Serenade project presents
From The Darkest Side
(remake)
Rate M
Pair : Kyumin/Jungmin
Main Cast :
Lee Sungmin
Cho Kyuhyun
Victoria Song
Kim Jungmo
Shindong Hee
Summarry : Hidup Sungmin semula biasa-biasa saja. Dia adalah anak yang tidak diakui ibunya sendiri, seorang artis ternama yang memilih merahasiakan keberadaannya di depan umum dan membiarkannya dibesarkan oleh kakek dan neneknya sampai kemudian Victoria, ibunya memintanya berkenalan dengan calon ayah tirinya, seorang lelaki muda yang begitu berkuasa. Cho Jungmo, milyader kaya yang tampaknya menyimpan rahasia kelam yang berhubungan dengan masa lalu Sungmin. Bagaimana Sungmin bisa mengungkapkan rahasia sosok ayah tirinya itu?
A/N : this is new author serenade ! ^^ yaa ini ff pertama sekaligus remake karya shanty agatha yang bener2 terkenal akan tulisannya yang membuat orang2 takjub. Dan disini tetep kyumin, walau ada jungminnya sih ._. so, if you don want to read this, please to click 'back' in your monitor and dont bash it :)
Warning : genderswitch! Many typo dan masih banyak lagi -_-
Happy Reading! ~
enJoy !
Chapter 1 : 'My New Daddy, Cho Jungmo'
.
.
.
.
Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Sungmin sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada.
Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda, dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.
Ibunya melahirkan Sungmin saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Sungmin yang sudah 19 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran. Apalagi Sungmin selalu mengenakan pakaian konservatif yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya.
Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Sungmin menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan gaunnya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya satu gaun pun yang baik. Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa diharapkan. Victoria , ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja di masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya.
Victoria lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya kepada kedua orangtuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak saat itu Sungmin dan Victoria hanya bertemu saat Victoria pulang liburan ke rumah. Sungmin tidak pernah menganggap Victoria sebagai ibunya. Selain karena Victoria tidak mau dipanggil ibu, bagi Sungmin orangtua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.
Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian. Sungmin tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Victoria juga tidak peduli.
Sungmin menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.
Sampai suatu ketika Victoria menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama. Seorang lelaki yang berusia 8 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Sungmin untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.
"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Victoria dengan logat seksinya. Sambil mengoleskan lipstik pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.
"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Jungmo, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Jungmo? Dia tahu segalanya...," Victoria tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Jungmo ingin melihatmu."
Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Sungmin menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.
Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Victoria, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.
Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal. Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta rok selutut yang membuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, belum lagi rambutnya hanya dikuncir kuda, tanpa riasan.
Calon suami Vicotria pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku secantik Victoria, desah Sungmin dalam hati.
Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya. Victoria tetap menyimpan rahasia itu sampai sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka. Kakek neneknya juga tidak pernah membicarakannya.
Lagipula, Sungmin tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya. Waktu itu neneknya langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan wajah muram. Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan dada sampai berhari-hari. Dan mulai saat itulah Sungmin belajar untuk tidak pernah bertanya lagi.
Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika akhirnya mobil mereka berhenti, Sungmin sempat ternganga, melihat rumah marmer putih bergaya ghotic dan renaissance yang megah di depannya.
Victoria rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti. Dan mau tak mau Sungmin segera mengikutinya.
Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Sungmin mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga. Karena begitu mereka sampai di pintu di bawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk. Seorang pelayan pria setengah baya tetapi tambun dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri di sana.
"Miss Victoria?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Sungmin bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.
Victoria mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat ke belakang, ke arah Sungmin dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa. Mungkin dia mengira aku pembantu Victoria,desah Sungmin dalam hati.
"Saya Shindong, kepala pelayan disini. Tuan Jungmo sudah menunggu di ruang utama, mari saya antar." gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Victoria dan Sungmin mengikutinya.
Di sepanjang lorong itu Sungmin terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini.
Ya, Victoria pasti akan sangat bahagia disini, dia selalu ingin menjadi nyonya rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Sungmin tidak masuk ke dalam daftar impiannya itu. Sungmin tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Victoria yang kaya raya itu ingin mengenalnya. Setelah itu Sungmin akan kembali ke kehidupan lamanya, dilupakan oleh ibunya.
Toh dia memang tak ingin terlibat,
Kenapa? Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Sungmin selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah meskipun kagum, Sungmin sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.
Shindong membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk. Victoria langsung melangkah masuk dengan bersemangat,
"Darling," serunya mesra lalu menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri di tengah ruangan.
Pria itu membalas pelukan Victoria, tapi matanya menatap tajam ke arah Sungmin.
Dan Sungmin ternganga melihat sosok calon suami Victoria untuk pertama kalinya, semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan tetapi sangat kaya. Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak gendut, dia tinggi cukup atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu. Hey.. Lagipula dia mengharapkan apa? Lelaki ini baru 28 tahun!
Matanya cokelat gelap, begitu juga dengan rambutnya yang cokelat dan ikal. Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran pengusaha-pengusaha sukses, Cho Jungmo selalu dibahas. Pengusaha berusia 28 tahun, pria yang sangat menarik. Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu, jadi Sungmin tidak pernah bisa membayangkannya.
Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan dengan kata 'tampan', tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.
Lelaki itu melepaskan Victoria yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu melangkah mendekati Sungmin.
"Dan ini pasti Sungmin," bahkan aksen suaranya begitu mempesona. Sungmin menyadari dia ternganga ketika Jungmo mengulurkan tangan untuk bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu. Tangan lelaki itu ramping, tapi menggenggam tangannya dengan mantap.
"Iya, ini Sungmin, putri kecilku," Victoria berkata seolah-olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab, "Dan Sungmin, perkenalkan ini calon ayah tirimu."
Sungmin menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Jungmo menatapnya dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah. Adakah yang salah dengan rambutnya? Bajunya? Ataukah Jungmo sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan tidak berhasil menemukannya?
"Hmmm karena umurku hampir 28 tahun, kurasa aku tidak begitu pantas-pantas saja mempunyai putri seumuranmu, jadi kau harus memanggilku dengan Jungmo saja."
Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini pasti malu dipanggil 'papa' oleh gadis berusia 19 tahun seperti dirinya.
"Nah karena kalian sudah berkenalan bolehkah aku memintamu menemaniku berkeliling rumah ini? Kita akan tinggal di sini setelah menikah bukan? Dan wow, rumah ini indah sekali Jungmo."
Lelaki itu menatap Victoria tanpa ekspresi."Tentu saja sayang," gumamnya lalu menggamit lengan Victoria. Jungmo memang mengatakan sayang, tapi tampak begitu dingin.
Tiba-tiba Sungmin merasa sedikit antipati kepada Jungmo, dia terlalu dingin dan tak berperasaan seperti suasana di rumah megah ini.
Victoria menoleh pada Sungmin, "Kau ingin ikut, Sungminku?" suaranya begitu penuh kasih tapi matanya memperingatkan, dan Sungmin mengerti isyarat itu. Ibunya ingin berduaan dengan kekasihnya dan tak ingin Sungmin mengganggu. Lagipula Sungmin juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini,
"Tidak terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu di sini saja," Sungmin tadi sempat mengamat-amati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding. Rasanya lebih menarik duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan, dia ingin membacanya.
"Tapi kau akan tinggal di sini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal rumah ini," sahut Jungmo tajam.
Kata-kata itu membuat Victoria dan Sungmin sama-sama terkejut, rupanya Jungmo sudah menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Victoria dan Sungmin.
Victoria dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena gugup, "Darling, kau salah, Sungmin tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah nanti."
"Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang, "Dia putrimu bukan?"
"Iya...tapi...tapi..." suara Victoria hilang karena kebingungan, "Tapi Sungmin lebih suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu. Dan dia merasa nyaman tinggal di rumah warisan orangtuaku, bukan begitu Sungmin?" sekali lagi Victoria menatapnya dengan tatapan memperingatkan.
"Tentu saja." jawab Sungmin dengan cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di rumah ini, dia tak mau Victoria marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.
Darren menatap Sungmin dan Victoria dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu bergumam,
"Well, kita bahas mengenai pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu sama sekali belum selesai. Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arogan.
"Baiklah Sungmin, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu. Kau boleh membaca atau melihat televisi untuk mengisi waktumu." Matanya menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding yang sama sekali tidak Sungmin perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak buku yang penuh itu.
Sungmin menatap Jungmo dengan gugup. "Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.
Victoria tertawa cekikikan seperti anak kecil. "Membaca?" gumamnya dalam tawa, "Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" Nada mencemooh terdengar jelas di suaranya hingga pipi Sungmin memerah malu.
Tapi Jungmo hanya berdiri di situ dan menatapnya datar. "Setidaknya putrimu memilih hiburan yang paling bermutu di antara semuanya" kata-katanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di dalamnya membuat tawa Victoria terhenti dan wajahnya merona malu gantian sekarang. Dalam rasa malunya itu, Victoria melirik Sungmin dengan jengkel.
"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir Jungmo, lalu menggandeng Victoria, membawanya pergi ke luar ruangan.
Sungmin merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu. Kebanyakan buku berbahasa asing, dan merupakan versi asli. Setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Sharin tertarik ke sederetan buku sastra lama. Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.
Well, kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis? Karena sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya...
KYUUUMIINN~~
Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya. Sungmin, gadis itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya. Sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk. Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya gadis itu. Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati gadis itu.
Ah, betapa cantiknya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, tapi kulitnya begitu lembut, seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya, menyusurkan jemarinya di kulitnya yang bersemu kemerah-merahan itu.
Dan bibirnya... Astaga bibir itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar. Tanpa polesan lipstik sedikitpun, tetapi tetap begitu indah.
Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya. Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat gadis ini berada begitu dekat dengannya?
Ya, gadis ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.
Akhirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi gadis itu. Kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut gadis itu dengan halus tapi penuh hasrat.
"Kau milikku Sungmin, ingat itu."
KYUUUMIINN~
"Kau milikku Sungmin, ingat itu."
Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke telinganya. Sungmin tergeragap, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini. Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu masih terngiang jelas.
Apakah dia bermimpi ?
Sungmin mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat... Seperti ada yang menyentuhnya sebelumnya. Jantung Sungmin berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu? Suara bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat. Ciuman pertamanya...
Tapi... Tidak mungkin kan ada orang masuk kemari dan menciumnya begitu saja? Dengan putus asa Sungmin menatap buku di pangkuannya. Sebuah novel sastra romantis karya pengarang Rusia. Ah, aku pasti terbawa alur novel ini, gumam Sungmin dalam hati, menarik napas lega. Sekali lagi dia memandang sekeliling, ruangan masih sepi. Tadi dia pasti tertidur cukup lama. Tapi Victoria dan Jungmo belum juga kembali.
Sungmin mengangkat bahunya. Well mereka kan pasangan kekasih yang akan menikah, pasti akan lupa waktu jika sedang berduaan. Dengan pelan Sungmin berdiri, berusaha melemaskan tangan dan kakinya yang kaku. Lalu dia berjalan mengitari ruangan yang luas itu.
Ruangan ini didesain untuk bersantai. Meskipun di sudut sana terdapat meja kerja yang sangat besar, tapi di sisi lain benar-benar penuh dengan perabotan dan fasilitas yang menunjang kenyamanan.
Dengan tertarik, Sungmin mendekat ke arah meja kerja Jungmo. Ada sebuah bingkai foto yang di letakkan terbalik begitu saja. Sengaja? Atau memang terjatuh? Sharin mengambil bingkai foto itu dan menegakkannya lagi. Matanya mengamati bingkai foto di dalam sana, foto keluarga. Sepertinya itu gambar kedua orangtua Jungmo dan dua orang anak laki-laki berusia sepuluh tahunan, yang berambut cokelat itu pasti Jungmo dan ...kakak laki-lakinya? Sharin mengernyit. Tapi kenapa kedua orangtua Jungmo asli Thailand? Dan kakak laki-lakinya juga terlihat seperti orang Thailand asli. Sedangkan jelas-jelas ada darah asing yang mengalir di tubuh lelaki itu, bahkan majalah-majalah bisnis itupun menyebutnya setengah Yunani.
"Itu orangtua dan kakak angkatku, mereka yang mengasuhku ketika kedua orangtuaku tewas karena kecelakaan pesawat."
Suara yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu membuat Sungmin terlonjak kaget, membalikkan badan, dan langsung menabrak tubuh kokoh yang berdiri di belakangnya.
Jungmo langsung memegang kedua pundak Sungmin, menjaganya agar tidak terjatuh,
"Maaf aku mengejutkanmu", gumamnya datar.
Sungmin mengangguk, mundur menjauh, melepaskan diri dari pegangan Jungmo, "Maaf... Saya ... saya lancang, saya melihat foto ini dan tertarik..."
Jungmo mengangkat bahu. "Tidak apa-apa, mereka adalah orangtua dan saudara yang kusayangi. Meskipun aku tetap menggunakan nama asli keluargaku, mereka sudah seperti orangtua kandung bagiku."
Sungmin tersenyum getir, setidaknya Jungmo lebih bahagia darinya. Lelaki itu kehilangan kedua orangtuanya, tetapi tetap merasakan kasih sayang dari orangtua barunya. Sedangkan dia? Ibunya masih hidup, tetapi sang ibu sama sekali tidak mau repot-repot mengurusi kehidupannya.
Omong-omong tentang ibunya... Di mana Victoria? Sungmin mengedarkan pandangan ke balik punggung Jungmo, tetapi Jungmo memang datang sendirian.
"Victoria menunggu di ruang makan, aku memanggilmu untuk makan siang bersama", gumam Jungmo, menyadari kebingungan Sungmin, lalu membalikkan tubuh. "Ayo, kita ke ruang makan."
Mau tak mau Sungmin mengikuti Jungmo melangkah ke ruang makan, lelaki itu lalu melambatkan langkahnya sehingga bisa berjalan berjejeran dengan Sungmin.
"Senang tadi?"
"Apa?" Sungmin terlalu kaget mendengar pertanyaan Jungmo yang tiba-tiba sehingga tidak mencerna kata-kata Lelaki itu.
Jungmo tersenyum tipis. "Di antara buku-buku itu—"
"Oh iya." jawab Sungmin buru-buru, "Saya menemukan banyak buku edisi asli yang sekarang sudah sulit ditemukan. Tadi saya terlalu asyik membaca dan bahkan sempat ketiduran." pipi Sungmin merona.
Jungmo menoleh dan menatap Sungmin,"Tapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padamu kan?"
Sungmin termangu, pertanyaan macam apa itu? Yang aneh malahan pertanyaan yang diajukan Jungmo padanya ini. "Aneh?" ulangnya bingung. Jungmo mengalihkan tatapannya. "Sudahlah, lupakan." lelaki itu lalu melangkah mendahului Sungmin. Meninggalkan Sungmin termangu kebingungan.
Aneh? Apa maksud Jungmo?
KYUUUMIINN~~
Tengah malam dan ruangan itu gelap gulita. Jungmo memasuki ruang kerjanya dan menghempaskan jasnya di kursi dengan jengkel. Rencananya berhasil tentu saja. Dia sudah berhasil membujuk Victoria dan Sungmin menginap di rumahnya selama akhir pekan ini.
Yang tidak diduganya adalah sikap pantang menyerah Victoria. Begitu Sungmin berpamitan untuk tidur di kamarnya, Victoria langsung berusaha mati-matian untuk merayunya. Perempuan itu terang-terangan menunjukkan kalau dia tidak keberatan tidur bersama Jungmo sebelum pernikahan mereka.
Tentu saja rayuannya tidak berhasil. Jungmo menggunakan alasan kelelahan untuk mengusir Victoria agar kembali ke kamarnya sendiri. Dia memang lelah, tapi seandainya dia tidak lelahpun, dia tidak pernah berminat tidur dengan Victoria.
Bukan Victoria yang diinginkannya...
"Sampai kapan kau tahan dengan wanita murahan itu?" suara itu terdengar begitu sinis penuh ejekan. Dan Jungmo langsung berhadapan dengan sosok di kegelapan yang menatapnya.
"Bukan urusanmu," balas Jungmo dingin, "Lagipula, bukan saatnya membahas tentang Victoria, aku meminta penjelasanmu tentang apa yang kau lakukan pada Sungmin tadi siang."
Sosok di kegelapan itu tertawa mengejek, sengaja membuat Jungmo marah. "Kau tidak bisa menyalahkanku, aku sudah menanti begitu lama untuk melihatnya," sanggahnya tidak peduli.
"Kau tidak cuma melihatnya, kau menciumnya", geram Jungmo marah, "Kau benar-benar tidak punya otak ya?"
"Aku memang tidak punya otak. Kau selalu bilang aku lebih mirip binatang, tetapi aku ini sebenarnya jenius" sosok di kegelapan itu mengacuhkan kemarahan Jungmo, "Aku menginginkan Sungmin, jadi aku akan memilikinya, sesederhana itu."
"Kau harus menunggu sampai rencanaku membuahkan hasil!" sela Jungmo tak sabar.
Lagi, sebuah tawa mengejek menggema di ruangan yang gelap pekat itu.
"Kau bilang itu rencana? Merayu ibu gadis itu untuk kau nikahi? Kau bilang itu rencana? Kau tahu tidak, aku harus menahan jijik ketika melihat kau harus mencium perempuan murahan itu, berpura-pura menikmati mencumbunya," sosok di kegelapan itu menyeringai marah, "Victoria adalah perempuan murahan yang menjijikkan, membayangkan dia ada di rumah ini membuatku muak."
"Kau harus tahan. Rencanaku ini sudah berhasil menggiring Sungmin masuk ke rumah ini."
"Lalu bagaimana kau menyingkirkan Victoria? Kau harus segera melakukan sesuatu Jungmo sebelum aku mulai kehilangan kesabaran, cara Victoria meremehkan dan menghina Sungmin secara tersirat seharian tadi benar-benar mengusik kemarahanku, dan kau tahu kan bagaimana kalau aku marah?" sosok di kegelapan itu mulai terlihat mengancam.
Jungmo mengernyitkan kening, "Tak akan kuizinkan kau bertindak semaumu sendiri."
"Kalau begitu sebaiknya rencanamu segera membuahkan hasil! Kau tahu sendiri kan akibatnya kalau aku sampai turun tangan? Aku tidak suka ada yang menyakiti yeoja milikku, aku akan melakukan apapun untuk membalaskannya."
"Sungmin bukan yeojamu."
"Dia akan menjadi yeojaku, milikku. Aku sudah mengatakan janji adalah milikku," sosok di kegelapan itu berucap penuh keyakinan.
Jungmo menggeram marah, "Kau harus menunggu. Aku tidak mau kau berbuat seperti siang tadi, mendatangi Sungmin dan menciumnya. Menciumnya! Apa kau sadar semuanya akan berantakan kalau saat itu Sungmin terbangun?"
Sosok di kegelapan itu terkekeh, "Aku hanya mengucapkan selamat datang dengan versiku sendiri."
"Kalau begitu jangan sampai kau ulangi lagi. Biarkan aku menangani semuanya dulu. Setiap kau ikut campur hasilnya malah berantakan karena kau mahluk kejam yang tidak pernah memakai perasaan. Aku tidak mau terpaksa menyembunyikan kejahatanmu lagi, mengerti? Jadi tahan dirimu," geram Jungmo mengancam.
Sosok di kegelapan itu mengangkat bahu, "Baik. Aku akan kembali ke tempatku, duduk di kegelapan dan mengamati semuanya dalam diam. Tapi kesabaranku ada batasnya Jungmo, kau tahu itu kan? Kau pasti tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan kesabaran."
Jungmo mengernyit mendengar kekejaman yang tidak disembunyikan itu, lalu memegang pelipisnya yang terasa nyeri. Ini harus segera di selesaikan. Segera! Sebelum dia, mahluk kejam itu, turun tangan dan mengacaukan semuanya ...
TuBerColosis! (tebece)/delete?
Nah. Ini masih prolog, tapi sebenernya juga udah masuk keceritanya. Udah kebayangkan siapa sosok yang dibilang jungmo "makhluk kejam" itu? Yaa nanti di chap 2 akan ditunjukan. Sebenernya ini ff kyumin, tapi tetep disini harus ada cameonya juga biar ada konflik gitu. Tapi semua tergantung dari readersnya. Jangan lupa review kalo masih mau lanjutin. Okay? See you in next chap ^^
New authors,
Jueta.
