Cahaya redup dan bau amis darah menguar bebas menembus jeruji-jeruji baja. Membuat suasana menjadi menakutkan dan mencekam disaat yang bersamaan. Sesekali terdengar bunyi baku hantam dan makian-makian beberapa orang dalam satu jeruji. Menambah kesan betapa mengerikannya kondisi di tempat ini.
Tapi toh, itu adalah hal yang biasa. Karena ini adalah tempat dimana perasaan akan membunuhmu. Tempat dimana kekuatan akan dengan mudah menanamkan rasa takut ke otak.
Karena ya, ini adalah penjara. Penjara yang dirancang khusus untuk membunuh setiap sisi kemanusiaan. Penjara dengan sistim membunuh yang menakjubkan.
Jadi selamat datang, dan ucapkan selamat tinggal pada perasaan. Juga, bersiaplah untuk saling membunuh...
Di "Homicide Jail".
"Homicide Jail"
Disclaimer : Matsui Yuusei is one and only owner
Assassination Classroom
Author : This story is mine, Veronika
Warning : AU, OOC, Typo, and ect.
Don't like, Don't read
BUGGHH.. BUGGHH... JDUAK...
Bunyi baku hantam dan suara jeruji baja yang bergetar itu merambat kesetiap sudut lorong. Membuat sebagian penghuni sel bergidik ngeri dan memeluk lutut mereka disudut. Dan sebagian lagi hanya bersikap acuh tak acuh lantaran telah terbiasa.
Namun suasana itu berubah saat terdengar bunyi pisau yang menghujam sesuatu. Yang kemudian disusul oleh jerit kesakitan yang menakutkan. Dan menyedihkan.
Sebagai penutup, tahanan-tahanan yang tengah menahan napas itu dibuat ngeri oleh suara tawa psikopat yang membahana. Membuat suasana yang dasarnya telah mencekam itu menjadi semakin menakutkan.
Sangat menakutkan, untuk setiap orang yang yang masih memiliki rasa takut dalam otak mereka. Tapi dia , seseorang di dalam sel paling ujung, adalah pengecualian dari setiap orang yang masih memiliki rasa takut itu.
Karena sejujurnya, dialah penyebab yang paling menakutkan dari rasa takut itu sendiri.
.
.
"Hei kau, mulai hari ini kau akan mendapat seorang target lagi." kata seorang pria berseragam Sipir.
Pistol yang ada ditangannya menodong dengan angkuh melewati jeruji-jeruji baja di depannya. Membidik tepat dikepala seorang pemuda yang tengah terduduk santai di sudut sel.
"Dia masih baru, jadi kusarankan jangan terlalu terburu-buru untuk menyantapnya." kata pria berseragam itu lagi, dan kali ini dilengkapi dengan seringai merendahkan yang terpampang jelas diwajahnya.
Pistolnya masih mengacung dengan angkuh, membidik kepala bersurai merah. Sementara sang target bidikan, masih duduk dengan santai dengan tidak kalah angkuhnya. Kepala yang mendongak dengan mata bosan.
"Hei bodoh, kau dengarkan apa ya―"
Seet.. JDUAKK...
Gerakan tubuh dengan kecepatan menakjubkan itu menghentikan kata-kata penuh keangkuhan sang Sipir penjaga. Gerakan tangan yang indah sekaligus mematikan. Dengan cepat merebut pistol dan dengan satu hentakan keras menarik tangan Sipir penjaga itu.
Membuat satu benturan yang sangat kuat dan, ―mematikan-. Darah segar mengalir didahi sang Sipir. Turun melewati matanya yang masih membesar tak percaya. Gerakan yang terlalu cepat hingga membuat otaknya bekerja lambat memproses informasi.
"Pak Sipir tenang saja, aku akan memperlakukannya dengan baik seperti perintah mu~" kata-kata manis itu berbanding terbalik dengan aura apa yang dikeluarkan oleh sang pembicara.
"KA.. KAU... LEPASKAN AKU!..." jerit ketakutan keluar dari mulut pria berseragam. Membuat sang tahanan yang tengah menodongkan pistol tepat didahinya menyeringai puas.
"As you wish, sir." balasnya dan langsung melepaskan cengkramannya pada kemeja sang Sipir.
Buurghh...
Lepasnya cengkraman itu membuat sang Sipir terduduk lemas. Dan dengan keringat dingin ketakutan yang membasahi tubuhnya Ia merangkak mundur membentur jeruji-jeruji baja sel dibelakangnya.
Ia berani bersumpah, untuk sesaat tadi, Ia benar-benar merasakan apa yang disebut dengan, ―ketakutan- sebagai target. Dengan dia sebagai mangsa dan predator didepannya.
Tubuhnya bergetar hebat. Mengingat betapa mengerikannya aura yang dipancarkan oleh pemuda berambut merah dihadapannya. Aura seorang pembunuh terlatih.
Sementara sang Sipir masih terduduk ketakutan, sang tahanan berambut merah itu malah memainkan pistol hasil rebutannya itu dengan santai. Melempar-lemparkannya keudara dengan kelihaian tangan yang mengagumkan. Sedetik kemudian, secepat kilat Ia menarik pelatuk dan menodongkannya kearah sang Sipir.
Membuat Sipir yang tak berdaya itu menahan napas ketakutan. Bayangan malaikat kematian benar-benar ada di depan matanya sekarang. Hingga
Praakk...
Pistol itu meluncur begitu saja dilantai dekat Ia duduk. Masih dengan pelatuk yang tertarik, dan moncong pistol mengarah kekakinya.
"Pak Sipir tenang saja. Aku ingin cepat bebas, jadi aku tidak akan membunuh mu." kata sang tahanan santai sambil berbalik berjalan kesudut tempatnya duduk tadi.
"Dan pistol Revolver itu terlalu tua, aku jadi tidak berminat menggunakannya. Tapi kalau pak Sipir memberikan HK MP5 kepada ku, sepertinya itu akan lebih menyenangkan untuk melubangi kepala mu." lanjutnya sambil menoleh kearah sang Sipir yang tak berdaya. Memperlihatkan mata crimson yang berkilat dalam cahaya redup lampu lorong. Sepasang mata yang persis seperti mata Malaikat Kematian.
"G.. GYAAAAA!..." jerit takut Sipir itu sambil berlari di sepanjang lorong dengan membabi-buta.
Meninggalkan desas-desus cemooh para tahanan baru. Sementara para tahanan 'senior', hanya terdiam melihat tingkah Sipir pengecut yang tengah berlari di depan sel mereka. Karena para tahanan 'senior' sebagian besar telah merasakannya sendiri.
Betapa menakutkan dan mengerikannya, aura pembunuh milik tahanan berambut merah di sel paling ujung.
.
.
Suasana disini masih sama. Tidak berubah dari hari kehari. Penuh dengan udara lembab, berbau karat dan darah. Suasana yang memuakkan.
Dan pandangan tiap orang disini pada ku juga masih sama. Pandangan campuran antara rasa takut dan menghormati. Ya, walaupun aku bisa merasakan rasa takut mereka jauh lebih besar.
Tapi aku tidak perduli lagi seperti apa pandangan mereka. Hampir dua tahun ditempat ini membuat keperdulianku mati. Mati bersama sisi kemanusiaan dan perasaan.
Tapi tidak apa-apa. Karena aku tahu, kau masih dan akan selalu menatapku dengan cara yang sama. Aku benar kan?
Aku ingin cepat bebas. Karena aku sudah merindukanmu. Jadi aku akan berusaha bersikap sebaik mungkin yang aku bisa selama disini.
Jadi, kau juga harus menunggu ku, ya?..
TO BE CONTINUE
