Life Can Change
Naruto © Masashi Kisimoto
Life Can Change © SaphireOnyx Namiuchimaki
Pairing : Sasunaru
Rated : M for save
Genre : Hurt/comfort, crime (maybe), romance, tragedy
Warning : OOC, typo bertaburan, gaje, abal-abal, tidak sesuai EYD, boys love, sedikit adegan kekerasan, etc.
Note : hai minna, saya masih newbe dan ini fict sasunaru pertama saya, mohon bantuannya ya.
This story dedicated for
Event NightSun Hallowe'en
Don't like don't read
Suasana alam di musim gugur memang mempesona. Angin yang berhembus terasa sangat menyejukkan bagi yang merasakannya saat itu. Menerbangkan daun-daun yang sudah berserakan atau hanya sekedar membuang daun jatuh dan menyentuh tanah. Daun-daun yang sudah tahu akan tugasnya saling berlomba untuk menyentuh tanah. Mana daun yang terlambat dihijau, daun yang mulai menguning, bahkan juga daun yang harus memerah kecoklatan, seakan benar-benar paham tugasnya di musin itu. Itulah pemandangan yang ditangkap oleh kelereng kembar yang senada batu saphire milik Naruto.
Siang itu Naruto tengah berjalan keliling desa, tepatnya berjalan menuju pasar dan akan mengunjungi ichiraku ramen. Namun langkahnya terhenti saat mendapati toko yang menjual topeng dengan berbagai bentuk wajah hewan. Wajah yang memiliki tiga garis halus di masing-masing pipinya itu tampak terpesona mendapati topeng berwajah rubah, dengan warna orange hitam. Seketika itu kekaguman Naruto sirna, secara tiba-tiba pemilik toko melemparinya dengan topeng rubah tersebut setelah mengetahui apa yang dipandangi Naruto saat itu. Pemilik toko itu mengusir, menghina, dan memaki Naruto agar ia segera pergi dari tokonya. Kalau tidak, bisa-bisa tokonya bisa terkena sial dampak dari bocah sialan, setidaknya itulah yang telah dipikirkan pemilik toko itu. Naruto terjatuh, tak ada yang ingin menolongnya. Penduduk disekitar itu hanya menonton kejadian itu bahkan juga ikut memaki Naruto.
" pergi kau bocah sialan" usir pemilik toko itu dengan kasar.
"apa salahnya? Aku kan hanya melihat-lihat saja" terang Naruto mendapati pengusiran tersebut.
"cih,,, kau melihat-lihat saja sudah membawa sial pada tokoku, dasar bocah pembawa sial" makinya dengan penuh rasa kebencian.
" apa yang salah dengan diriku, sehingga kalian begitu membenciku?" tanya Naruto gemetar menahan tangisnya.
"ck, semua yang ada pada mu itu salah, kau tahu, bahkan kau terlahirpun atas dasar kesalahan" maki pemilik toko tersebut, mengingat ibu Naruto yang jadi korban pelecehan para preman desa tersebut.
"..." Naruto diam dan memilih berlari menjauh dari tempat itu.
"ck, anak itu"
" dasar bocah pembawa sial"
" dasar kitsune"
" dasar pembawa masalah"
Cacian, hinaan silih berganti dilontarkan penduduk yang menonton kejadian itu. Tanpa Naruto sadari ada anak laki-laki berwajah tampan tengah menyaksikan kejadian tadi. " bocah yang menarik, kitsune heh" gumamnya lirih. Entah apa yang dipikirkan oleh anak itu sehingga menyebut Naruto dengan kata menarik. Itu bukan tipe bocah tampan itu, mengingat dia tak pernah tertarik pada apapun kecuali hal yang sangat diinginkannya. Setelah iu bocah tampan dengan mata onyx senada dengan langit malam itu pun kembali melanjutkan perjalanannya.
Ditempat lain Naruto telah berada di depan ichiraku ramen. Memang ke sanalah tujuan Naruto berjalan siang itu. Menatap takjub kedai tersebut sambil menggenggam erat topeng pemberian atau lebih tepatnya topeng yang di buang karena ia telah menatapnya. Sejenak Naruto berpikir, ada untungnya juga jika semua toko memberikan barang gratis hanya karena dia menatapnya. Hah itu berarti semua orang membencinya. Tidak ingin ambil pusing dengan apa yang dipikirkannya, Naruto melangkahkan kakinya masuk kedalam ichiraku. Saat itu ichiraku tidak terlalu ramai.
Teuchi bersama anak perempuannya Ayame, tak pernah memperlakukan Naruto seperti penduduk yang lain. Mereka ramah terhadap Naruto, membuat Naruto nyaman berada di ichiraku setelah apartemenya pastinya. Naruto langsung memesan ramen ukuran junbo extra pedas pada teuchi, dan menunggu sebentar. Setelah menerima pesanannya Naruto langsung memakan ramen tersebut. Naruto menghabiskan ramen jumbo iu dalam waktu kurang dari lima menit. Setelah selesai Naruto membayar dan berlalu untuk melanjutkan keliling-keliling desa.
Tak terasa, setelah berjam-jam mengelilingi desa, warna langit telah berubah jingga menandakan sang surya mulai bersembunyi di balik singgahsananya dan menunggu untuk tugas hari esok. Tak membuang kesempatan, Naruto berlari menuju danau pinggir desa untuk melihat sunset yang sangat disukai Naruto. Membuang segala masalah yang diterimanya tadi siang, dari masalah di toko topeng, penyerbuan dari anak-anak dengan kerikil itu sangat menyakitkan. Mendapatkan luka lebam dipipi, pelipis, bahkan seluruh tubuhnya karena tak dapat menghindari kerikil karena pengeroyokan. Tapi untung saja, masih ada yang mau bersahabat dengannya, seperti paman teuchi dan Ayame nee-chan. Masih memandang sunset dengan wajah berbinar, tanpa sadar seorang mendekatinya. Bocah tampan kulit alabaster memandang sunset tanpa ekspresi disamping Naruto.
" kau menyukainya?" tanya bocah tampan itu pada Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari sunset. Naruto yang mendengar suara sontak mengalihkan pandangannya, meolehkan kepalanya kekanan dan kekiri dan mendapati bocah tampan yang seumuran dengannya. Naruto tidak menjawab pertanyaan itu. Dia menatap kagum sosok bak pangeran, kulit putih bersih, hidung mancung, pipi tirus dan rambut hitam kebiruan dengan style yang aneh err lebih mirip pantat ayam ' hah, tampan sekali' lirih Naruto dalam batin sambil memandangi bocah itu dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan wajah melongo.
"jangan memandangiku seperti itu, kau tampak bodoh denagan wajah sepaerti itu dobe". Pernyataan Sasuke membuyarkan lamunan Naruto. Apa Naruto tidak salah dengar, bocah disampingnya itu baru saja mengatainya bodoh dan dobe.
"apa? Kau bilang apa barusan?" tanya Naruto memastikan pendengarannya.
" ck, ternyata selain dobe kau juga tuli ya" seketika itu urat-urat saraf Naruto muncul di sudut keningnya. Warna merah semerah tomat menghiasi wajah tan manis yang dihiasi tiga goresan halus di masing-masing pipinya. Tak dipungkiri aura hitam mengelilingi Naruto dengan wajah devilnya dipandanginya dengan garang orang yang barusan mengatainya. Bocah tampan itu tak mempedulikan aura kelam yang dikeluarkan Naruto. Dipandanginya Naruto yang dalam mode seperti itu tampak lebih manis dan imut. Mengalihkan kembali pandangannya pada sang surya yang kian lama kian menghilang di ufuk barat.
Langit jingga itu perlahan menghilang. Langit berubah menjadi hitam menandakan saat itu sudah malam hanya menyisakan cahaya rambut dan cahaya yang senada dengan batu saphire yang dipancarkan oleh mata Naruto. Naruto yang tengah memandangi bocah disampingnya itu kepergok oleh mata hitam kelam itu. Onyx meet saphire, hitam bertemu biru lngit siang milik Naruto. Menyadari bocah rambut ala pantat ayam itu tengah menatap kedalam tepat ke iris biru Naruto, ia merasa kaku tak bisa menolak indahnya pesona langit malam mata tersebut.
Deg
Jantung Naruto berdetak tak karuan, lebih keras, lebih cepat dari biasanya. Tatapan itu bukan tatapan yang ditujukan penduduk desa atau pun anak-anak kepadanya juga bukan tatapan teuchi ji-san dan ayame nee-chan. Melainkan tatapan kosong, kesepian namun tersirat tatapan lembut penuh cinta yang ditujukan kepadanya.
Deg
Sekali lagi jantung Naruto meronta keluar seolah-olah tahu apa yang sedang dirasakannya. Naruto masih menganggap itu adalah tatapan seorang teman. Apa yang diketahui oleh bocah berumur sembilan tahun ini tentang cinta. Hah tak ingin mengambil pusing tentang cinta, Naruto pun mengalihkan pandangannya dari mata kelam tersebut.
Merasakan sinyal pertemanan yang diberikan oleh anak itu yang menurut Naruto usianya pasti tidak beda jauh dengannya, Naruto pun memberanikan diri menanyakan namanya setelah memperkenalkan drinya terlebih dahulu.
"hey, Naruto. Uzumaki Naruto. Siapa namamu? Berucap memandangi lawan bicaranya sambil menyalurkan tangannya. Berharap disambut oleh tangan yang akan memberikan kehangatan, namun tak kunjung diterimanya.
"Sasuke, Uchiha Sasuke" dengan nada datar, wajah tanpa ekspresi nan dingin itu memperkenalkan dirinya tanpa menyambut uluran tangan Naruto. Naruto memiringkan kepalanya menaikkan sebelah alisnya menatap bingung pada bocah yang diketahui namanya adalah Sasuke itu. Menarik kembali tanganya.
Tak ingin ambil pusing Naruto memperhatikan sekelilingnya untuk menghilangkan rasa canggungnya. Bagaimana tidak, jarang sekali ada orang yang tahan berekatan dengannya. Yang ada mereka menghindari dan menghinanya. Untuk Sasuke pengecualian bahkan dia tadi telah mengatainya, tapi tetap saja Sasuke itu special. Entah special dalam arti apa Naruto tidak tahu pasalnya saat dia berdekatan dengan Sasuke dia mersakan sesuatu yang abnormal dirasakannya tepat bagian dadanya.
Untuk beberapa saat hanya ada kesunyian diantara mereka. Tak ada yang ingin memulai pembicaraan. Naruto mulai mencoba memecahkan kesunyian. Dia tidak suka kesunyian meski hidupnya terasa kesepian.
" hmm, ano,,, etto Sasuke, apa kau mau berburu permen bersamaku dimalam halloween besok?" Naruto tampak ragu menanyakan itu pada sasuke. " Aku tidak bisa" Sasuke langsung menjawab tanpa ingin membuat Naruto menunggu dan berharap padanya. Sebenarnya Sasuke ingin, tapi dia tidak bisa. Dia harus ikut orang tuanya keluar kota karena ada urusan bisnis. Sasuke ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama, namun sasuke yakin suatu saat dia bisa bersama selamanya mengingat dia seorang uchiha jadi intuisinya akan selalu benar dan harus terjadi karena itu mutlak.
"tidak apa Sasuke aku mengerti, mana ada or,,,,"
"gomen bukan begitu maksudku" perkataan Naruto dipotong cepat oleh sasuke karena tidak ingin dianggap oleh Naruto bahwa dirinya tak ingin berteman dengannya.
" oh ya, hari sudah larut, aku mau pulang dulu , pamanku pasti sudah mencariku. Jaa ne Sasuke, mata aimashou" ucap naruto meninggalkan sasuke sambil melambaikan tangan dengan senyum lima jarinya. Berharap kalimat terakhirnya benar-benar akan terjadi suatu saat.
"pasti" jawab sasuke lirih yang pasti Sasuke yakin suaranya terdengar samar oleh Naruto. Sasuke hanya menatap punggung naruto yang mulai menghilang ditelan gelapnya malam. Sambil berlari Naruto tersenyum girang, dia tak salah dengar tadi meski samar tapi dia yakin itu benar. Naruto yakin sasuke benar-benar ingin berteman dengannya. " semoga saja" batin naruto.
#SapphireOnyx Namiuchimaki#
Sesampai didepan apartemennya, naruto tidak langsung masuk, dia masih tersenyum membayangkan Sasuke dan akan menceritakannya pada pamannya.
" tadaima" ucap naruto perlahan memasuki apartemennya.
"okaire" jawab seseorang dalam apartemennya. Dia Umino Iruka, pemilik apartemen ini yang sebenarnya dan merangkap sebagai paman Naruto setelah bersedia menjaga Naruto 9 tahun. Naruto sudah menganggap iruka seperti ayah sendiri, bahkan Iruka bisa seperti seorang ibu dalam situasi tertentu seperti saat ini misalnya.
"hey darimana saja kau? pergi tak pamit pulang larut malam begini hah?"kau membuat ku khawatir saja" tanya Iruka pada Naruto khawatir. Benarkan sudah kuduga bahkan paman melebihi seorang ibu. Terbukti dari cara dia khawatir pada ku, ya dia sangat khawatir batin naruto.
"gomen paman, aku hanya berkeliling desa saja seharian ini, dan ku yakin paman tahu apa yang terjadi selanjutnya padaku" naruto merasa bersalah karena tidak pamit pada iruka tadi.
"hah ya sudah, segera mandi lalu kita makan bersama"
"ha'i" berucap langsung segera mandi.
Setelah selesai mandi Naruto segera keruang makan. Mereka makan dengat hikmat, tapi tidak terlalu karena Naruto tipe orang yang tak bisa diam. Acara makan malam mereka telah selesai dilanjutkan dengan Naruto yang mulai menceritakan kejadian tadi siang yang dialaminya, termasuk pertemuaanya dengan Sasuke. Iruka menyadari perubahan raut wajah Naruto saat menceritakan Sasuke. Iruka yakin Naruto menaruh harapan pada Sasuke. Iruka berharap Sasuke benar-benar menjadi teman yang di harapkan Naruto.
#SapphireOnyx Namiuchimaki#
Malam ini malam halloween, malam yamg dinantikan Naruto bertahun-tahun. Naruto memang belum pernah merayakan malam halloween. Bukannya Naruto tak ingin melainkan Irukalah yang melarangnya. Takut terjadi sesuatu pada Naruto mengingat pandangan penduduk terhadap Naruto tidak baik. Untuk kali ini mengijinkannya sesekali tak apa bukan. Naruto kan juga butuh hiburan.
Naruto keluar dengan kostum rubahnya sesuai dengan topeng rubah yang ia dapat. Mengingt tak ada kostum menyeramkan yang ia punya jadi tak ada pilihan lain. "trick or treat" naruto bersorak seraya mengetuk pintu rumah yang ia datangi dengan senyum di balik topeng. Berharap mendapatkan permen namun nihil, penghuni rumah yang mendapati naruto yang mengunjunginya segera mengusir naruto.
Naruto tak habis pikir, bagaimana bisa orang-orang mengenalinya di balik topeng. Mungkin dari rambutnyalah penduduk dapat mengetahui kalau dialah di balik topeng. Rambut naruto yang blonde tidak menunjukkan keturunan orang jepang. Rambut pirang jabriknya itu dapat menyilaukan mata saat terkena sinar matahari, belum lagi kulitnya yang eksotis persis seperti orang amerika.
Setiap Naruto datang, bukan permen yang didapati, melainkan perlakuan kasar yang ia terima. "treak or treat" Naruto mendengar suara anak-anak seusianya yang tengah mendatangi rumah warga, lantas Naruto menghentikan langkahnya dan memperhatikan apa yang terjadi. "ini berbagilah. Selamat malam halloween" kata penghuni rumah dengan lembut. Naruto yang mendengarnya merasa geli. Amboi-amboi kalau dengan dia pasti mereka memasang wajah garang. Membuat Naruto muak, menyedihkan sungguh ironi bukan.
Naruto masih terus berusaha namun sia-sia, tetap saja perlakuan kasar dan jangan lupakan hinaannya yang membuat Naruto rasanya sakitnya tuh disini. Naruto ingin pulang, dia sudah malas untuk merayakan malam halloween itu.
"hei rubah, lebih baik kau plang saja, kau tidak akan mendapatkan permen" kata anak perempuan berambut merah. Dirinya memang ingin pulang tadinya, kalau saja bukan karena suara yang mengintrupsi perjalanannya dia tak akan berhenti batin Naruto bosan.
"apa kau mau sesuatu?" tanya anak laki-laki berambut biru muda. Pertanyaannya itu membuat semua teman-temannya menatap heran. "apa yang akan kau berikan sakon?" tanya anak perempuan yang bernama Tayuya itu. "ku pastikan sesuatu yang pantas diterimanya" sambung adik sakon mungkin, menurut Naruto.
"apa kalian akan berbagi permen dengan ku?" tanya Naruto antusias. "bukan hanya sekedar permen" jawab Sakon dengan seringai terpampang diwajahnya. Teman-temannya pun ikut tersenyum licik. Selanjutnya aksi pembulian pun diterima Naruto saat itu. Naruto yang sendirian pun tak dapat menghindari pengeroyokan. Naruto hanya pasrah pada takdir yang diterimanya saat ini.
Naruto yang telah babak belur dengan luka memar dimana-mana tidak membuat mereka menghentikan aksi penyiksaan itu, hinaan pun ikut menghujani Naruto saat itu. Naruto tak hanya mendapatkan luka fisik, namun mentalnya juga. Setelah merasa puas Sakon Cs pun meninggalkan Naruto tanpa rasa bersalah.
Naruto tidak kuat lagi menahan tubuhnya agar tetap tegak, memaksakan diri untuk bejalan, merasakan kepalanya agak berat, perasaan sakit meradang di seluruh tubuhnya. Kepalanya terasa berputar-putar, mata Naruto pun mulai sayu dan akhirnya Naruto limbung dan jatuh tersungkur di tanah. Tak ada yang mengetahui Naruto pingsan. Hanya bulan dan bintang yang yang menatap prihatin sosok Naruto yang terkapar.
Angin malam terasa dingin menusuk tubuh lemah Naruto, membelai halusnya surai pirang Naruto. Perlahan Naruto mengerjapkan matanya, kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Mengamati apa yang terjadi dan mendapati dirinya yang terkapar di tanah. Berdiri perlahan walau terasa sakit, Naruto menyeret langkahnya tertatih-tatih menuju taman yang tak jauh dari tempatnya pingsan tadi.
Memilih bangku taman untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Naruto berfikir, dia tak boleh lemah seperti ini terus-menerus. Orang lemah tak pernah berada di garis depan tertinggal jauh di belakang. Dia harus bisa membela dirinya. Bagaimanapun dia harus kuat agar tidak diremehkan lagi oleh orang-orang yang menganggapnya lemah. Memikirkan harus seperti apa dan bagaimana kelak, lantas membuat kepala Naruto semakin sakit.
"agh..." erangan kesakitan pun keluar dari mulut Naruto. Menjambak rambutnya dengan kedua tangannya berharap dapat menghentikan rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi-jadi. Tanpa Naruto sadari, sebelah matanya kini berubah warna. Iris yang biasanya bewarna seindah batu saphire itu kini menjadi merah menyala senada batu rubi. Tatapannya pun tampak berbeda tersirat kebencian di mata merahnya itu.
"Aghhh,,,," Naruto menarik surai pirangnya dengan kasar. Dia tampak seperti orang frustasi berat. Perlahan didongakkan kepalanya menatap langit. Malam halloween tersebut tampak berbeda, saat itu tengah bulan purnama. Namun kali ini cahaya bulannya tidak seperti biasa. Cahayanya memerah, semerah darah, persis seperti sebelah mata Naruto saat itu. Naruto menatap kearah bulan, dan kini iris Naruto yang cemerlang seindah langit musim panas itu mulai kehilangan keindahannya tergantikan oleh iris merah senada batu rubi. Garis halus bak kumis kucing di wajahnya itu tampak semakin jelas dan kasar. Wajahnya berubah garang penuh emosi dan kebencian.
"Kalian akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini suatu saat nanti, kupastikan itu akan terjadi"
Naruto beranjak dari posisinya, bangkit dan berusaha berjalan pulang, namun perasaan sakit dan aneh pada dirinya tak bisa tertahankan.
"Agh,,, aku ti- dak akan melakukan hal i-tu brengsek" Naruto berteriak mengupat, tapi entah pada siapa dia tujukan. Di sekitar tempat itu tidak ada siapa pun selain dirinya. Naruto mengatakan hal itu untuk dirinya sendiri, sosok yang ada pada dirinya yang telah menguasainya.
"Ck, kau berisik, tenang saja, biar ini menjadi urusanku"-
"Apa yang akan kau lakukan. Jangan membuatku malu"
"Bukannya kau sudah begitu memalukan di depan mereka"
"Tapi-"
"Sudah kubilang, kau tenang saja. Kau hanya perlu mengikuti permainanku saja, dan aku akan membuat mereka menanggung semua akibatnya, dan kau akan puas menyaksikan itu"-
Saat itu Naruto seperti orang gila yang berbicara sendiri dengan nada yang berbeda-beda. Naruto kembali menyeret langkahnya menuju rumah. Dia merasa lelah, berbicara sendiri terasa seperti sedang bekerja keras.
Waktu yang ditempuh Naruto pulang lebih lama tiga kali lipat dari waktu saat di pergi. Dia sampai di depan apartemennya dan langsung mengetuk pintu. Terdengar suara langkah kaki Iruka yang mendekati pintu, memutar kunci dan membukanya.
'cklek' suara deritan pintu terbuka menampakkan sosok pria yang berusia sekitar 23 tahunan dengan garis luka melintang di hidungnya .
"tadaima" ucap Naruto lirih hampir menyerupai bisikan bagi Iruka.
"astaga, apa yang terjadi denganmu?"
TBC
a/n: sedikit grogi untuk mempublish ini. Sebenarnya saya kurang pandai mengarang, tapi karena niat hati ingin sekali memeriahkan event nightsun hallowe'en by onyxsapphire'z, dengan keberanian yang besar dan kepercayaan diri yang tinggi saya mempublish ini. Maaf ceritanya kurang memuaskan, terlalu mainstream, tapi ini murni ide muncul dari diri saya sendiri.
Gomen ne minna di chap ini sasunaru munculnya kurang banyak.
Untuk memperbaiki tulisan saya ini yang jauh dari kata baik, saya berharap reader sekalian mau memberikan saran dan kritik yang membangun untuk kemajuan cerita saya selanjutnya.
Mohon riviewnya
