Aku tidak tau apa itu cinta. Yang aku tahu hanyalah cinta pembawa sakit dalam hidupku dengan kemunafikannya. Karena itulah aku membenci cinta.
Aku berjalan menuju atap. Dengan langkah enggan kulangkahkan kakiku ke sana. Gara-gara sepucuk surat yang diselipkan di lokerku yang isinya menuruhku pergi ke atap saat istirahat pertama.
Jujur saja, aku tidak ada niatan sama sekali untuk ke sana. Sungguh! Jika, bukan gara-gara paksaan sahabatku Hinamori Momo aku tidak akan mau.
Masih terngiang-ngiang jelas segala kalimat –atau alasan?- yang dia lontarkan agar aku mau pergi ke atap.
Flashback :
"ayolah, Shiro-chan. Apa salahnya, sih, datang. Siapa tau itu penting?"
"aku tidak mau dan tidak akan datang,"jawabku tegas.
"ayolah...siapa tau dia mau minta tolong? Memang, kau tega membiarkan orang itu menunggu sia-sia padahal dia butuh bantuanmu."
Aku menggeleng dengan tegas. Tetap menolak untuk memenuhi permintaan si penulis surat.
"ayolah, nanti aku belikan 2 buah semangka, deh."
Mendengar tawarannya akhirnya aku mengiyakan permintaan si penulis surat.
Flashbcack end.
Aku membuka pintu menuju atap. Di sana berdiri sesosok perempuan berambut hitam sebahu beriris violet –yang mana gue gag kenal dia sama sekali- tengah menatapku yang baru saja datang.
"ada apa?"tanyaku to the point sambil berjalan mendekat ke arahnya.
"eto, ano, a-aku ma-mau bilang sesuatu,"katanya gugup, "a-aku menyukaimu senpai. Maukah kau menjadi pacarku?"
Gadis di depanku –yang ternyata adik kelasku- memandangku dengan pandangan harap-harap cemas sedangkan aku hanya menatapnya dengan pandangan terdingin yang aku punya.
"maaf, aku tidak mencintaimu. Asal kau tau saja, aku tidak percaya pada cinta dan aku juga membencinya."
Setelah itu kutinggalkan gadis itu yang menangis sesenggukan karena aku tolak. Ya, seperti kataku tadi, aku tidak mempercayai cinta dan aku juga membencinya. Karena cinta penuh kemunafikan yang menyakitkan.
Flashback :
Aku berjalan penuh semangat ke salah satu cafe langgananku. Aku ingin memakai gaji pertamaku dari kerja part time untuk mentraktir Hinamori. Kami memang sengaja tidak berangkat bersama.
Begitu sampai di cafe aku langsung celingukan mencari Hinamori, sahabatnya. Aku dan Hinamori memesan makanan.
Tak lama kami selesai makan. Kami memutuskan untuk seger pulang. Aku berjalan menuju kasir untuk membayar. Hinamori mengikutiku.
Hinamori mencolekku. Aku melirik ke arahnya. Hinamori menunjuk ke arah pintu masuk cafe dengan pandangan menahan amarah. Aku menengok untuk melihat ada apa sebenarnya.
Aku terkejut melihat pemandangan yang aku lihat. Mataku membelalak, mulutku terbuka sedikit. Pemandangan yang aku lihat adalah seorang cewek yang bergelayut manja dan mesra pada seorang cowok. Oke, itu terdengar aneh. Karena bisa saja cowok itu adalah pacar si cewek dan tentu saja hal itu normal. Masalahnya, cewek itu adalah pacarku! Sekali lagi, PACARKU!
Aku berjalan ke arah mereka. Di belakangku aura kemarahan menguar dengan kuat. Pacarku, ups, salah, maksudku mantan pacarku, kaget melihatku yang berjalan ke arahnya. Namun wajah kagetnya hanya bertahan sesaat dan berganti menjadi wajah angkuh yang menyebalkan.
"hei, Toushiro,"sapanya santai.
"kau! Apa-apaan ini!?"bentakku.
"ah, ini saatnya ya. Biar kuberitahu sebuah rahasia. Sebenarnya, aku tidak pernah mencintaimu. Aku berpacaran denganmu hanya karena kekayaanmu. Karena sudah ketahuan, cukup sampai di sini sajalah aku berpura-pura menjadi pacar yang baik.
Mendengar perkataan mantan pacarku membuatku naik pitam, aku memilih pergi setelah memberi cap 5 jari di kedua pipi mantan pacarku.
Aku mengumpat berkali-kali dalam hati. Di pikiranku sudah terbayang diriku mengunci diri dalam kamarku.
Namun semua rencanaku tergagalkan. Begitu sampai di rumah aku disambut dengan pemandangan ibu dan nenekku yang berdiri menungguku dengan banyak koper di sekeliling mereka dan papan bertuliskan 'rumah disita' yang menggantung di gerbang rumahku.
"ada apa ini?"tanyaku.
"ayahmu memiliki hutang yang sangat banyak, sehingga bank menyita rumah kita,"jelas ibuku.
"lalu mana ayah?"
"dia pergi. Dia kabur meninggalkan kita."
Jdar!
Bagai tersambar petir, aku diam membatu di tempat. Aku merasa marah. Aku merasa ditipu. Ayah yang dulu selalu mengucap kata cinta padaku kabur dengan hutang yang banyak tanpa rasa kasihan atau apapun itu.
Flashback end.
Semenjak saat itu aku membenci cinta dan tidak mempercayainya. Aku juga mulai menjaga jarak dengan banyak orang. Katakan saja aku berubah menjadi orang anti sosial. Hanya Hinamori yang masih bertahan menjadi sahabatku.
Aku tak butuh cinta. Aku tak butuh cinta yang penuh kemunafikan. Hanya menampakkan manisnya ketika dia datang namun menunjukkan sisi lainnya ketika dia pergi.
Disc : Tite Kubo
Author : Himakari Allebrin
Warning : menganut gajenisme, abal, dan entah apa lagi.
