SO WRONG SO RIGHT

.

.

.

Disclaimir : Masashi Kishimoto

Pairing :Naruto Namikaze X Hinata Hyuga

Rated M

Chapter 1

"Hiks..Hiks..Hiks.."

Wanita bersurai indigo panjang terduduk di depan meja riasnya, mata bulan nya menjadi merah karna tangisannya. Tangisan tertahan membuat siapapun yang mendengarnya menjadi ikut merasakan kesedihan yang tengah dialaminya. Wanita Hyuga bukan lagi melainkan wanita Namikaze tersebut tengah menangisi apa yang tengah di alaminya. Hinata Namikaze lebih lengkapnya tengah menangisi suaminya yang sedang berada di pelukan istri lainnya. Naruto Namikaze putra tunggal Minato Namikaze dan Khusina Namikaze yang sekarang menjadi pemimpin tunggal perusahan Namikaze Corp yang paling terbesar di dunia mempunyai tiga orang istri.

Hinata POV

Tak seharusnya aku menangis seperti ini karna aku tau bahwa ini keputusanku. Aku pun tau bukan hanya aku yang sedang menangis seperti ini, bukan hanya aku yang terpukul seperti ini. Shion-san, maupun Yesha-san pasti akan seperti ini jika Naruto-kun menghabiskan malam denganku. Aku tau sejak awal ini salah, tak seharusnya aku menerima lamaran Naruto-kun, tapi disisi lain ini benar untukku yang sangat mencintai Naruto-kun.

"Hiks…Hiks…Hiks.." aku tak dapat menghentikan airmata yang terus menetes. Aku tak tau harus berbuat apa aku terlalu takut untuk membayangkan apa yang tengah Naruto-kun dan Yesha-san lakukan. Aku terlalu sakit untuk memikirkannya.

TOK..TOK…TOK

Aku menghapus air mataku ketika mendengar pintu kamar ku diketuk. Aku memandang diriku di cermin aku memperbaiki sedikit riasanku agar tidak terlihat bekas air mataku. Aku berjalan menuju pintu kamarku.

Cklek…

"Naruto-kun…." Ucapku terkejut. Naruto-kun hanya tersenyum simpul melihat kebingunganku.

"Boleh aku masuk?" tanya Naruto-kun

"Ah…Ha'I" aku mempersilahkan Naruto-kun masukdan duduk di pinggir ranjang aku masih mematung saat pertama kali aku membuka pintu.

"Kemarilah Hime.." kata Naruto-kun sambil menepuk sampingnya.

"Ah…" aku pun menutup pintu kamarku dan berjalan duduk di samping Naruto-kun. Aku tak berani memandang wajah tampan Naruto-kun. Namun, aku tau Naruto-kun memandangku dan masih dengan senyum yang dapat meluluh lantahkan duniaku.

Tangannya mengelus suarai panjangku, aku masih terdiamdan tertunduk menatap karpet di bawah.

"Kenapa kau menundukkan wajah cantikmu?aku jadi tak dapat memandang wajahmu?" tanya Naruto-kun dengan lembut masih mengelus kepalaku.

Aku memberanikan diri untuk mengangkat kepalaku dan menatap wajah tampannya. Ku telusuri wajah tampannya dengan mata amethysku.

"Kenapa Naruto-kun kemari?" tanyaku

"Emang aku tak boleh berada di kamar istriku sendiri?"

"Bu..kan..be..gitu" jawabku gugup

"Lalu?"

"Inikan waktunya Naruto-kun dengan Yesha-san?aku tak mau jika dibilang Naruto-kun tak adil dengan istri istri Naruto-kun?" tanyaku panjang lebar. Naruto hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku. Lama taka da jawaban aku masih bersabar memandang wajah tampan suamiku

"Entahlah…"Naruto-kun mengambil jeda pada perkataanya. " Aku tak tau Hime, ketika kau datangmenjadi istriku aku tak dapat melupakan dirimu. Aku tak pernah merasakan hal seperti ini".

Aku terdiam mendengar penjelasaan Naruto-kun, sedikit terkejut dengan penjelasaannya. Namun, aku yakin bukan hanya padaku dia berkata seperti itu. Aku tersenyum miris mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Bukankah Naruto-kun mencintai Yesha-san,dan Shion-san.?" Tanyaku setelah cukup lama kami terdiam

Naruto-kun membuang mukanya menghadap kedepan aku masih memandang dari samping wajahnya.

"Hm…Iya aku fikir aku dulu mencintai kalian bertiga secara sama namun semenjak kehadiranmu entah mengapa hatiku selalu terbesit sosok dirimu" aku terdiam tak dapat berkata kata.

"Kenapa Naruto-kun tak bersama Yesha-san?" aku mengulang pertanyaanku yang tadi belom dijawabnya

"Hm..aku dari sana namun saat aku ingin berhubungan badan tiba tiba dirimu hadir dalam pikiranku, dan entah kenapa aku tak bisa melanjutkan lagi" aku kembali tercengang dengan jawaban suamiku antara senang dan takut. Senang karna aku menjadi satu satunya di hatinya, takut jika suatu saat Yesha-san dan Shion-san membenci aku. Aku tau Shion sejak pertama sudah membenci aku karna cuman padaku Naruto-kun memanggilku Hime.

Namun Yesha-san aku tak mau dia membenciku karna dia sangat baik padaku. Istri pertama Naruto-kun yan dapat mengerti aku. Aku terdiam cukup lama. Sampai tangan kekar memeluk tubuhku dengan pelan dan lembut.

Dan entah mengapa aku merasa sangat bahagia di perlakukan seperti ini.

Hinata POV End

Hinata meresapi pelukan yang diberikan Naruto. dan membalas pelukan suaminya. Naruto melepaskan pelukannya. Wajah tampannya memandan wajah cantik Hinata. Mata birunya menatap dalam mata bulan wanita di depannya. Lama kelamaan Naruto memutus jarak diantara bibir mereka berdua. Naruto memberikan ciuman pada Hinata, bukan ciuman nafsu namun ciuman kasih sayang.

Namun, ciuman itu berubah menjadi lumatan lumatan panas. Bibir Naruto turun ke leher jenjang Hinata mencium dang menghisap memberikan bekas merah pada leher Hinata.

"ah..Ah..Na..ru…"desahan keluar dari bibir seksi Hinata menambah bergairah Naruto. permainan semakin panas. Naruto yang tak dapat menahan hasratnya. Melepas paksa kimono yang dipakai Hinata. Menyisahkan dalaman yang di kenakan Hinata. Berhenti dan memandang tubuh Hinata dengan Intens. Membuat rona merah di wajah cantik Hinata.

'Manis' batin Naruto

Naruto merebahkan tubuh Hinata dengan pelan takut jika tiba tiba tubuh itu akan hancur. Mencium bibir mungil Hinata kembali dan tangannya bermain di atas dada Hinata. Lengkuhan dan desahan erotis Hinata membuat naruto tak dapat menahan mengeksplor tubuh Hinata secara lebih lagi.

Bibir Naruto mengulum dada Hinata, dan jari Naruto berganti meraba daerah kewanitaan Hinata. Naruto sudah tak tahan untuk memuaskan hasratnya karna sesuatu di dalam celananya udah melesak pingin keluar.

Dengan cepat kilat Naruto melepas pakaiannya. Dan tanpa aba aba memasukkan kejantaannya ke dalam kewanitaannya Hinata.

"Aaaaahhhhhhhh"lenguhan panjang di keluarkan Hinata karna melepaskan kenikmatannya mala mini.

Setelah penyatuan itu Naruto beralih kesamping Hinata, menarik selimut menutupi tubuh telanjang mereka berdua.

"Oyasumi Naruto-kun"

"Oyasumi Hime" setelah mengucapkan itu Hinata memejamkan matanya, namun tidak dengan Naruto pikirannya masih menerawang.

Naruto POV

"Hah…"ku hela nafasku. Kupalingkan wajahku menatap wanita di sampingku. Entah mengapa ada perasaan lain yang menjalar di hatiku yang tak pernah kurasakan pada kedua istriku yang lain. Padahal aku tau aku mencintai mereka bertiga dengan sama. Namun kenapa akhir akhir ini aku tak dapat melepaskan banyanganku dari wanita di sampingku ini.

Apa ini yang namnya jatuh cinta, hatiku terasa berdebar tak karuan ketika menatap matanya. Hatiku sakit ketika dia tersenyum dengan semua laki laki, hatiku bagai tertusuk duri ketika melihat dia menangis karena ku. Apa aku mengambil keputusan seperti apa yang dikatakan Sasuke sahabatku.

"Argh…"aku menjambak rambut pirangku frustasi aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Aku lelah dengan pikiranku aku memutuskan untuk tidur dan aku berbalik menghadap Hinata dan memeluknya aku takut mimpiku pun datang menghampiriku.

.

.

.

Matahari telah menduduki singgasananya. Cahaya masuk menerobos melalui jendela kamar Hinata. Hinata menggeliat dan dengan perlahan menampilkan iris amethysnya. Ia mencoba mendudukkan tubuhnya namun, sepertinya sepasang tangan kekar tengah memeluknya dengan erat seakan tak ingin kehilangannya. Hinata menampilkan senyum manisnya mengetahui suaminya masih bertahan dengannya hingga pagi menjelang. Dengan perlahan Hinata menyingkirkan tangan suaminya takut gerakannya dapat membuat suaminya terbangun.

Hinata terduduk mengambil kimononya yang berserakan dilantai akibat ulah suaminya semalam. Hinata berjalan menuju kamar mandi. Setelah 10 menit Hinata keluar dengan tubuh hanya memakai kimono handuknya. Masih menatap suaminya yang masih terlelap tidur diranjangnya.

Hinata menghampiri suaminya. "Naruto-kun" panggil Hinata dengan mengguncankan tubuh suaminya pelan.

"Engh…"hanya erangan yang dilakukan suaminya. Namun, Hinata tetap bertahan untuk membangunkan suaminya.

"Naruto-kun" tiba tiba tubuh Hinata ditarik oleh Naruto hingga sampai tubuh Hinata oleng jatuh menimpa badan kekar Naruto.

"Na..Na..Ruto-kun"dengan terbata memanggil nama suaminya dengan semburat merah muncul dipipi putihnya.

"Engh…"erangan Naruto ditelinga Hinata membuat Hinata merasa geli dan merasakan sensasi yang begitu menggetarkan. Namun segera ia tepis pikiran kotor di otaknya. Hinata berusaha untuk melepas dirinya dari pelukan Naruto,namun ternyata pelukan Naruto makin erat.

Setelah berarapa menit lewat akhirnya Hinata dapat terbebas dari pelukan sang Namikaze. Hinata berjalan keluar dari kamarnya,menuju dapur untuk membantu para maid menyiapkan sarapan untuk keluarga Namikaze.

Tanpa Hinata sadari sepasang mata biru langit menatap tubuh mungil Hinata yang berjalan keluar dari kamar. Dengan sedikit senyum yang terlukis di wajah tampannya. Naruto sangat bersyukur bisa menjadikan Hinata istrinya walau dibilang istri ketiganya.

.

.

.

Hinata POV

Aku turun kelantai bawah menuju dapur. Pandanganku tertuju di meja makan ternyata Yesha-san dan Shion-san sudah duduk manis di meja makan. Aku tersenyum melihat mereka berdua. Yesha-san membalas senyumku dengan tulus dan mengalihkan pandangannya ke dokumennya lagi. Yesha-san seorang Presiden di Cullen Corp. walaupun telah menikah dengan Presdir dari Namikaze dan Uzumaki Corp. tapi Yesha-san masih tetap menjadi pemimpin di Cullen Corp. kedua orang tua Yesha-san sudah lama meninggal dan akhirnya Yesha-san yang melanjutkan kepemimpinannya. Walaupun Perusahaannya berada di Suna namun Yesha-san jarang ke Suna hanya sesekali ia kesana jika ada rapat yang sangat mendesak dan Perusahaannya diserahkan pada orang kepercayaannya Kakashi Hatake. Kakashi-san yang mengurus Cullen Corp. di Suna.

Pandanganku beralih kearah wanita berambut pirang beriris ungu yang tengah mengoles roti. Bahkan ia hanya acuh saat aku datang. Wanita bernama Shion Namikaze tak pernah menyukaiku sejak pertama aku menginjakkan kakiku di Mansion Namikaze ini. Karna semenjak aku datang perhatian Naruto-kun beralih kepadaku. Shion-san seorang model papan atas sebelum menikah dengan Naruto-kun.

Aku segera mendudukkan tubuhku di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan yang cukup luas. Tak berapa lama Naruto-kun turun dan sudah berpakaian rapi.

Hinata POV End

Naruto turun dan bergabung dengan ketiga istrinya. Shion segera bertingkah manja terhadap Naruto.

"Naruto-kun, aku bantu pasangkan dasi?"pinta Shion namun segera Naruto menepis tangan Shion dan memandang istri keduanya tajam. Naruto tahu kelakuan Shion di belakangnya selama ini. Namun Naruto hanya diam karna menunggu bukti yang otentik.

"Hinata-Hime,tolong bantu aku?" pinta Naruto sambil memandan Hinata dengan tatapan lembut dan senyuman.

"Cih" Shion mendecih dan kembali duduk dan melakukan kegiataanya kembali

Hinat berjalan menghampiri Naruto dan membantu memasangkan dasi untuk suaminya. Naruto memandang lembut Hinata. Tanpa mereka sadari sepasang mata berwarna biru yang terhalang lensa kacamata tengah menatap mereka dan tersenyum hangat.

"Sudah Naruto-kun"

"Arigatou Hime". Naruto mendudukkan tubuhnya diatas kursi dan Hinata melayani dengan mengambilkan nasi dan lauk. Dulu sebelum adanya Hinata Naruto tak pernah dilayani oleh kedua istrinya karna Naruto tak suka ia bisa mengambil makan sendiri. Namun, dengan kedatangan Hinata Naruto tak dapat menolak dengan perlakuan Hinata entah kenapa Naruto tak dapat menolak, dan dengan senang hati senang melihat perlakuan Hinata.

"Naruto-san…" suara Yesha memecah keheningan diruang makan itu.

"Ada apa Yesha?" tanya Naruto datar

"Hari ini aku harus pergi ke Suna,karna ada rapat penting yang tak bisa diwakili oleh Kakashi-kun"

"Hm..Baiklah! hati hati di jalan."ucap Naruto dengan datar

Yesha melanjutkan membaca dokumen dan sekali tangannya menyuap roti yang sudah diolesnya.

"Naruto-kun…."suara manja Shion tak menarik perhatian Naruto.

"Hm" hanya gumaman yang dilayangkan Naruto.

"Hari ini aku ada arisan sama teman teman sosialitaku aku minta tambahan uang dong…" pinta Shion. Naruto memincingkan sebelah matanya. Berhenti menguyah makanannya.

"Bukannya kemarin baru saja aku tambahin uang untukmu di atmmu?apa itu sudah habis?" suara baritone yang datar membuat saipapun yang mendengarnya menjadi sedikit merinding.

"Hm…itu..ano…aku udah memakainya untuk makan siang di London." Ucap Shion takut melihat mata biru suaminya.

"Aku tak akan memberinya, hilangkan sifat shopaholicmu?" kata Naruto menatap istrinya tajam.

"Tapi.."

"Tidak!" Naruto berdiri dari kursinya, Hinata mengekor di belakang suaminya sambil membawa tas kerja Naruto, meninggalkan kedua istri Naruto di meja makan

"Cih, pasti si sialan itu sudah menghasyut Naruto?" kata Shion sedikit menggeram. Yesha hanya menatap Shion sebentar dan melanjutkan membaca documentnya.

.

.

"Hinata-Hime?"

"Ya, Naruto-kun?"

"Kau tak kemana-mana hari ini?" tanya Naruto sambil memandang mata Amethys Hinata dengan lembut. Hinata hanya menanggapi dengan gelengan kepala.

"Pergilah jika kau merasa bosan di Mansion seluas dan sebesar ini, minta Iruka untuk menemanimu atau temuilah Sakura atau Ino untuk menemanimu belanja"

"Baiklah jika aku merasa bosan aku akan meminta Iruka-san untuk menemaniku atau aku akan mengajak Sakura atau Ino untuk jalan-jalan." Naruto tersenyum menanggapi ucapan istrinya.

"Baiklah Hime…aku berangkat dulu" ucap Naruto sambil mengecup kening Hinata.

"Hati hati dijalan"

Hinata berdiri di depan pintu sambil menunggu mobil suaminya meninggalkan Mansion Namikaze. Setelah mobil sudah tak tampak Hinata berjalan masuk kembali menuju meja makan untuk membereskan peralatan sehabis makan.

Hinata melihat dua perempuan berbeda warna dengan kegiatan masing masing. Hinata menghampiri meja makan Shion yang menyadari kehadiran Hinata seketika menghadang langkah Hinata.

"Hei, apa yang kau katakana pada Naruto-kun sehingga sekarang dia tak menuruti keinginanku lagi?" bentak Shion pada Hinata. Hinata hanya memiringkan kepala karna tak mengerti ucapan Shion ralat bentakan shion

"Sudahlah Shion,tak usah kau ganggu Hinata" kata Yesha sambil membereskan document document yang ada di meja makan

"Aku muak dengan kalian berdua" Shion meninggalkan ruang makan dan entah kemana.

"Tak usah kau hiraukan dia Hinata,oke?" kata Yesha sambil menepuk pundak Hinata dengan pelan dan tersenyum lembut. Hinata membalas dengan senyuman dan anggukkan kepala.

"Aku berangkat dulu ya"

"Hati hati Shion-san"

To be continued

JIKA CERITAINI MENARIK AKU AKAN MELANJUTKAN KEMBALI

ARIGATOU ^_^