Kuroko no Basuke / 黒子のバスケ/ The Basketball Which Kuroko Plays FanFiction

Pinkie Swear

Disclaimer : Kuroko no Basuke officially Fujimaki Tadatoshi's sensei. This fic is originally Kato Chinatsu's [ffn]. I just translate it into Indonesian.

Warning : bahasanya aneh, translate ancur, de el el.

Saya tidak mengambil keuntungan materi apapun dari fanfic ini, hanya untuk kepuasan pribadi

.

.

.

Chapter 1: The Meeting

─OoOoO─

Masa depan setiap anak dimulai saat mereka melangkah menuju oh-dunia yang sangat mengagumkan yang biasa disebut 'Pendidikan'. Atau lebih baik, seperti apa yang para orang tua katakan agar terdengar menarik, kehidupan di taman kanak-kanak. Di panggung ini, anak dengan bermacam-macam usia mulai saling mengenal satu sama lain, dan pertemanan terbentuk di antara mereka. Siapa yang dapat melupakan pernyataan memalukan dari anak-anak saat ditanya tentang ingin menjadi apa mereka di masa depan? Siapa yang dapat melupakan tangisan keras saat waktu bermain berlangsung, atau hal mudah seperti waktu menyenangkan di kotak pasir, kikihan yang diduga seperti orang mabuk dari ayunan, atau pekikan melengking dari seluncuran? Mereka adalah semua kenangan yang sangat hebat dari sebuah permulaan indah menuju masa depan. Atau, seperti yang dilihat para orang tua, ketenangan sebelum tiket menuju neraka. Tetapi, untuk seorang anak, ia melihat hal tersebut seperti sesuatu yang alami atau kejadian sehari-hari.

Hidup seorang Kuroko Tetsuya tidak pernah mudah, ia bisa bilang jadi dirinya seperti yang selalu bersembunyi dari keramaian di balik ibunya, kepalannya sangat kuat menggenggam lipatan dari rok panjang ibunya. Dengan sepasang iris biru langit yang lebar yang hanya nampak berkerlip dengan dari tempatnya, ia mengerling ke ruang bermain di taman kanak-kanak tersebut, menonton teman bermain yang diharapkannya sedang menikmati diri mereka sendiri... Atau menganiaya satu sama ia gemetar ketakutan di belakang punggung ibunya, menolak untuk memperkenalkan dirinya kepada barangkali teman-temannya.

"Tetsu, sayang. Mengapa tidak kau kenalkan dirimu kepada teman sekelasmu?" Ibunya bertanya seraya melepas tangan anaknya dari roknya sebelum ia berlutut di depan sang anak untuk menggenggam kedua tangan anaknya.

"Aku takut," anak laki-laki itu menjawab, air mata berkumpul di sudut matanya. "Jika mereka memanggil Tetsu hantu?"

"Kau tidak akan tahu jika kau coba," Ibunya memberikan sebuah senyum menyakinkan sebelum sosok wanita itu berdiri, menggenggam tangan anaknya. "Kemari. Ibu punya seorang teman disini yang memiliki seorang putra yang belajar disini. Maukah kau menemuinya?"

Sang anak meletakkan sebuah jari di bibirnya dengan malu seraya menunduk sebelum mengangguk dengan ragu. Ibunya tersenyum kepada anaknya yang menggemaskan dengan jenaka sebelum ia memimpin keduanya ke dalam taman kanak-kanak.

─OoOoO─

"Katsumi-san!" Ibu Kuroko memanggil dari jauh. Si bluenette kecil menatap tajam dari tempatnya di belakang rok ibunya ke arah seorang wanita muda yang cantik dengan rambut merah gelap yang berjatuhan di atas dadanya. Kedua iris merah menyalanya berkerlap dengan pengenalan saat ia melangkah ke arah ibu dari si bluenette, kedua lengannya terentang dengan gerakan akan memeluk.

Akankah aku terbakar jika aku melihat mereka? Tetsu mempunyai pikiran seperti itu saat ia melihat ke kedua mata memikat sang wanita.

"Manami-san," wanita dengan surai merah menyapa, memeluk ibu dari Kuroko dengan erat, tak sadar dengan si bluenette kecil. "Ini sudah lama, waktu yang lama. Kau sudah berubah banyak," wanita tersebut berkomentar, menggenggam sang surai biru di dalam sebuah lengan panjang saat ia menata surai sebahu milik si bluenette, turun ke pakaiannya, akhirnya melihat si kecil bluenette di belakang ibunya.

"Aku dapat mengatakan sama, Katsumi-san," Manami berkomentar seraya memberikan sebuah senyum kecil. "Biar kuperkenalkan kepadamu putraku. Namanya Kuroko Tetsuya."

Si kecil bluenette mengintip dengan malu dari belakang rok ibunya, sedikit melambai kepada wanita lain saat sang wanita itu memberikannya sebuah senyuman penuh sayang.

"Anakmu terlihat sangat menggemaskan aku ingin mendekapnya!" Katsumi lincah, tersenyum dengan kasih sayang kepada laki-laki yang dengan mudah menyembunyikan dirinya sekali lagi di balik rok ibunya. "Dia memiliki kedua matamu dan warna rambutmu."

"Ya," Manami menyetujuinya, mengacak rambut anaknya, berimbas sebuah cibiran dari anaknya yang menggemaskan. "Tetapi ia lebih seperti ayahnya."

"Benar, benar," yang lain menyetujui, terkekeh sedikit. "Aku dapat melihat sifat pemalu ayahnya di dirinya juga. Ah! Biar kupanggil putraku jadi kita dapat berbincang dan Tetsuya akan mendapatkan seorang teman bermain."

Di kata 'teman bermain', Tetsuya sedikit ceria.

"Seijuurou! Sayang, kemari sebentar!" Katsumi memanggil seorang lelaki mungil yang sedang duduk di sebuah meja, membaca sesautu yang terlihat seperti sebuah kumpulan cerita. Bocah itu mengadah dengan segera, dan apa yang pertama dilihatnya adalah Tetsuya. Menyamakan dengan manik merah hidup milik Katsumi, mata merah anak laki-laki tersebut sangat menyala.

Rambutnya mirip dengan milikku. Tetsuya berpikiran saat ia menatap ke rambut merah itu.

"Seijuurou," Katsumi memulai, menarik putranya mendekat ke arahnya ketika putranya mendekati mereka. "Ibu mau kau menemui anak dari teman Ibu."

Si kepala merah memiringkan kepalanya sedikit ke samping dengan bingung saat ia hanya dapat melihat teman ibunya.

"Umm..." sebuah suara kecil teralun, menyebabkan mata tajamnya dengan segera terkunci ke sosok kecil di belakang punggung teman ibunya.

Tetsuya takut-takut, manik biru besarnya menatap ke Seijuurou dengan malu, melambaikan satu tangannya dalam sebuah gerakan kecil dari 'halo'.

"Halo," Seijuurou melambai ke laki-laki tersebut, sebuah senyum kecil di bibirnya ketika laki-laki lainnya gemetar ketakutan di balik ibunya.

"Apa kau bisa temani Tetsuya saat Ibu dan temannya berbincang sebentar?" Katsumi bertanya kepada putranya yang hanya mengangguk setuju.

"Jadi anak baik saat Ibu pergi, ya, Tetsuya?" Manami memberitahukan putranya seraya melepaskan tangan Tetsuya dari roknya, melambai ke Tetsuya saat ia berjalan pergi dengan Ibunya Seijuurou.

Tetsuya menggeliat kecil seraya melihat sekelilingnya, tak tahu harus berbuat apa. Sebuah tangan terentang di depan wajahnya, mengagetkannya sesaat. Ia mendongak dan memandang anak yang lain di hadapannya. Atau lebih tepatnya, senyum di bibir si kepala merah.

"Ayo," Seijuurou menggenggam satu dari tangan-tangan kecil Tetsuya sebelum menarik sosok yang tersebut ke tempatnya duduk sebelumnya.

─OoOoO─

"Siapa namamu?" anak laki-laki bernama Seijuurou bertanya padanya saat mereka duduk, bersisian di atas bantal kecil di lantai.

"T-Tetsu..." surai biru tergagap, melihat ke arah bawah malu-malu dan merasa malu.

"Tetsu?" surai merah mengulang, mempertimbangkan pada nama yang aneh.

"N-namaku Kuroko T-Tetsuya," surai biru menambahkan dengan cepat, tangannya gelisah.

"Itu nama yang bagus!" surai merah berkomentar, memberikan sebuah senyum kepada yang lain.

"Namaku Akashi Seijuurou. Senang bertemu denganmu!"

"Senang bertemu denganmu j-juga..." Kuroko menjawab, mendongak sedikit ke surai merah dengan sebuah senyuman di wajahnya.

"Kau menggemaskan," surai merah berkomentar saat surai biru tersenyum kepadanya, menyebabkan surai biru merona malu.

"Tidak!" ia mencibir, menyilangkan lengan mungilnya di tubuh kecilnya, menghasilkan sebuah kekehan dari yang lain.

"Jadi, Tetsuya, berapa usiamu?" Akashi bertanya, melihat ke surai biru.

"Empat!" Tetsuya menunjukkan empat jarinya, matanya bergemerlap dengan sesuatu yang berhuhungan dengan kebahagiaan. "Usia Sei-kun berapa?"

"Sei-kun?" Akashi mengulang nama panggilannya dengan ragu. "Well, aku lima."

"Eh? Sei-kun seperti onii-chan-ku," Kuroko bergumam, memiringkan kepalanya ke samping dalam realisasi. Semacam gerakan imut yang menyebabkan anak yang lain sedikit merona.

"Apa kau mempunyai beberapa teman di sini?" Akashi bertanya seraya meletakkan buku-bukunya di atas meja kecil. Tetsuya melihat ke buku-buku tersebut, kagum kenapa Seijuurou mempunyai banyak buku cerita.

"Tetsu tidak punya teman," Kuroko menggelengkan kepalanya ketika melepas silangan antara lengannya, meletakkan kedua tangannya di pangkuannya. "Tak ada satupun yang dapat melihat Tetsu. Orang-orang bilang Tetsu adalah seorang hantu. Hanya okaa-san dan otou-san yang dapat melihat Tetsu. Hanya okaa-san dan otou-san yang mencintai Tetsu."

"Aku dapat melihatmu, Tetsuya," surai merah menjawab, sebuah senyum kecil tergurat di bibirnya. "Aku dapat melihat Tetsuya."

"Dapatkah Tetsu dan Sei-kun menjadi teman?" Tetsuya bertanya dengan penuh harap.

"Tentu saja!" Akashi setuju, mengangguk dua kali sebagai konfirmasi. "Aku akan menjadi teman pertamamu di sini."

"Yay!" Tanpa berpikir, Tetsuya meluncurkan dirinya ke anak yang lain, memeluk Seijuurou dengan erat di pinggangnya. "Tetsu cinta Sei-kun!"

Seijuurou merona dengan sangat atas pernyataan Tetsuya. Ia berbalik memeluk Tetsuya setelah beberapa saat, menepuk punggung Tetsuya enteng.

"Aku juga cinta Tet-chan," Seijuurou menjawab dengan sebuah senyum cerah.

"Tet-chan?" Tetsuya mengulang dengan sebuah kerut di wajahnya. "Tet-chan! Aku akan menjadi Tet-chan dan kau akan menjadi Sei-kun!" si surai biru tertawa kecil karena nama panggilan imut yang mereka buat untuk satu sama lain.

"Baiklah!" Akashi setuju seraya duduk dengan sosok surai biru mungil yang tetap melekat kepadanya. "Umm, apa kau keberatan untuk beranjak duduk, Tet-chan? Kau agak berat..."

"Ups! M-maaf!" Tetsuya tergagap saat ia mengurai dirinya dari Seijuurou, sebuah rona kecil di kedua pipi kenyalnya.

"Tak apa," Akashi menepuk kepala Tetsuya untuk menenangkannya saat ia duduk kembali.

"Tet-chan dan Sei-kun akan bermain!" Kuroko berkata dengan senang saat ia mendekat dengan cepat ke surai merah.

Terlalu imut. Akashi berpikiran kepada dirinya sendiri saat ia dengan cepat mundur lebih jauh, seuah rona terang di kedua pipinya. Ia hanya mengangguk atas seruan Kuroko.

"Sei-kun akan selalu dengan Tet-chan, ne?" Kuroko bertanya, tersenyum, melihat dengan penuh harap kepada Akashi.

"Umm... Tet-chan, aku harus pergi," Akashi menjawab dengan sebuah kerut kecil di wajahnya.

"Eh? Kemana Sei-kun akan pergi?" Kuroko memiringkan kepalanya ke samping dengan penasaran, melihat ke Akashi dengan bingung.

"Kami pindah ke Amerika untuk dua minggu."

"...Apa Sei-kun meninggalkan Tet-chan?" Kuroko bertanya dengan pelan, menatap kedua tangan yang setia berada di atas pangkuannya. "Sei-kun ingin meninggalkan Tet-chan sendiri?"

"Hei, Tet-chan," Dua lengan kecil melingkar di tubuh mungilnya saat ia tertarik ke dalam pelukan hangat dari temannya. "Aku akan kembali, oke? Aku tidak akan meninggalkan Tet-chan untuk waktu yang lama."

"Bagaimana Tet-chan tahu apakah Sei-kun berbohong atau tidak?" Kuroko bertanya, mengintip dari dada Akashi.

"Kalau begitu, ayo buat sebuah janji!" Akashi mengangkat jari kelingkingnya ke surai biru yang berkerut karena bingung.

"Janji?" ia bertanya, mengangkat jari kelingkingnya dengan baik.

"Ha'i!" Akashi menangguk, menautkan jari kelingking mereka. "Saat aku kembali, aku berjanji akan menikahimu! Jadi sampai waktunya tiba, mari tunggu untuk kembali satu sama lain, bagaimana?"

"Sei-kun tidak akan meninggalkan Tet-chan lagi setelah itu?" Kuroko bertanya penuh harap, kedua iris aquamarinenya bersinar dengan pengharapan.

"Aku tidak akan meninggalkan Tet-chan setelah itu," Akashi berjanji seraya mengangkat kedua jari kelingking mereka yang terlilit.

"K-kalau begitu Tet-chan juga berjanji! Aku akan menunggu Sei-kun kembali dan aku akan menikahi Sei-kun!" Kuroko berseru seraya memeluk Akashi dengan erat. Akashi tersenyum dengan penuh kasih sayang saat si imut berada dalam pelukannya.

Tetapi itu adalah sebuah janji yang dibuat saat mereka seorang anak kecil, dan anak kecil cenderung pelupa, kepingan kenangan mereka berhamburan, seiring berjalannya waktu. Ia dapat tidak mengingat Akashi untuk waktu lama, atau panggilan khusus yang mereka gunakan untuk memanggil satu sama lain. Hanya warna merah, warna Akashi, itu mengijinkan Kuroko tidak sepenuhnya mengubur Akashi di masa lalunya. Tetapi sebuah janji tetap sebuah janji. Sebuah janji harus dipenuhi, tidak peduli dengan keadaan, tidak peduli dengan keanehannya.

"Ini adalah sebuah janji!"

Itu adalah sebuah janji...

─OoOoO─

Tiga belas tahun kemudian...

"Tetsuya! Cepat atau kau akan terlambat di hari pertamamu sekolah!" ibunya berteriak dari ruang makan mereka.

Kemudian apa yang aku lakukan disini, di dunia ini lagi? Seorang pemuda enam belas tahun dengan surai birunya bertanya kepada dirinya sendiri saat ia menatap dengan tanpa ekspresi ke dunia dari jendela kecilnya.

"Mengapa aku mendapat perasaan kalau sesuatu yang melampaui batas akan segera terjadi?" ia bertanya dengan retorik seraya memejamkan kedua matanya, menutupi kedua iris biru langitnya, bernapas di tengah dingin yang bertiup.

.

.

.

.

To be continued

P.S. Katsumi di dalam bahasa Jepang berarti 'kemenangan yang indah' atau 'victorious beauty' dalam bahasa Inggris. 'Manami' berarti 'kecantikan yang penuh kasih sayang' atau 'affectionate beauty'.

A/N : Firstly, I would thank to Kato-san who give her permission to me to translated her adorables fic to Indonesian. And also thank for your support, Kato-san :D

Aduh, gomen kalo bahasanya kurang bagus. Soalnya aku translate kebut sehari dan cuma bermodal kamus elektrik uvu

Kalo ada kata-kata yang kurang dimengerti, bisa tanya lewat review/PM, kok. Dengan senang hati bakal kujawab~

Gimana ficnya? Unyu, kan? Kato-san's fic is adorable and that's true. Specially this one.

Untuk saran atau kritik bisa disampaikan lewat review atau PM. Maksudnya, saran/kritik soal bahasanya. Kalo soal ceritanya, ini bukan cerita milikku. Jadi aku gabisa jawab kritikan kalian tentang ceritanya.

Sekali lagi, ini fic translate-an. Jadi, bukan cerita milikku sama sekali. Mungkin kalau mau kritik atau saran boleh langsung ke Kato Chinatsu (ini acc ffn kok. Search aja author ffn dengan penname itu.)

Aku udah minta ijin dan dikasih ijin sama Kato-san, jadi jangan nuduh aku plagiat atau apa ya. Aku udah minta ijin sama pemilik fic ini.

Aku boleh kan liat pendapat kalian tentang fic ini dalam versi Indonesianya? Bisa kalian fav/follow/review kok fic ini. Soal reaksi kalian, nanti aku bakal sampein ke Kato-san sendiri. Jadi, mohon kerja samanya~

Oke, sekian dulu. Mind to fav/follow/review? Thanks~ :3

P.S.S. The original fic this chapter is https:(/) .net(/)s(/)9245922(/)1(/)Pinkie-Swear

Hapus tanda kurungnya.