Naruto ©Masashi Kishimoto
Eternal Love ©Bunga Teratai
.
.
.
Warning: standard applied
.
.
.
Happy reading :)
.
.
.
Aku mencintainya, dan aku tahu itu adalah suatu hal yang konyol yang pernah aku alami. Aku mencintainya, meskipun aku sendiri tahu kalau ia tak pernah mencintaiku. Mungkin belum. Aku tak pernah mendengar ia berucap "Aku mencintaimu," atau "Aku menyukaimu". Barang kali itu adalah hal terbodoh yang pernah ia ucapkan.
Uchiha Sasuke.
Meskipun dia bukan orang yang pertama bagiku, tapi dia adalah orang pertama yang merenggut milikku. Kesucianku. Dan aku bukan orang bodoh yang tak menyari kalau ia tak benar-benar menginginkanku. Dia hanya menginginkan tubuhku. Entah sejak kapan aku sudah berubah menjadi sosok yang berbeda. Aku bukan lagi di pemalu Hyuuga Hinata. Namun aku juga tak bisa menyebut diriku sebagai Hyuuga Hinata yang berani. Karena aku masih merasa ada perasaan takut di dalam lubuk hatiku.
Aku sudah lupa sejak kapan aku mengenal sosok Uchiha Sasuke. Sudah berapa lama aku tinggal bersamanya. Sudah sejak kapan aku mencintainya. Yang aku ingat dan terpatri dalam otakku adalah aku mencintainya sekarang dan selamanya.
Pria itu—Uchiha Sasuke—bukanlah sosok yang tidak mudah bergaul dengan seorang wanita. Ia malah cenderung sangat terkenal di kalangan wanita. Ia juga mendapat julukan sang Casanova karena keahliannya dalam menakhlukan wanita. Menakhlukan wanita bukan dalam artian biasa. Namun hati dan tubuh wanita. Dan aku adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang telah hadir dalam hidup dan ranjangnya tentunya.
Aku tak boleh marah atau cemburu. Sasuke sudah berulang kali mengatakan kata-kata itu padaku. Dan ajaibnya, aku tak bisa marah padanya. Semua emosiku, rasa sakit yang kuterima semuanya menguap ketika ia mendekapku dalam pelukannya. Berkata aku adalah satu-satunya wanitanya, meskipun semua itu hanyalah kebohongan dari mulut manisnya belaka. Namun bagiku—yang sudah terlanjur mencintainya—itu adalah obat penenang yang mujarab. Dan ketika semua itu dimulai, kami akan menghabiskan lebih banyak waktu di ranjang.
Bunga Teratai
Dari sudut mataku aku dapat melihat Sasuke yang menatapku. Aku yang memang sudah hapal dengan gerak-geriknya segera bangkit dari tempatku duduk dan menuju ke tempat Sasuke berada. Ia sedang merokok dengan santainya ditemani segelas wine di tangannya. Ia mengisyaratkanku untuk duduk, dan aku pun duduk di sampingnya. Sampai aku merasakan ada tangan yang menarikku ke belakang.
"Dipangkuanku, Hinata-chan." Aku menurut dan duduk dipangkuannya. Dan sejak kapan pula gelas yang ada di tangannya sudah hilang.
"Kau mau rokok?" tawarnya. Ia menyeringai. Aku mengambilnya dan segera mematikannya. Aku tak pernah suka dengan bau rokok, apalagi dengan rokoknya. Aku pernah mencoba untuk merokok sekali dan berakhir dengan batuk-batuk seharian. Sejak saat itu aku sudah memutuskan untuk tidak mencoba benda kecil kesukaan Sasuke tersebut.
Sasuke tidak protes dengan tindakanku. Ia pun sudah tahu kalau aku tak bisa menghisap benda yang kaya akan nikotin itu. Ia malah berbalik memelukku. Menciumku. Aku bisa merasakan benda lunak itu yang mendesak dalam mulutku. Ketika ciuman itu berpindah ke leherku aku tahu ini bukanlah sekedar ciuman saja. Ini akan menjadi lebih.
"Aku menginginkanmu, Hinata…"
Tak ada kata mencintai, kan?
"Sa-sasukeh…," aku mengerang. Ketika ia mencoba meraba bagian tubuhku. Aku tak bisa melakukannya di sini. "A-ku tidak bi-bi-sah … melakukannya di sini…," kataku mencoba mengendalikan tubuhku yang hampir dikuasai Sasuke. Pria itu menghentikan aktivitasnya dan menatapku. "Kalau di apertemenku?" tanyanya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Menolaknya pun terasa percuma karena Sasuke tak akan pernah mau berhenti.
Ia menyeringai. "Bagus."
Bunga Teratai
Jam tiga pagi dan aku terbangun dari tidurku. Sasuke masih tidur dan memelukku. Kusingkirkan tangannya dan menatapnya dalam kegelapan. Aku selalu menyukai saat-saat menatap wajah rupawannya ketika tidur. Ia terlihat begitu manusiawi, maksudku damai. Tak seperti saat ia membuka matanya dan kesadaran tengah menguasainya. Ia dingin dan tidak berperasaan. Ia akan berlaku semena-mena. Sesuai keinginan hatinya. Dan aku benci dengan sifatnya yang satu itu.
Aku turun dari ranjang dan memakai pakaian Sasuke yang sangat longgar untukku gunakan. Mengancingkan demi kancing yang ada di bajunya. Namun sebuah suara mengagetkanku.
"Mau ke mana?" aku menengok dan melihat Sasuke tengah terduduk di ranjang. Aku memutuskan untuk mendekatinya. Mengecup bibirnya singkat. "Aku haus," kataku. Ia mengangguk, lalu menenggelamkan tubuhnya di balik selimut. Aku tersenyum dan bergegas ke dapur.
Satu hal yang membuatku bahagia adalah saat aku bangun dari tidurku, Sasuke selalu tahu aku sudah bangun. Padahal aku tahu ia tengah tertidur nyenyak dalam alam mimpinya. Aneh, tapi aku suka.
Aku hampir tersedak ketika ada sepasang tangan yang memeluk pinggangku dari belakang.
"Sa-sasuke?!"
"Hn?"
"Kau mengagetkanku!" protesku namun dia malah menciumi leherku.
"Aku tidak bisa tidur," katanya merajuk. Aku menghela napasku. Hal yang aku sukai dari Sasuke adalah sifat manjanya. Aku tersenyum. "Baik. Tunggu sebentar, aku mau menaruh gelas ini dulu. Oke?" aku melepaskan pelukannya. Ah, entah mengapa aku tak bisa menahan senyumku.
Bunga Teratai
Berada di sisi Sasuke adalah hal yang membahagiakan dalam hidupku, meskipun lebih banyak hal yang pahit yang aku rasakan ketika bersamanya. Apalagi saat ia bersama dengan wanita lain. Aku tak bisa berkata aku marah padanya, karena aku pasti akan kehilangannya. Perjanjian kami adalah kami bisa berhubungan dengan orang lain tanpa perlu bicara pada pasangan kami. Tapi aku tak bisa seperti itu—meski Sasuke bisa. Aku tak sanggup untuk mengkhianatinya walau ia terus mengkhianatiku. Menyakitiku. Dengan semua tingkah lakunya.
Aku hanya mampu melihatnya. Tak berani untuk menegurnya ketika ia mulai mendekati seorang wanita cantik di bar malam ini. Jangan mengataiku wanita bodoh, karena aku sadar aku adalah wanita yang bodoh. Bodoh karena telah terjerat oleh pesona yang Sasuke ciptakan. Dan aku hanya mampu menangis dalam hati kala melihat Sasuke dan wanita berambut pirang itu pergi dari bar. One night stand, pikirku.
+TBC+
Jangan membunuh Bunga karena telah mempublish fic yang bahkan fic sebelumnya belum Bunga selesaikan ya ._.v
Salahkan saja ide yang muncul di otak yang menjerit untuk minta diketik #kicked
Dan maaf karena pendek. Ini Cuma Bunga ketik dalam dua jam setegah saja. Lama tapi hanya bias menghasilkan cerita pendek nan gaje seperti ini.
Terima kasih :)
Mind to review?
Bunga teratai
11 November 2012
