terbelalak kaget dan langsung blushing.
"Hey, I just met you," Joshua berbisik tepat ditelinga si orange, membuat anak itu merinding dan blushingnya makin parah. "and this is crazy..."
Joshua lalu melepaskan pelukannya, menatap lurus wajah blushing manis di depanya. "But, here's my number," Siswa bersurai merah itu lantas menarik keluar sebuah bolpoin dalam saku celananya lalu menuliskan sebelas kombinasi angka ke telapak tangan si manis di depannya.
Sekali lagi Joshua berbisik di telinga si rambut orange, "...so call me maybe?"
Si rambut orange menatap aneh kearah talapak tangannya sebelum kembali melihat kearah Joshua. Sebelum pergi, Joshua memberikan senyum seduktif terbaiknya sambil winking, membuat si orange kembali berblushing ria.
'...siapa sih anak itu? Nggak kenal tiba-tiba ngasih nomer HP... Tauk ah," batin si orange sebelum memunguti bukunya yang berserakan dan keluar dari perpustakaan.
.
.
.
/=3=)/=3=)/=3=)/
.
.
.
Hector/Eliwood
Hidup baru sebagai anak kuliahan itu tidak mudah. Begitulah yang dipikirkan Hector ketika pertama kali menginjakkan kaki di halaman kampusnya. Berpasang-pasang mata langsung melirik kearahnya, membuatnya risih. Oh, Elimine! Bagaimana nasibnya enam semester kedepan?
Tinggi, atletis, dan tentu saja tampan (Hector tidak bilang begitu. Gadis-gadis gila diluar sana yang bilang) membuat Hector mendapatkan perhatian lebih yang tidak pernah diinginkannya. Apalagi dengan tampang dan sikap yang agak bandel, tetapi hati sebaik pangeran dalam dongeng membuat Hector dengan mudahnya menaklukkan wanita jenis apapun. Mulai dari Farina yang sangat mata duitan dan tomboy, hingga Florina yang manis dan pemalu.
Lupakan. Hector tidak tertarik dengan wanita. Bukan karna dia -ahem-gay, meskipun jika iya, dia tak akan ambil pusing. Cinta tak mengenal gender, menurutnya. Hanya saja... yah, belum ada yang benar benar menarik perhatiannya.
...Dan percayalah, berjalan sambil melamun tentang kehidupan percintaan dan orientsi seksualmu itu bukanlah hal yang bagus.
Dari arah berlawanan, seorang pemuda bersurai merah menyala sibuk berlari sambil terus melihat kebelakang dengan ekspresi horror. Sepertinya dia salah satu mahasiswa yang punya kepopuleran diatas rata-rata. Pagi-pagi sudah dikejar fangirls. Kasian kau nak...
Pemuda itu tidak melihat Hector yang bagaikan tower berlapis baja- sedang melamun dan tidak memperkatikan jalan- berada dalam jalur larinya. Tabrakan pun tak bisa dihindari.
"Whaaa!" si rambut merah menabrak Hector. Dan catat bahwa menabrak orang dengan postur tinggi tegap berotot tidaklah menyenangkan. Gampangnya, sakit banget.
"Woops! Hey, perhatikan jalanmu!" seru Hector sambil menangkap sang pemuda- yang jauh lebih kecil darinya- dengan memeluknya.
si merah memperhatikan Hector. Bagaimana postur tubuhnya yang tinggi atletis cocok dengan wajahnya yang menggambarkan anak bandel secara alami. Rambut birunya yang berantakan, tapi terlihat halus. Mata biru gelapnya terlihat begitu memukau. Dan bahkan wajah bingungnya itu... Oh...
"Umm...?" Hector bingung mau bilang apa. Nama pemuda didepannya saja dia tidak tau.
"Eliwood," Kata si merah memperkenalkan diri.
"Baiklah, Eliwood kalau begitu. Lain kali hati-hati," Hector melepaskan pelukannya lalu melangkah pergi.
"Hey!" seruan Eliwood menghentikan langkah Hector. "Umm... Hey, I just met you. And... this is crazy..." Eliwood- yang wajahnya mulai memerah beberapa tingkat- mengambil secarik kertas dan bolpoin dari dalam tasnya lalu menuliskan sesuatu pada kertas itu.
"But here's my number!" dengan wajah masih merah, Eliwood menjejalkan kertas itu ke tangan Hector. "So...umm... call me maybe?"
Hector mengamati angka-angka pada kertas itu. Eliwood. Nama yang tidak buruk. Dan sepertinya Hector akan menyukainya... Oh, lupakan telpon! Hector punya ide yang lebih baik!
"Hey!" kini giliran Hector yang memanggil Eliwood- yang sedang berusaha kabur. Eliwood berhenti dan berbalik, masih dengan blushing di wajah. "Hey, I just met you too. And this is crazy,"
"But date me maybe?" Hector menyeringai. Seringaian manly yang membuat siapa saja melting dan sangat heartbreaking.
Eliwood kaget, namun langsung mengangguk sebagai jawaban.
"Sampai jumpa hari sabtu, kalau begitu," Hector tersenyum kearah pemuda rambut merah itu sebelum pergi. Meninggalkan Eliwood yang masih speachless dan mematung di tempat.
.
.
.
=Owari=
.
.
.
A/N: bilang saya gila... haha... bunny plot ini nggak bisa hilang dari kepala saya! Tapi kayaknya ceritanya cheesy banget yah? iya, saya tau ini aneh (banget). daripada saya kepikiran terus, mending saya ketik deh :v
Flame always accepted!
