BABY PROPOSAL

Cast Sehun-Kai (SeKai / HunKai)

Rated M (sexual content, bxb)

Remake Baby Proposal, a novel by Dahlian and Gielda Lafita

I believe that someday we will find ourselves to be in love again . . . .

I believe that we were meant to be together . . . .

I believe that we were born to love each other . . . .

I believe that my fated is to love you . . . .

I still believe . . . .

CHAPTER 1

Sudah setengah jam lebih Jongin berada di kamar mandi rumah kontrakannya. Perasaannya kacau. Hampir sepuluh menit dia memegang alat itu, tetapi ia malah memejamkan matanya rapat-rapat. Tidak berani melihatnya. Ia takut pada kebenaran yang terhampar di depan matanya. Ini kali kedua ia menggunakan test pack, setelah kemarin tidak melihat hasil yang jelas. Pagi ini, ia mengulangi lagi dengan menggunakan test pack yang –menurut apoteker−lebih canggih.

Jongin menarik napas dalam-dalam. Dikuatkan hati untuk melihatnya. Ia mengangkat tangannya yang memegang test pack. Perlahan, matanya terbuka, dan pandangannya terarah pada alat test pack di tangannya. Pekik tertahan keluar dari bibir penuhnya yang kemerahan akibat digigit terus-menerus. Matanya terbeliak. Tangannya mulai gemetaran. Sebelumnya, ia sudah menduga, namun ia terus menyangkal kemungkinan itu. Namun, kali ini, tanda positif itu terlihat sangat jelas. Ia hamil! Perasaan Jongin tidak karuan. Takut, panik, dan bingung bercampur menjadi satu. Ia masih berharap tanda positif itu hanya bayangan belaka.

Ia tidak mungkin hamil disaat seperti ini. Ini pasti sebuah kesalahan! Test pack ini pasti tidak bekerja dengan baik. Tangan Jongin terkepal dengan erat hingga buku-buku tangannya memutih. Ia berharap semua ini hanyalah mimpi. Ia pun memberanikan diri, melihat hasil test pack itu lagi. Jongin sadar, ia tidak sedang bermimpi. Tangannya gemetar tak terkendali hingga test pack terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai kamar mandi. Perasaannya semakin kacau dan gelisah.

Jongin tidak berani membayangkan seperti apa hidupnya nanti. Selama ini, Jongin tidak pernah peduli dengan tanggapan orang lain terhadap dirinya, tetapi hamil tanpa pasangan belum pernah terlintas dibenaknya. Apalagi, Jongin adalah seorang lelaki seperti kebanyakan. Jongin menangkupkan kedua tangannya pada wajanhnya. Air matanya mengalir.

Sudah begitu lama ia meninggalkan keluarganya di Busan untuk hidup mandiri di Seoul. Setelah ia mengaku pada Ibunya bahwa ia memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Walau Ibunya tidak mempermasalahkannya, namun Jongin tetap memilih untuk hidup mandiri di Seoul. Tidak ada sanak saudara yang membantunya. Jongin bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan belum berminat untuk menjalin hubungan dengan lelaki manapun setelah Kris −kekasihnya−mengkhianatinya.

Tujuan hidup Jongin hanya satu; dapat hidup layak dari hasil keringat sendiri. Ia bercita-cita untuk memiliki restoran sendiri. Kehamilan sama sekali tidak ada dalam daftar rencana hidupnya. Jongin kembali mengingat perkataan Ibunya setelah ia mengaku tentang orientasi seksualnya yang menyimpang dan pamit untuk pergi ke Seoul.

"Disini …" sambil mengelus perut Jongin perlahan, "ada keajaiban yang Tuhan titipkan untukmu, Jongin" kata ibunya lirih. Jongin mengernyit bingung. Tidak mengerti apa yang ibunya katakan.

"Dengan siapapun kamu berhubungan nanti, tetaplah pilih jalan teraman, karena disini ada rahim." Ibunya menjeda kalimatnya sebentar, kemudian mengatakan, "Kamu bisa hamil Jongin."

Air mata Jongin mulai mengalir deras. Ia menangis sesenggukan, hingga sulit untuk bernapas. Ia tidak menginginkan seorang bayi. Tidak pada saat ini! Saat dirinya sedang bersemangat dan bersungguh-sungguh dengan pekerjaannya. Jika ia melepaskan cita-citanya sebagai chef hanya karena hamil, ia tidak akan punya kesempatan lagi.

Selain itu, ia juga merasa tidak sanggup menjadi ibu. Ia yakin, tidak akan bisa menjadi ibu yang baik. Sempat terlintas untuk menggugurkan saja, namun dengan cepat diralatnya kembali.

Jongin memang bukan orang baik. Tetapi, aborsi terlalu keji baginya. Tidak manusiawi. Namun, ia juga tidak ingin menikah. Tidak ingin terperangkap dalam suatu ikatan pernikahan yang membuatnya tidak bergerak bebas, dan akhirnya terpaksa melepaskan semua yang pernah ia cita-citakan. Persis seperti yang terjadi pada ibunya. Jongin menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Ia berusaha untuk fokus pada masalahnya saat ini.

Apa yang harus dilakukannya pada bayi ini? Hanya ada dua pilihan; melahirkan dan membesarkannya sendiri, atau memberi tahu lelaki itu. Bukankah lelaki itu ayah dari bayi yang dikandungnya? Jadi, ia berhak tahu.

Jongin bangkit dari toilet dan keluar dari kamar mandi sambil mempertimbangkan keputusannya. Ia melangkah ke dapur, mengambil air es, dan meneguknya perlahan. Setengah melamun, ia duduk di sofa usang di ruang duduknya.

Bagaimana cara mengatakannya? Haruskah ia menelepon lelaki itu dan mengatakan, "Hai…, ini Kim Jongin. Pria yang pernah sekamar denganmu di kapal pesiar waktu liburan ke Jeju… Ngomong-ngomong, aku sedang mengandung anakmu," begitu saja, tanpa basa-basi. Jongin menghela napas panjang. Dia tidak mungkin melakukan itu. Terlalu aneh. Ia harus mengatakannya langsung didepan lelaki itu, namun ia terlalu takut. Masih teringat jelas, reaksi yang timbul didalam dirinya ketika bertemu lelaki itu. Tubuhnya yang jangkung dan atletis, kulit putih pucatnya, serta garis rahang tegas yang melengkapi wajah tampannya mampu membuat perut Jongin mulas. Tatapan matanya yang tajam dan dingin mampu membuat hati Jongin terjungkir-balik. Lelaki itu sangat mempesona, tetapi ia tidak ingin terlibat dengan lelaki itu lebih jauh lagi. Dunia mereka terlalu berbeda, bagaikan langit dan bumi. Namun, bayi dalam kandungannya membuatnya terpaksa kembali berhubungan dengan lelaki itu. Jongin mendesah resah.

Sekelebat, terbayang semua adegan klise di drama-drama yang pernah ditontonnya: saat si permpuan mengaku dirinya hamil, sikap kekasihnya langsung berubah dan bermaksud menghindari tanggung jawab. Bahkan, pedihnya, si kekasih malah balik menuduh si perempuan telah tidur dengan lelaki lain. Bagaimana dengan dirinya yang lelaki?

Jongin benar-benar akan menghajar lelaki tersebut kalau berani menuduhnya serendah itu. Ingat bahwa Jongin juga lelaki yang memiliki kekuatan untuk sekedar membuat lebam di wajah orang lain dengan tangannya. Lelaki itu adalah orang pertama baginya, dan ia ingat persis setiap detail kejadian hingga musibah ini terjadi. Tiba-tiba gelombang amarah melanda hati Jongin. Ia marah pada dirinya sendiri karena telah mabuk dan merelakan lelaki itu menyentuh tubuhnya! Jongin menghela napas panjang. Seandainya semua itu tidak pernah terjadi. Seandainya waktu bisa diulang kembali. Seandainya…