Shitteru

Assassination Classroom ©Matsui Yusei

Shitteru ©undeuxtroisWaltz

Request dari SheraYuki yang baru sempet diselesain

Warnings : Sho-ai, typos, bahasa campuran baku+non-baku, humor(maybe),romance, fluff, adanya kata-kata ambigay(?), terlalu banyak dialog/buat drama aja sekalian, rada OOC, etc.

Rate : T

Genre : Romance/Hurt/Comfort

Pair : AsaKaru(main), slight MaeIso, slight AsaIso, slight NagiKaru. All hail AsaKaru!

.

.

.

Shitteru

.

.

.

Otanoshimishimashou~

.

.

.

Tuesday, July 21, 20XX

Zraaaaaaaaashhh—

"Ramalan cuaca sialan! Ini belum 1 April, setidaknya jangan membuat lelucon menyebalkan seperti ini!" Seorang pemuda bersurai merah mengeluh akan prediksi cuaca yang salah—kemarin. Yah, karena kemarin diberitakan bahwa hari akan cerah dan akhirnya hujan deras turun maka kali ini dia tidak mempercayai ramalan cuaca lagi. Padahal hari ini diberitakan bahwa hujan lebat akan turun.

Pemuda itu terus mengumpat sambil berlari menuju halte bus terdekat.

"Sialan, sialan, sialan! Tch, aku akan—mem-biiiip—dan—biiiip mereka! Benar-benar biiiiip!" Sebaiknya pasang penyumbat telinga kalian kalaukalian tidak ingin mendengarkan sumpah serapah yang keluar dari mulut pemuda bersurai merah ini.

Pemuda bersurai merah itu bernama Akabane Karma, pintar dalam akademis maupun atletik, tam—manis, dan usil. Jangan lupakan sifatnya yang terakhir. Oh, iya dia juga sedikit tsundere.

Pemuda itu kemudian melanjutkan acara sumpah serapahnya, "Lihat saja ak—"

Bruk

Acara mengomel Karma mendadak berhenti saat ada seseorang menjatuhkan bokongnya tepat di sebelahnya. Ia menoleh untuk menemukan siapa yang berani menginterupsi acara sumpah-serapahnya.

Pemuda bersurai jingga dengan seragam yang sama dengannya. Ia tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup rambutnya. Tapi, sepertinya pemuda di sampingnya cukup tampan. Tunggu..

Kenapa dia berpikir seperti itu hah?! Jelas-jelas kalau dia paling tampan—ibunya selalu berkata begitu. Lagipula mengagumi sesama lelaki itu benar-benar tidak normal! Mungkin ini karena terlalu lama sekelas dengan Isogai. Setiap harinya pemuda itu selalu di hampiri oleh kekasihnya dari kelas sebelah. Ia dan kekasihnya selalu tebar kemesraan di kelas saat jam istirahat. Bukan, bukannya Karma iri, tapi—begitulah. Karma hanya merasa—risih.

Dia—bagaimana menjelaskannya ya—berbeda. Maksudnya saat lelaki normalnya akan berpacaran dengan perempuan, dia malah berpacaran dengan Maehara. Pemuda berambut pirang kecoklatan dari kelas sebelah. Catat itu, PEMUDA! Oh, ayolah, Karma masih normal. Setidaknya untuk saat ini.

'Tch, ingatkan aku untuk tidak dekat-dekat dengan Isogai dan kekasihnya." Batin Karma.

Tapi kau tahu—

—sepertinya itu mustahil.

Merasa dirinya dipandangi, Asano menolehkan kepalanya kearah Karma. Cuma perasaan Karma atau memang pada saat Asano menoleh, rambutnya yang sedikit basah karena kehujanan terkibas sehingga membuat air hujan yang membasahi rambutnya beterbangan. Apa itu hanya efek?

Karma dan pemuda itu saling bertukar pandang. Sekarang Karma dapat melihat wajahnya dengan jelas, wajahnya lebih tampan dibanding apa yang Karma bayangkan. Tatapan mata yang tajam, iris violet yang menghipnotis, bulu mata yang lentik, pipi tirus, hidung yang mancung, bibir yang tipis..ah, Karma sedikit salah fokus. Jangan lupakan bahwa masih ada air yang dengan setianya menetes dari surai jingga pemuda itu. Benar-benar seperti pangeran dari negeri dongeng.

Karma masih mengagumi ketampanan pemuda itu, bahkan ia sampai tidak berkedip. Kalau ini shoujo manga dan Karma jadi heroinnya pasti ia akan merona sekarang. Sayangnya ini bukan shoujo manga tapi berhubung fic ini bergenre sho-ai hal itu diperbolahkan.

Karma masih melanjutkan aktivitasnya sampai sebuah suara mengiterupsinya, "Mengagumi wajahku, heh? Aku tahu aku tampan."

Karma tersentak kaget dan sedikit merona karena dia ketahuan mengamati—wajah tampan—si pemuda.

Karma mencoba menenangkan diri dan mulai membalas perkataan—narsis walaupun benar— pemuda itu.

"Heeeh~ Kau pikir begitu? Aku hanya sedang mengamati—mata Karma meneliti pemuda itu sekali lagi untuk mencari alasan—benda yang ada di lenganmu itu. Jadi kau Ketua OSIS ya? Pasti kau sangat sibuk sampai aku tidak mengenalimu." Ucap Karma menyeringai senang karena dapat membalas perkataan pemuda itu.

Pemuda bersurai jingga itu terdiam sejenak sambil menatap Karma, kemudian menyeringai.

"Heh, tidak perlu mencari alasan, aku tahu kalau pesonaku benar-benar memikat. Baik gadis-gadis remaja, maupun lelaki sepertimu. Lagipula, kau tidak perlu merona kalau kau memang benar tidak mengamati wajahku, atau pernyataanku sebelumnya memang benar, Akabane Karma?"

'A-apa?! Pemuda ini benar-benar menyebalkan. La-lagipula a-aku tidak merona!' Karma sedang in-denial dengan dirinya.

"H-hah?! Siapa yang mengamatimu? Jangan terlalu percaya diri! Walaupun wajahmu tampan, aku—" Uh-oh, Karma keceplosan.

Karma menghentikan ucapannya dan ia bisa merasakan bahwa wajahnya memerah. Oh, dimana sebuah lubang saat dibutuhkan? Karma ingin sekali mengubur dirinya sedalam mungkin saat ini.

Ayolah, memuji seseorang yang bergender sama denganmu itu sama sekali tidak keren. Apalagi saat kau ketahuan mengamatinya di pertemuan pertama -benar memalukan.

Pemuda itu terkekeh kecil melihat reaksi Karma."Jadi kau tipe tsundere ya? Manis sekali."

Manis? Hei, dia ini laki-laki! "Aku laki-laki!" Ucap Karma setelah berhasil menormalkan kembali wajahnya.

"Fakta bahwa kau seorang laki-laki tidak mengubah kenyataan bahwa kau manis." Balas pemuda itu. Ah, kalimat tidak efektif macam apa itu?

Karma hanya mendecih yang dibalas dengan seringaian kecil si pemuda bersurai jingga itu.

Tunggu dulu…Karma merasa melewatkan suatu hal, "Kenapa kau bisa mengetahui namaku?"

"Hmm, kenapa ya? Karena aku adalah stalkermu, mungkin?" Jawab pemuda itu yang langsung di hadiahi death glare dari Karma.

"Aku hanya bercanda, jangan menatapku seperti itu. Aku tahu daftar murid-murid berprestasi di sekolah. Kau masuk peringkat 2 'kan di ujian akhir semester lalu. Seharusnya kau masuk ke kelas A, tapi karena kau membolos di saat pengumuman pembagian kelas dan akhirnya kau dipindahkan ke kelas B. Sayang sekali ya, Akabane, padahal harusnya kita sekelas." Ucap pemuda itu panjang lebar.

"Oh, begitu ya. Aku tidak tertarik untuk masuk di saat hari pertama. Lagipula sekolah masih belum memulai pelajaran 'kan? " Balas Karma acuh tak acuh.

Pemuda itu menghela napas sebelum menjawab, "Itu memang benar, tapi setidaknya jangan bolos, Akabane."

"Hn, akan kuingat nasihatmu. Ngomong-ngomong, rasanya tidak sopan kalau aku tidak memperkenalkan diriku—walaupun aku tahu kau sudah mengetahui identitasku. Namaku Karma, Akabane Karma. Kau sendiri?"

"Ah, benar juga ya. Aku sampai lupa. Namaku Gakushuu, Asano Gakushuu. Salam kenal ya, Akabane." Asano tersenyum sambil mengukurkan tangannya.

Karma tersenyum dan menjabat tangan Asano "Salam kenal juga, Asano-kun"

.

.

.

Hening menyelimuti Asano dan Karma. Mereka sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Baru saja Karma ingin mengatakan sesuatu untuk memecah keheningan, niatnya itu terhenti karena melihat dua orang lelaki bergandengan tangan sambil berlari-lari kecil menerobos hujan.

Dua orang pasangan yang harus Karma jauhi agar tidak membuatnya belok sedang menuju ke arahnya. Sepertinya takdir sedang memasang troll face sekarang.'Well, shit.' Batin Karma.

Ia menoleh ke arah Asano dan menyadari perubahan ekspresi pada wajahnya. Dia terlihat—terluka, mungkin? Ekspresinya sulit dijelaskan.

"Wah, Akhirnya sampai juga—hei, Isogai! Seragammu terlalu basah! Sudah kubilang 'kan untuk memakai jaket yang kubawa, kalau kau sakit bagaimana?!" Marah pemuda berambut pirang kecoklatan kepada pemuda yang dipanggilnya Isogai itu.

"T-tapi, akan jadi tidak adil kalau hanya aku yang tidak kehujanan. Ma-makanya aku tidak memakai jaketnya." Ucap Isogai sambil menunduk antara takut dan merasa bersalah. Wajahnya juga memerah karena hujan-hujanan tadi.

"Haaah.." Maehara menghela napas atas kelakuan kekasihnya itu.

"Lain kali, jika ada kejadian seperti ini lagi, pakai jaketnya. Kau bisa sakit, lihat wajahmu sampai pucat dan dingin seperti ini."Maehara mengusap pipi Isogai yang membuat semburat merah muncul di pipi kekasihnya

Mungkin sebentar lagi, Maehara akan meng'hangat'kan Isogai sebelum—

Plak

—Karma menepuk kedua tangannya.

"Wah, sepertinya di sini banyak nyamuk, padahal tadi tidak ada. Apa ini karena hujannya tambah deras?" Ucap Karma sambil asyik berplak-plak ria. Menghiraukan ketiga orang yang sedang menatapnya dengan pandangan yang berbeda-beda.

'Terimakasih, Akabane.' Ini Asano.

'Tch, jangan mengganggu, Karma!' Kalau yang ini Maehara. Dia masih tidak terima karena 'acaranya' tadi batal.

'Apa Karma sedang main permainan tepuk nyamuk?' Yang paling tidak mengerti akan situasi ini Isogai.

"Waaaah~ Kurasa nyamuknya sudah pergi~" Ucap Karma pada akhirnya.

"Aka—" Asano baru ingin mengucapkan terimakasih sampai si surai merah berkata dengan ceria, "Lihat, hujannya sudah berhenti!"

Asano melihat ke arah langit dan melihat tetesan-tetesan air dari langit itu telah berhenti.

"Wah, lihat Maehara-kun! Hujannya sudah berhenti!" Ucap Isogai sambil tersenyum ke arah kekasihnya.

"Kau benar, sebaiknya aku mengantarmu pulang, Yuuma. Duluan ya, Asano-kun, Karma-kun!" Pemuda yang bernama Maehara itu melambaikan tangannya ke arah pemuda jingga-merah yang masih berdiri di halte bus itu.

"M-mae—" Isogai ingin protes karena Maehara memanggilnya dengan nama kecilnya di depan teman-temannya. Tapi apa boleh buat, tangannya sudah keburu di tarik oleh pemuda berambut pirang kecoklatan itu.

Sekarang tinggal mereka berdua, lagi, di halte bus itu.

"Jadi—kau tidak berencana untuk menginap di sini 'kan?" Tanya pemuda besurai merah itu memecah keheningan.

"Tidak juga, kalau kau ingin menemaniku, kurasa menginap di sinipun tidak masalah." Balas pemuda berambut jingga itu.

"Bahkan tidak dalam mimpimu, Asano-kun." Ucap Karma sambil berjalan pergi.

"Heh, kenapa kau marah? Apa kau cemburu, Akabane?" Goda Asano.

"…Tidak juga, kenapa aku harus?" Tanya Karma balik sembari melirik Asano.

"Karena aku menyukai Isogai, mungkin?"

Jawaban yang simpel.

Karma terdiam, ada perasaan tidak enak di dadanya. Ahaha, itu tidak mungkin. Karma tidak percaya teori Love at first sight atau cinta pada pandangan pertama. Jadi, Seorang Akabane Karma tidak mungkin jatuh cinta pada Asano Gakushuu.

Tapi kenapa dadanya terasa sakit saat Asano berkata bahwa dia menyukai Isogai?

Karma berbalik mengahadap Asano, "Fuh, jangan bercanda. Kita bahkan baru kenal tadi, jangan membuatku tertawa."

"Hei, kau percaya pada cinta pada pandangan pertama?" Tanya Asano.

"Ah, maaf, aku berada terlalu jauh untuk mendengarmu~ Mata ne, Asano-kun~" Karma berjalan pergi sambil melambaikan tangannya.

"Aku tahu kalau kau bisa mendengarku, Karma." Ucap Asano lebih pada dirinya sendiri dan berjalan pulang.

.

.

.

TBC

Author's note :

Haloo/gegulingan/

Bagus bener emang, kena wb selama setengah tahun lebih/slapped

Mau ngelanjutin, laptop malah error. Alhasil baru sempet dilanjutin sekarang.

Sebenernya mau buat one-shot tapi wordsnya kebanyakan, nanti males baca. Jadi dibuat multichap. Gak akan lama update kok, kecuali kuota tiba-tiba teleportasi.

Akhir kata, RnR jika berkenan. Terima kasih.