Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Uzumaki Naruto/Hyuuga Hinata

Warning : AU, OOC, Typos, OC, Gag Jelas, Terlalu menghayal

Rated :T

Don't Like? Please, Don't read...

~AUREOLE~

Part-1

Pemuda berambut pirang itu sedang menikmati pemandangan dibawahnya, pemandangan desa tempat kelahirannya. Konohagakure. Ia baru kembali dari Suna dan sangat merindukan desa serta teman-temannya.

Mata biru terangnya sedang berusaha mencari sosok yang ia kasihi. Ia rindu warna rambut indigo, wangi lavender dan mata bulan milik gadis kesayangannya.

"Hokage-sama, anda sudah kembali? Tsunade-sama sedang menunggu anda," seseorang dengan seragam anbu sedang berlutut di sampingnya.

"Baa-chan? Apa ada masalah?" Tanyanya sambil tetap mengarahkan pandangannya pada kerumunan manusia dibawahnya.

Anbu itu tidak menjawab hanya mengangguk pelan "Sepertinya serius, baiklah aku segera kesana,"

Anbu itu segera menghilang. Naruto hanya bisa menghela nafas panjang. Padahal perang telah lama berakhir, tapi tetap saja ada yang ingin mengusik kedamaian yang telah susah payah ia bangun bersama teman-temannya.

Ingatannya kembali melayang saat ia dan yang lainnya meletakkan bunga lili putih pada tugu peringatan di konoha. Memperingati mereka yang gugur saat berperang. Masih jelas diingatannya tubuh yang bergetar dalam pelukannya, isak tangis pilu yang terus menyayat hatinya. Ya, masih sangat jelas ketika ia melihat mata bulan milik Hinata yang terus berair ketika mengantar kepergian kakak sepupunya Hyuga Neji.

Pelukan Naruto saat itu tidak dapat meredam kesedihan gadisnya. Ia hanya bisa mendampingi Hinata.

"Hidupmu kini bukan hanya milikmu Naruto, tapi juga milik yang lain," kata-kata Neji seperti selalu mengingatkannya. Mengingat pengorbanan teman-temannya.

Kakinya kini mengajaknya berlompatan di atas atap rumah para penduduk, tidak ingin mendengar amukan Godaime hokage, mengingat tenaga yang dimiliki salah satu legenda Sannin itu.

Dia mendengarnya. Mendengar suara lembut milik seorang gadis bermarga Hyuga dari balik pintu yang membatasi dirinya dan ruangan Hokage.

"Cepatlah masuk, Dobe! Jangan menguping," seseorang dengan mata hitam pekat mengagetkannya.

Naruto hanya bisa meringis pelan ketika kegiatan mengupingnya ketahuan oleh sahabat baiknya. "Hai, Teme! Bagaimana misimu? Lho ada Sakura-chan juga," mata shappire-nya menangkap sosok dengan rambut unik berwarna pink yang sedang mendekat ke arah mereka.

"Apa Tsunade Baa-chan juga memanggil kalian?"

"Hn.." Sasuke hanya memandang datar pintu di depannya.

"Naruto sebaiknya cepat buka pintunya, kalau tidak mau Tsunade-sama mengamuk" ucapan Sakura mengingatkan Naruto untuk segera membuka pintu di depannya.

Mata Naruto segera menangkap sosok gadis yang berdiri tidak jauh dari meja kerja Hokage. Helaian Indigo menyapu penglihatannya. Tanpa benar-benar sadar dirinya segera berlari kecil dan menenggelamkan tubuh mungil itu dalam pelukannya. "Kangen," bisiknya lirih saat menguburkan wajahnya pada rambut Indigo kesayangannya.

"Na..naruto...kun" Hinata hanya bisa terbata-bata ketika menyadari dirinya kini berada dalam pelukan mataharinya.

"Bisakah kamu berhenti membuatku kesal Rokudaime-sama?" Tsunade sedang berusaha menahan dirinya untuk tidak melemparkan salah satu pukulan ke kepala jabrik warna kuning milik Naruto.

"He..he..maafkan aku baa-chan," Naruto hanya memberikan cengirannya. Dengan tidak rela ia melepaskan pelukannya pada Hinata.

"Aku ingin kalian berempat menangkap seorang buronan yang kabur dari Konoha," Tsunade menatap mereka berempat dengan serius.

"Dia memiliki beberapa rahasia tentang Aureole" pernyataan singkat Tsunade membuat dahi keempatnya berkerut bingung.

"Aureole adalah salah satu organisasi gelap yang berkembang pesat setelah perang keempat. Mereka mengumpulkan anak-anak ataupun para warga yang menjadi korban akibat perang. Berkedokan balas dendam mereka melatih anak-anak itu untuk melakukan kejahatan besar. Salah satunya adalah membunuh para petinggi negara Hi,"

Naruto menggeram marah. "Apa-apaan itu? Aku akan memberi mereka pelajaran"

Tsunade melemparkan sebuah gulungan ke arah Naruto "Aku ingin kamu memimpin mereka Naruto, ini misi sulit jadi aku meminta kalian untuk berhati-hati,"

"Baik!" sahut mereka berempat bersamaan.

Mereka berempat keluar dari ruangan Hokage. "Jadi apa yang akan kita lakukan, Naruto?" Sakura memandang Naruto.

"Kita akan berangkat besok pagi, pukul tujuh semua sudah harus ada di depan gerbang desa, dengan perlengkapan masing-masing" Naruto memberikan perintah. Ketiga anggota timnya mengangguk.

"Sakura aku ingin kamu membekali masing-masing dari kami dengan antidot. Dijelaskan disini bahwa buronan yang kita cari ahli dalam racun," Sakura mengangguk mengerti.

Hinata memperhatikan kekasihnya yang sedang memberi petunjuk kepada kedua rekannya. Setelah dua bulan tidak bertemu, Naruto tidak banyak berubah. Mungkin hanya rambut pirangnya yang bertambah panjang menyerupai ayahnya, Yondaime.

"Jangan melihatku seperti itu Hime," Naruto masih serius memperhatikan tulisan pada gulungan yang ada pada pegangannya. Hinata hanya bisa menunduk dan merona. Sakura tertawa kecil ketika melihat reaksi Hinata dan Sasuke tetap saja berwajah datar.

"Baiklah. Cukup sampai disini, kalian boleh kembali dan beristirahat," Sakura dan Sasuke langsung menghilang dari tempat mereka berpijak.

Hinata baru saja hendak pergi ketika seseorang menarik tangannya dan memeluk erat tubuhnya. "Kamu tidak kangen padaku, Hime?"

Hinata sedikit berjinjit untuk meletakkan dagunya pada bahu Naruto yang berlapiskan jubah hokagenya.

"Aku kangen kok, Naruto-kun," Naruto mendekatkan wajahnya. Semakin dekat dengan bibir Hinata.

"Ehmm..Yo!" Sosok lain muncul dan menginterupsi kegiatan manis mereka.

Naruto menoleh dan siap memarahi siapa saja yang mengganggu kegiatannya. Dia mengurungkan niat ketika melihat sosok berambut perak sedang menatapnya.

"Ada apa Kakashi-sensei?" Naruto bertanya masih dengan tangan Hinata dalam genggamannya.

"Para tetua ingin bertemu denganmu, membicarakan misi yang akan kamu jalani besok Naruto," Kakashi diam di tempat. Menunggu.

"Haah..baiklah, Hime bisakah aku minta tolong," Naruto menatap gadis lavender miliknya.

Hinata mengangguk pelan. Naruto menyerahkan kunci apartemennya "Tolong siapkan keperluan untuk misi besok, karena sepertinya aku akan pulang malam. Kuncinya taruh saja di tempat biasa,"

"Etoo..baiklah..Na..Naruto...k-k..un" Hinata langsung terbata ketika mendapati keningnya dicium oleh Naruto. Naruto segera meninggalkan gadisnya dan berjalan menjauhi Hinata diikuti oleh Kakashi.

Bau citrus langsung menyambut Hinata ketika ia membuka pintu apartemen Naruto. Diperhatikannya apartemen Naruto yang bisa dikategorikan sangat berantakan.

Ia meletakkan ransel miliknya di atas sofa Naruto. Dan mulai menyingsingkan lengan jaket miliknya. Sepertinya akan lama untuk membersihkan apartemen milik kekasihnya, mengingat banyaknya barang yang tidak berada pada tempatnya.

Bisa dihitung banyaknya bungkusan ramen yang bertebaran dimana-mana. Pakaian kotor yang berserakan di dalam kamar Naruto dan makanan yang sepertinya dulunya segar, sudah tidak berbentuk karena membusuk akibat ditinggal lama oleh Naruto.

Hinata mulai membersihkan isi kulkas Naruto dan berharap dirinya tidak mual-mual ketika mulai mencium bau tidak sedap.

Selesai membersihkan dapur, Hinata beranjak ke kamar Naruto. Mengumpulkan pakaian kotor milik Naruto yang bertebaran dimana-mana. Ketika melewati meja disebelah tempat tidur Naruto, perhatian Hinata teralihkan ketika melihat tiga buah figura.

Figura pertama terlihat foto Tim 7. Wajah Naruto yang masih suka cengengesan itu membuatnya tertawa kecil. Matanya beralih ke foto kedua, matanya langsung berubah sendu melihat orangtua Naruto.

'Yondaime-sama, Kushina-san sekarang Naruto-kun sudah semakin dewasa. Sayang sekali anda tidak melihatnya menjadi hokage. Mungkin terlalu awal untuk mengatakan ini tapi, saya akan selalu melindungi Naruto-kun'

Matanya kini beralih pada figura ketiga yang memuat potretnya bersama sang Rokudaime Konoha. Terlihat Naruto yang sedang merangkulnya dan dirinya yang merona.

'Naruto-kun, semoga misi nanti kita semua berhasil. Bersama Uchiha-san dan Sakura-chan'

Hinata sedang bersenandung kecil sambil memasak ketika mendengar suara bariton khas milik Naruto.

"Tadaima, " Naruto masuk ke apartemennya dan mendapati kekasihnya sedang memasak.

Hinata menyahut dari arah dapur, "Okaerinasai, Naruto-kun"

"Kamu masih disini Hinata-chan?" lengan kekar berwarna tan itu sekarang melingkari pinggang Hinata dari belakang.

Wajah putih Hinata langsung merona ketika Naruto mencium bahunya yang tertutup jaket. "Na..naruto-k..kun biarkan aku me..menyelesaikan ini..dulu,"

Dengan enggan Naruto melepaskan pelukannya, dan duduk di meja makan sambil menunggu Hinata selesai dengan pekerjaanya. Ketika duduk ia baru memperhatikan apartemennya.

Cukup satu kata untuk menggambarkannya kini. Bersih.

Rasanya ketika ia pergi, apartemennya masih dalam kategori mengerikan kenapa sekarang bersih? Sangat tidak mungkin ada malaikat yang berbaik hati membersihkan apartemennya.

Ketika melihat Hinata yang sedang menaruh sepiring nasi goreng di hadapannya, dia tahu siapa malaikat itu.

"Arigatou ne..Hime" Hinata tersenyum manis ke arahnya. "Sebaiknya Naruto-kun segera mandi sebelum makan malam," Hinata mengingatkan ketika Naruto sudah hendak memasukkan sesuap besar nasi goreng ke dalam sistem pencernaannya.

Ia memandang Hinata yang kini sedang berkacak pinggang memperingatkannya.

"Hai..Hai..Hime-sama,"

Sambil menunggu Naruto yang sedang mandi, Hinata duduk dengan tenang di meja makan.

'Beginikah rasanya jika menunggu Naruto-kun tiap hari? Kalau kami menikah..' lamunannya terhenti seketika.

"Mee..nii..kah?" Hinata bergumam tidak jelas sambil menunduk dan merona.

"Ada apa Hime?" Naruto mendapati kekasihnya sedang menunduk dalam-dalam.

Hinata terlonjak ketika Naruto memanggilnya dan kembali merona ketika ingat dengan lamunannya.

Naruto mendekati Hinata, ia merasa ada yang aneh dengan Hinata. "Hime?"

"Ee..to..tidak ada kok Naruto-kun," Hinata tersenyum meyakinkan.

"Ya sudah..ayo kita makan," Naruto menatap nasi goreng di hadapannya dengan mata berbinar-binar "Itadakimasu,"

"Astaga Hinata, ini enak sekalii! Kamu pasti akan menjadi istri yang baik,"

Wajah Hinata langsung memerah. "Iss..tri..i?" Hinata terbata-bata.

Naruto terkekeh pelan ketika mendapati Hinata memerah seperti itu. Dia selalu suka dengan wajah memerah Hinata.

"Apa Hiashi-sama mengijinkan Hinata?" Naruto bertanya dengan wajah serius ketika mendengar permintaan Hinata untuk menginap diapartemennya.

Dia tidak ingin Hinata dimarahi hanya untuk nekat menginap di apartemennya.

"Tou-san hanya mengangguk, lagi pula dirumah sudah tidak ada siapa-siapa. Tou-san dan Hanabi sedang pergi,"

Naruto tersenyum "Baiklah, ayo pergi tidur. Sekarang sudah malam,"

Hinata mengangguk dan sudah bersiap-siap untuk berbaring diatas sofa ruang tamu, ketika Naruto menahannya.

"Kamu mau tidur dimana Hime?"

"E..to..di sofa, Naruto-kun,"

Mendengar itu Naruto hanya diam, segera diambilnya selimut Hinata dan menyeretnya menuju kamar tidur miliknya. "Kamu pikir aku akna membiarkanmu tidur di sofa, Hime?Yang benar saja,"

"Na..na..ruto..kun? Lalu, aku tidur dengan siapa?"

Naruto membuka pintu kamarnya, "Tentu saja denganku,"

"EEEE?"

~TBC~

Minna-san..dozo-yoroshiku onegaishimasu...

Saya pendatang baru,

Jadi mohon Review yang membangun ya..^^

Arigatou-gozaimasu ^_-

Salam hangat,,

Yuu.