Hitsuzen sama sekali tidak punya hak cipta Marverls.
.
chapter 1
.
Bekerja sebagai satu dari banyak spesialis di SHIELD membuatnya bagai jerami dalam tumpukan jerami, dan Stiles sangat menikmati peran anonim ini. Apartemen baru di wilayah elit adalah keuntungan lain bekerja di SHIELD; ia bukan agen yang ditempatkan di apartemen khusus sehingga memudahkan dipanggil setiap waktu, ia juga bukan intern yang ditempatkan dalam satu asrama berisi 4 orang persuit. Apartemennya khas lajang, tak terlalu besar tapi juga punya pemandangan ke arah teluk. Paling tidak ia tak perlu lagi membuat ayahnya cemas ia bakal melarat.
Stiles membayangkan, dengan gelar yang dimilikinya, ia akan berakhir sebagai dosen atau penulis buku. Lagi pula, siapa yang ingin mempekerjakan orang dengan gelar Folklor minor Mitologi? Tapi ayahnya sedari awal tidak percaya; menurutnya bukan dunia Stiles bekerja diantara bocah ingusan. Jadi, saat ia bilang pada ayahnya bahwa ia diterima bekerja di New York, ia malah bertanya, "FBI atau CIA?"
"Apa?" Stiles menahan napas. "Tidak keduanya!"
Ayahnya menghela napas, "Stiles... apakah NASA?"
"NASA? dad... aku bahkan tidak kuliah di MIT! Ehem, aku mungkin tidak sengaja direkrut sebagai spesialis oleh SHIELD?"
"SHIELD-organisasi lintas negara yang terlibat perang alien-SHIELD?"
"Yeaah... "
"Oh, sial. Kau sudah memulai rencanamu mendominasi dunia."
"Daddy! Kau tidak memandangku sama sekali! Aku malah membantu menghentikan orang-orang yang ingin mendominasi dunia!" Duuh...
Ia mendengar ayahnya menggumam 'Stiles dan superhero, bakal ada kekacauan masal.'
Dan kekacauan masal-lah yang terjadi.
Stiles mengawali harinya sama seperti spesialis lain yang rapi dan klimis dengan jas mereka, kecuali Stiles memakai kaos superhero dibaliknya; tameng kapten amerika. Mereka di tempatkan di satu ruang luas yang disekat oleh papan dan rak-rak penuh kertas. Beda bilik miliknya dengan karyawan di perusahaan normal, miliknya penuh dengan manuskrip kuno dan komputer super canggih. Ya, kalian tidak salah dengar, SHIELD adalah perusahaan, perusahaan dibidang superhero. Tentu perlu ada orang waras diantara para superhero sehingga SHIELD mampu berjalan, itulah Spesialis. Hanya satu yang ia sayangkan saat menjadi spesialis; ia tak kan pernah bisa melihat langsung sepak terjang Avengers. Well, paling tidak ia bisa sesekali melihat Iron Man terbang keluar masuk Avengers Tower, atau terkadang Kapten Amerika A.K Steve Roger berpakaian sipil, joging menuju taman kota.
xxx
Stiles sedang mengartikan paragraf latin dari berkas kuno tentang ritual pengorbanan sambil menyesap cappuccino-nya saat suara dehaman membuyarkan konsentrasinya. Mulutnya menga-nga menemukan baby-sitter Avengers berdiri di balik tumpukan berkas menggunung. "Spesialis Stilinski?"
"yeah?"
"Agen Coulson."
"aku tahu," Oh sial, batinnya, melihat alis pria itu terangkat. Tidak seharusnya ia tahu tentang Coulson, kecuali ia meng-hack file level Zero. Inilah akibatnya jika rasa penasarannya kebablasan.
Sang agen menyempatkan diri mengamati biliknya; dari papan investigasi yang terbentang peta USA lengkap dengan lingkaran merah letak tiap pack werewolf dan pin yang menandakan pergerakan Hunter, hingga koper besi disudut yang berisikan persediaan wolfbane dan racun mematikan. Ujung matanya berkedut dalam usahanya menahan diri mengikuti arah pandang sang agen, alih-alih mengembangkan senyum paling innocent. Andai pria itu tahu, sekelompok pin pada lingkaran merah di Virginia yang berarti perang werewolf vs Hunter adalah kekacauan yang tak bisa dijelaskan dalam file Xf561CR.
"kau sudah menerima berkas yang kuberikan padamu?"
Stiles mengedip beberapa saat, "aku sedang mengerjakannya."
"Bagus. Aku membutuhkannya besok," ia menarik berkas dari lengannya. "Bisa kau terjemahkan ini? kau bisa menyertakannya besok."
"uh, tidak bisakah kau menyuruh yang lain? aku masih mengerjakan ini... " ia yakin ada lebih dari satu spesialis ahli bahasa latin yang tidak sedang menerjemahkan 300 halaman naskah kuno.
"Tidak ada yang lain mr. Stilinski. Aku tunggu berkasnya besok. Anggap saja ini masalah darurat nasional."
"Tidak ada yang lain? maksudku, kau tidak mungkin hanya merekrut satu orang ahli foklor, kan?" ucapnya sambil merentangkan tangan, "ya kan?" Spesialis Gordon mengintip penasaran dari balik biliknya, "Gordon misalnya," sebelum menghilang diam-diam.
Coulson menghela napas, "Ya, tapi tidak semuanya mampu bahasa latin sekaligus Jepang klasik."
"Jepang klasik?"
"Ya," Coulson tidak menyiakan kesempatan itu, membuka berkasnya seakan memberi tulang pada anjing. Well, pantas saja Jepang klasik, berkas itu berisi mitologi Jepang, terutama rubah berekor sembilan.
Keesokan harinya Stiles pergi ke ruangan Coulson dengan mata panda. Duduk di depan orang kedua paling berpengaruh di SHIELD sambil berpakaian kemeja flanel membuatnya tampak seperti anak ingusan. Bahkan sosok Hawkeye yang berdiri di pojokan tak mampu menghentikan uapan lebarnya. Salahkan Coulson sehingga ia melupakan pil ardenal-nya.
Berkas tentang ritual sihir ditumpuk paling atas, sementara ia memberikan yang lain pada agen Barton.
Pria itu membolak balikkan halamannya sambil mengerutkan dahi. "Disini kau mencoret pernyataan tentang sasaran ritual pengorbanan-"
"well, yeah literatur bodoh, sama sekali tidak layak untuk waktu berhargaku," gerutunya dibalik napas. "Ehem, aku sudah memberikan koreksiannya di bagian belakang-" Coulson seketika membalik cepat halamannya, "-ksatria, perawat, pelajar dll itu dan yang paling penting mereka semua harus virgin." kalimat terakhir Stiles membuat mereka semua berubah kaku. Bahkan Hawkeye berdiri condong ke arahnya dengan intens. "Huh?"
Rupanya jika sasaran ritual itu adalah Steve Roger, itu jadi masalah nasional. Walau yang ada diotaknya saat itu lebih pada kenyataan bahwa kapten Amerika masih virgin.
Stiles tidak yakin SHIELD siap menghadapi Darach. Jadi, diam-diam ia
mengobrak abrik koper lamanya yang ia letakkan di sudut untuk mengeluarkan kalender pergerakan bulan. Stiles membentangkannya di meja, menahan ujungnya dengan asbak, klip dan kotak pulpen. Ini bukan pertamakalinya ia berurusan dengan Darach, dan kemungkinan bukan yang terakhir. Stiles membuat hitungan cepat untuk menentukan lokasi Steve, sebelum semuanya berubah jadi berdarah dan brutal. Secara harafiah Darach bukan lagi manusia, jiwanya gelap, seperti setan; konsekuensi dari mengkonsumsi energi dari ritual pengorbanan.
Bukan hal mudah menyusup dalam sistem keamanan untuk melacak Coulson, karena pria itu bisa berada dimanapun, kapanpun. Stiles mengetuk dan membuka pintu kantor, seketika menjadi pusat perhatian para agen yang berkumpul disana.
"Spesialis Stilinski?"
"Uh, well. Bagaimana seandainya secara hipotesis kita bisa menyempitkan area pencarian?" dan disitulah awal dimana ia berada di tengah agen berseragam ketat.
Tak ada yang tahu saat Stiles menyelipkan tabung berisi montain ash di tangan Coulson, sambil mengoceh, "uh, sebagai jimat keberuntungan. Well, bukan berarti aku percaya takhayul, tapi mitos tidak muncul begitu saja, kan? seperti tak ada asap tanpa api. Lagi pula benda ini cukup sakit saat terkena mata, barangkali kau terlalu dekat dengan Darach. Tehehe." dan kabur secepat mungkin.
Stiles menunggu kabar dengan gugup; ia tidak yakin bagaimana tim manusia, mutan dan robot mampu mengalahkan penyihir. Mungkin tembakan laser lebih cepat dibandingkan mantra, tapi yang jelas mereka berhasil menyelamatkan Steve. Stiles tidak yakin trik bubuk kayu Rowannya berguna, tapi agen Coulson mengembalikan tabungnya, kosong.
Esoknya, seorang agen menunggu di biliknya yang melompong dan mengajaknya tanpa banyak bicara ke ruangan berplakat G Stilinski di pintunya, lengkap dengan papan investigasi dari fiber glass. "Apa ini cara SHIELD memberitahu, aku mendapat kenaikan pangkat?" Yang hanya dibalas dengan naiknya sebelah alis dan ucapan selamat tinggal.
Ia masih di bawah departemen riset, tapi ia punya email pribadi Coulson yang membuatnya cukup mengirimkan data digital. Yang artinya, lebih sedikit birokrasi, lebih sedikit mimpi buruk. Dan, jika tanpa sengaja, kantornya pindah ke lantai yang level keamanan tiga kali lebih tinggi dari sebelumnya, Stiles tidak terlalu peduli. Ia punya kursi putar.
xxx
Malam hari di New York, pekat tanpa bintang, dengan sirine mobil polisi meraung-raung. Tak heran jika menemukan kriminal berkeliaran di antara gang-gang sempit. Jadi, tak mengherankan pula saat salah satu agen SHIELD melompat ke balkon apartemennya sewaktu ia duduk menyesap kopi dengan buku kuno tebal dipangkuan.
Seandainya ia tak bekerja di SHIELD, mungkin ia melewatkan mengenali Black Widow; dengan rambut merah yang mengingatkannya pada Lydia, memandangnya tak berkedip dari posisinya yang siap terjun kapan saja. Stiles membetulkan posisi kacamatanya, menyeruput kopinya dan menunjuk ke salah satu gedung tempat mutan yang ia kejar kabur. Wanita itu tampak ragu sejenak sebelum melompat ke dalam kegelapan. Well, tipikal malam di New York.
Stiles tidak bisa lagi membedakan antara kejadian normal dan tidak. Hidupnya selalu diwarnai hal tak terduga. Jadi, ia tak panik, saat di hari ia mengambil cuti untuk jalan-jalan ke Prancis, ia menemukan Hewkey tergeletak berdarah di gang sempit dekat parkiran mini market. Peter meraih belanjaan dari tangan Stiles dan menaikkan sebelah alis, seakan menunggu apa yang sudah bisa ditebaknya. Stiles memutar bola mata, dan mengangkat agen yang tak sadarkan diri. "Paling tidak kau bisa membantuku mengangkatnya, Peter."
"Aku bahkan tak mau berjalan kurang dari 1 meter dengan itu dan membuat SHIELD memeriksa file-ku."
Stiles mengabaikannya, "Aku bukan saint untuk supranatural, kau tahu. Atau superhero. Kenapa aku tidak bisa menikmati malam dengan normal?"
Semenjak ia meninggalkan Beacon Hill, ia tak mempertahankan kontak kecuali dengan Peter. Satu-satunya orang yang tak memperlakukannya berbeda setelah Nogitsune, satu-satunya yang menanggapinya serius dan bahkan tak berkedip saat kompas moral Stiles mengarah ke arah yang salah. Peter melihat segalanya di area abu-abu, apa yang paling penting baginya adalah kesetiaan, bahkan Cinta tidak begitu penting bila berakhir seperti Derek. Ia membunuh, psyco, dan ada skrup longgar di otaknya. Tapi ia tak pernah menyentuh yang tidak bersalah. Moral kompas yang tidak ideal bagi alpha macam Scott McCall, tapi cukup membuat mereka bertahan di dunia supranatural. Alpha Peter punya pengendalian diri luar biasa yang membuatnya tidak menjadi Omega hanya dengan menganggap Stiles sebagai Pack. Dan mereka berdua setuju untuk menghabiskan sisa hidup dengan damai. Tapi rupanya takdir berkata berbeda.
Stiles menyeret setengah membopong Barton ke mobilnya. Ada untungnya ia membawa Rosy, bukan Camaro, jadi ia tak berpikir dua kali saat melemparkan pria itu ke jok belakang yang kulitnya sudah berubah warna setelah berkali-kali terkena darah werewolf. Ia berharap penyadap yang terpasang pada Barton membawa SHIELD pada mereka.
Stiles berakhir mengambil peluru dari lengan dan perut agen Barton. Sementara Peter memandangi mereka dari balik bayangan, di kejauhan. Sudah lama darah tidak lagi menakutinya.
Agen Barton masih tak sadar saat ia selesai, jadi Stiles mengambil bluetooth dari telinganya dan menyalakannya. Begitu transmisinya hidup, terdengar suara familier.
"Em... agen Coulson?"
jeda sesaat.
"mr Stilinski?"
"Stiles, please," ia memutar bola mata. "Aku menemukan agen Barton, kau bisa melacak lokasiku? ah, juga siapkan beberapa kantung darah, dia tampak pucat pasi... "
"Dia baik-baik saja?"
"Well, sebaik orang dengan tiga peluru bersarang di tubuhnya."
"Pelurunya?"
"Mendarat dengan aman di piring perakku- " Stiles melirik piring Peter, "-secara harafiah. Kau bisa mengambilnya, sekaligus piringnya. Rumah musim panasku tak perlu dekorasi peluru berdarah-darah."
Terdengar ketukan di pintu, Stiles melesatkan pandangan pada Peter yang bergerak tanpa suara, membuka pintu. Ia memposisikan dirinya, waspada. Setelah yakin tak ada bahaya, ia mundur tiga langkah sehingga Stiles bisa melihat Agen Coulson sudah berdiri disana dengan hp masih di telinga, mengamati sekitarnya dengan jeli dan berakhir pada Stiles; pada tangannya yang masih belepotan, perban dan peluru di piring. Stiles menyodorkan peluru di piring perak, kurang apa coba?
"Kau mengambil pelurunya."
"Well, kukira kau tidak akan senang menemukannya di rumah sakit, kerahasiaan SHIELD dsb. Lagi pula ia sudah kehilangan banyak darah." Sementara beberapa agen masuk untuk membopong agen Barton, Peter bergerak dan berdiri protektif di belakangnya. Coulson memang tidak tahu Peter adalah Werewolf, tapi seorang agen macam dia tentu sadar aura penuh ancaman; 'aku juga punya taring, jangan macam-macam'. Namun, Coulson tampak tak terganggu, membuat Stiles senyum sambil melirik Peter. Ia tahu itu mengganggunya.
"Ini liburanku, tahu... " gerutu Stiles. "Bisakah kau menjauhkan yang berdarah-darah dariku?"
"SHIELD berhutang padamu, aku pastikan kau akan mendapatkan tambahan cuti, sehari."
"Yee... " seru Stiles datar. "Aku tidak peduli, hanya jauhkan agenmu dari rumahku."
Coulson tersenyum kecil, mengambil piringnya, "sampai jumpa lagi, Spesialis Stilinski. Aku pastikan Barton tahu ia sudah berhutang padamu."
"Kembalikan saja piringnya tanpa noda!" seru Stiles sementara para agen meninggalkan rumah pantainya. Seketika suasana kembali hening dan suara perutnya terdengar jelas. "Aku lapar."
Peter memutar bola mata, "Kau memberikan padanya piringku, kau yang memasak makan malam."
"Uh, kau sendiri yang menyodorkan piringnya padaku karena tak ingin mengotori karpet."
"Kau sudah mengotori sofa ku, Stiles. Seharusnya kau memasak makan malam selama seminggu untuk menggantinya." mereka melanjutkan berdebat layaknya old couple sambil memasak lasagna.
xxx
Peter kembali ke pekerjaannya sebagai pengacara, dan Stiles kembali ke New York. Ia bahkan belum memulai hari pertama bekerja saat listrik tiba-tiba lenyap di New York. Ya, lenyap, bahkan tower Tony Stark; dengan reaktornya yang unik-Itulah yang membuatnya menyadari ini bukan mati listrik biasa. Stiles segera mengepak berkas pentingnya, mengunci file di HP nya dengan sandi rumit, menyelipkan pistol yang ia curi dari pinggang salah satu agen magang dan memastikan pisaunya masih aman di dalam sepatu bott nya. Diluar, ia disambut hiruk pikuk agen dan lesatan sinar laser Iron Man yang menghancurkan sepasukan robot dengan simbol Hydra. Seperti dugaan, sesuai profilnya, Profesor sinting dari Hydra ini punya obsesi pada hari-hari pagan, tak heran jika ia melakukan serangan tepat di hari titik balik musim panas. Jika Coulson mendengar baik-baik lanturannya kemarin, ia dan tim nya pasti siap menghadapi serangan ini. Sedangkan baginya, itu tanda untuk menjauh dari masalah. Jika dalam perjalanannya mencari donat, ia tak sengaja menembak beberapa kepala robot, tidak ada yang mengetahuinya kecuali CCTV mati.
Stiles sibuk menghabiskan donat keju di salah satu sudut New York, jauh dari kekacauan. Sudah hampir lima jam televisi memberitakan sepak-terjang Avengers. Stiles baru mendongak dari donatnya saat TV yang memperlihatkan profesor sinting itu mati. "huh, menarik." Stiles mengecek HP-nya sebagai benda elektronik terakhir yang menyala karena terlindung rune kuno yang iseng ia ukir di chasing-nya.
Kurang dari 2 jam sampai mobil-mobil van hitam berhenti di depan kafe-nya dan agen Coulson mencabut earphone dari telinga Stiles. "Spesialis Stilinski," sapanya, tampak lelah dan kehabisan napas. Mungkin ia sudah susah payah melacak Stiles tanpa GPS dan CCTV. "kami membutuhkan keahlianmu," katanya sambil melirik mp3 player yang berputar di HP Stiles dengan curiga.
Dari Coulson lah ia tahu jika tidak hanya listrik di New York yang mati, tapi seluruh belahan dunia. Bahkan Helicarrier hanya bisa mengapung. Tenaga alternatif segera disalurkan ke rumah sakit-rumah sakit. Tak bisa ia bayangkan bagaimana kondisi rumah sakit yang tak terjangkau fasilitas itu. Jika energi yang dikumpulkan di scepter sebanyak itu, maka ia bagaikan bom yang siap meledak kapanpun. Bahkan Thor tak kan mampu mengatasi ledakannya.
"Jadi bagaimana menurutmu cara kita mengatasinya?" pertanyaan Coulson membuatnya mendongak; rupanya ia sekali lagi berpikir dengan lantang. Belum sempat ia membuka mulut, Avengers masuk ke dalam ruangan dengan langkah berisik; penuh luka dan keringat. Tony membuka dan menutup mulutnya sambil menunjuk Stiles, seakan tak percaya ada bocah ingusan macam dia, "ini spesialis yang kau maksud, Phil?!"
"em... " Stiles melompat menghindar saat tangan Tony ingin meraihnya. Ia menjauh juga dari jarak pandang Black Widow yang mengamatinya seperti elang. Hanya Hawkeye yang memberinya senyum.
"Kau orang yang sudah memberikan bubuk setan pada coulson!"
"Tony... " tegur kapten.
Stiles mengedip, tampak tak terkesan dengan Tony atau Avengers pada umumnya, "Jika yang kau maksud serpihan kayu Rowan, benda itu memang untuk menangkal setan." Bruce menyemburkan tawa dan menutupi mulutnya sebelum ia berubah jadi Hulk karena tertawa terlalu keras. Stiles menaikkan alis pada humor pribadi diantara para Avengers yang rupanya melibatkan mountain ash nya.
"Aku tidak pernah tahu SHIELD mempekerjakan sekelompok anak kuliahan," ia melemparkan pandangan kritik pada Coulson.
"Well, SHIELD tidak mempekerjakan 'sekelompok' anak kuliahan, karena hanya ada satu Stiles Stilinski." saat mereka memandangnya dengan aneh, stiles menambahkan, "hei! aku bukan anak kuliahan!"
"Aku mengenalimu," sahut Black Widow tiba-tiba.
"Well, mengingat kau pernah melompati balkonku," gumannya, "Sebenarnya kenapa kita dikumpulkan disini?" Please, Stiles tidak digaji untuk mengurusi Avengers.
Stiles tak paham keahlian apa yang diperlukan darinya untuk mengatasi pria dengan scapter penuh listrik. Bukankah seharusnya mereka mencari ahli energi, dan itu lebih dari cukup diatasi Tony Stark. Mungkin pikiran itu juga yang membuat sang bilioner melihatnya curiga. Hingga, agen Coulson melemparkan berkas di depan Stiles berisi literatur tentang kitsune. Sebagian literatur itu adalah yang sudah diterjemahkan nya.
Entah bagaimana Hydra bisa mendapatkan pack Kitsune dan mengunakan mereka untuk percobaan. Stiles perlu menelan ludah saat ingatan tentang Dread Doctor berkilat di benaknya. Steve tampak bersiaga melihat ekspresi Stiles.
Yeah, kitsune rupanya kunci dari masalah mereka. Berhubung ia mendapatkan ilmu langsung dari siluman kitsune dan iblis kitsune, Stiles menutup berkasnya dengan helaan panjang. Musuh mereka hanya penjahat biasa, Stiles yakin ia bahkan bukan supranatural. Sayangnya itu tak menghindarkan seseorang dari haus kekuasan terutama jika mereka punya pengetahuan soal supranatural. Stiles tidak tahu sejauh mana SHIELD sadar tentang keberadaan supranatural selama mereka sibuk mengurusi mutan, hybirt dan superhero. Tapi berkas di depannya cukup mengibarkan bendera merah pada Stiles. Semakin jauh SHIELD dari dunia supranatural, semakin baik.
"Tidak membacanya lebih jauh? tidak ada komentar, terkejut atau tidak percaya?" sahut Tony sambil menyipitkan mata. "Ini bukan pertamakalinya kau berhadapan dengan mutan."
Stiles mendengus, no shit, Sherlock. Stiles melambaikan tangannya asal-asalan pada berkasnya, "Sebagian besar isi berkas ini adalah risetku. Hanya menjelaskan soal werekitsune, legenda rubah kitsune dsb, sarjana folklor dan mitologi, kau tahu. Dan kalian lah yang lebih ahli mengatasi Hydra. Pertanyaannya, apa yang kalian butuhkan dari manusia biasa sepertiku?"
"Apapun cara yang bisa kau temukan untuk menghentikan orang ini." mereka tampak putus asa, bahkan Tony Stark tanpa Jarvis tampak putus asa.
"Well, aku hanya tahu satu cara."
"Satu saja... sudah cukup," bisik Coulson dengan intens.
Itulah yang membuatnya berakhir di depan guci bersegel kanji Ichi diatasnya. "Hanya ada satu ritual yang kutahu bisa menyegel Kitsune, atau dalam hal ini energi kitsune. Tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka, seandainya aku menyegel kekuatannya disini, mungkin mereka akan mati, atau lebih buruk kehilangan kemampuannya berubah wujud."
Black Widow tampak skeptis, "Kematian jauh lebih baik?"
"Well, untuk werekitsune," atau self-sifter pada umumnya, "kehilangan kemampuan berubah sama saja kehilangan sebagian jiwa dan dipaksa untuk berduka seumur hidup," Stiles mengerdikkan bahu, "Sebagian besar lebih memilih mati."
"Kau sadar sedang bicara dalam konteks legenda, kan?" sahut Tony sambil menyipit.
"Tentu."
"Tapi kau bicara seperti kau mengenal mereka secara langsung."
"Semua akademisi mempercayai ilmunya, mr Stark. Aku telah lama belajar mempercayai hal yang paling mustahil."
Stark masih memandangnya curiga, tapi tak berkomentar.
Sebagian Avengers membawa guci itu sebagai penetral, sementara yang lain berusaha merebut scepter yang kehilangan fungsinya. Stiles sendiri berdiri bersisian dengan Coulson saat listrik kembali menyala dan layar menunjukkan penampakan foto udara perkelahian Avengers. Stiles harap semua itu sudah ditanggung asuransi.
"Apa kau sudah menemukan para kisune?"
"Agen Barton sudah di lokasi."
"Hm... "
"Mereka bukan mutan," komentar Coulson beberapa saat.
"Kenapa kau beranggapan begitu?"
"Mereka tinggal berkoloni, memanggil kelompok mereka pack dan ada hasil peranakan dengan kemampuan yang sama."
"Hm... apa rencanamu pada mereka?"
"Aku? tidak ada. SHIELD mungkin butuh kualifikasi baru. Kemungkinan menempatkan agen untuk pengawasan lebih lanjut."
Stiles mendengus, membuat Coulson menatapnya. Stiles tak beralih dari layar saat berkata, "Mereka akan tahu kau menempatkan orang, kitsune punya hidung yang tajam."
"SHIELD perlu tahu jika mereka ancaman atau bukan."
"Siapapun bisa jadi ancaman, bahkan superhero. Kau seharusnya paling mengerti."
"Saranmu?"
"Mereka punya sistem. Buktinya mereka tidak ditemukan sampai kejadiaan ini. Jangan usik mereka. Jika mereka membuat ulah, baru kita atasi."
"Kita tidak bisa menilai sejauh apa kemampuan mereka."
Stiles mengerdikkan bahu, "Kau punya banyak spesialis untuk itu, dan buku-buku."
Coulson tak berkomentar lagi.
Mereka menurunkan Stiles di Taman dekat apartemennya. Mesin Quinjet yang hening tak menarik perhatian. Seluet pepohonan menari-nari ditengah lampu pesawat. Jika ia menemukan Peter diantaranya, Stiles tidak begitu terkejut. Pria itu masih memakai jas armaninya, dengan tiga kancing kemeja teratas di buka. Rambut hitamnya yang biasanya gaya, awut-awutan karena baling-baling pesawat. Seandainya Peter tak punya pengendalian luar biasa, mungkin matanya sudah berkilat-kilat merah.
Begitu Stiles berjalan turun, pria itu bergerak cepat meraih pinggangnya, melingkarkan lengannya protektif disana dan mengangkatnya. Lengan Stiles otomatis melingkari lehernya untuk menjaga keseimbangan.
"Aku langsung mengambil penerbangan pertama yang aktif begitu listrik kembali."
Stiles memutar bola mata, "Kau terlalu khawatir."
Ia menyipitkan mata, "Aku tahu kau pasti terlibat. Jika ada masalah, KAU selalu berada di tengahnya."
Coulson berdehem. Peter tidak menurunkannya, malah makin mengeratkan cengkeraman, membuat Stiles bersyukur kegelapan menutupi pipinya yang merona. "Peter!" desisnya tak dipedulikan. Alih-alih pria itu malah memalingkan muka dan membenamkannya di tengkuk Stiles, sementara tubuhnya diposisi dimana Stiles terlindungi.
Sang agen mengamati Peter sebelum memutuskan berkata, "Well, syukurlah sudah ada yang menjemputmu, jadi aku tidak perlu menyuruh agen mengantarmu hingga apartemen."
"Aku bukan bayi!"
Peter menggeram, membuat Stiles merapatkan bibir. Coulson menaikkan sebelah alis, "Jaga diri, Stiles," kata sang agen sebelum masuk kembali ke Quinjet.
"Tidak ada lagi dipisah benua, aku pindah!"
"Kau control freak!"
xxx
Peter pindah ke firma hukum yang tak kalah terkenal di New York. Entah memakai suap apa ia. "Aku kompeten, Stiles!" tapi yang jelas tak ada yang banyak berubah. Stiles masih mengerjakan berkas kuno dan menyiksa dirinya dengan makan di kantin H.Q. Saat itulah ia menaikkan alis pada beberapa agen intern yang tersenyum miring ke arahnya, atau ke spesialis SHIELD pada umumnya, sebelum duduk di meja anak populer. Ia merasa kembali ke masa SMA, bedanya bocah populer disini mengganti bola basket mereka dengan pistol.
Biasanya Stiles bersikap tak peduli, tapi saat seorang spesialis terjatuh hampir menimpa pudingnya, tangan Stiles secepat kilat menahan punggungnya dan mencabut pistol di pinggang salah satu intern; memutar gagangnya, membuka kuncinya, dan mengarahkan moncongnya ke pembully itu kurang dari 5 detik. Seketika kantin hening.
"Kau tidak ingin berurusan dengan Spesialis SHIELD; tidak ada yang tahu dari mana mereka berasal. Bisa jadi seorang anak Sheriff atau mantan teroris. "Stiles mendongak pada Tony yang duduk di sebelahnya, diikuti oleh Natasha Romanoff dan Clint Barton. Steve yang sangat benci pembully segera membantu Marco-nama yang tertera di ID-nya- duduk di sebelahnya. Jika Stiles jadi Marco, ia pasti juga tak bisa menutup mulutnya melihat senyum ala kapten amerika dari dekat.
Stiles menghela napas, menurunkan kembali senjatanya dan menyodorkannya pada sang intern. "Apa yang kalian lakukan disini?" tanyanya defensif; ia tidak akan memberikan mejanya pada anak populer, super-hero sekalipun.
"menurutmu?" sahut Tony sambil memasukkan sendok ke mulut, sebelum memutahkannya kembali, "Apa yang dimasak di tempat ini! sampah?"
Stiles memutar bola mata, tidak percaya jutawan macam Tony mau makan siang di tempat ini jika bukan karena maksud tersembunyi. Bahkan Natasha pada akhirnya mendorong piringnya menjauh. Rupanya benar, alasannya karena pria itu memaksanya menjadi asisten pribadi dalam Gala nanti malam. "Aku tidak mau harus membeli jas hanya untuk melihat tingkah konyolmu di Gala."
"Happy sudah mengatur semuanya," katanya sambil mengibaskan tangan.
Stiles menyipitkan mata, "seperti aku menganggur saja. Kau bisa menawari orang lain," Stiles memandang Marco yang menggeleng sambil bermuka... well, ia tak bisa menentukan antara merona atau pucat.
"Please Stiles, ada bayarannya... "
Stiles memutar bola matanya.
Saat sampai ke apartemennya, ia menemukan Peter berdiri kaku memandangi knop pintu, "Ada orang yang menyusup."
Rupanya yang dimaksud Tony sudah diatur adalah setelan jas sudah siap di atas tempat tidurnya. Entah bagaimana Tony berhasil menyusupkan Jarvis pada program keamanannya dan menyusup masuk. "Hm... Selera yang bagus, dan dia tahu ukuranmu," Peter berdiri tepat dibelakangnya, hingga hembusan napasnya menyapu tengkuknya.
Stiles berputar menghindar, ia mendengar Peter mengeluarkan suara cckk. "Kau tahu siapa yang mengirimnya?"
"Siapa lagi jika bukan Tony Stark. Ini bukan pertama kalinya aku mencium bau wiskey, Mawar dan oli jadi satu."
"Kau pernah bertemu dengannya."
"Pengacara, ingat? Kami berada dilingkar sosial yang sama." Peter mengambil jas itu dan melemparkannya ke tempat sampah.
"Hei!"
"Ia mengundangmu ke Gala, kan? Aku punya yang lebih cocok untuk kau pakai," ia membuka pintu lemari yang dulunya kosong dan sekarang berisi banyak pakaian. Stiles tergagap. "Kau membeli semua itu?" seakan 1 ton pakaian Peter masih kurang untuknya.
Peter mengerutkan kening, "Aku membelikanmu semua itu."
"Apa? kenapa?"
"Well, siapa tahu kapan kau membutuhkan dress code yang tepat. Dan mungkin aku ingin sedikit demi sedikit memperbaiki selera fasionmu."
Stiles membelalak, "Kau. Kau tidak menyentuh koleksi kaos superheroku!" Stiles melompat membuka lemari lain dan kehabisan napas melihat isi di dalamnya, "PETER!"
"Bagaimana kalau jas yang ini?"
xxx
"Kau tidak bilang jika diundang ke Gala ini." komentar Stiles saat melihat Peter diantara tamu undangan.
Peter menggoyang gelasnya. "Kau tidak bilang jika menjadi asisten Tony Stark."
Pipi Stiles merona, "Gajinya lumayan."
Peter tak mengalihkan pandangannya, "Kau cocok memakai jas itu," pujinya pada jas warna wiskey nya.
Stiles memutar bola mata.
"Oh, hai. Aku tidak tahu kalian saling kenal. Entah siapa tamuku dan Stiles asistenku," kata Tony yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.
Peter mengembangkan senyum mahalnya sambil mengulurkan tangan, "Peter Hale. Kebetulan asistenmu adalah teman ku seapartemen."
"Sungguh?"
Stiles merona hebat, "Bukan seperti itu!"
"Bukankah kau terlalu tua untuknya?"
"Hanya 15 tahun. Kami teman lama, sejak SMA."
"Peter! Tony, bukan seperti ituuu."
"Oh! Sugar Daddy?"
Peter tersenyum miring.
"PETER!"
xxx
Stiles tersiksa bosan dengan pembicaraan bisnis diantara kalimat menjilat yang tak ada habisnya, sampai seorang pria bernama Adam Cornor membangkitkan instingnya; tengkuknya merinding seakan ada sesuatu yang menggelitik di bawah kulitnya. Dr Cornor, ahli botani, yang menawarkan riset menggiurkan tentang energi alternatif; sesuatu yang sedang menarik perhatian Tony. Ada yang salah dengan karakter pria ini. Dari caraya tersenyum dan bicara mengirimkan sinyal palsu. Tapi Stiles tidak yakin apakah ini hal yang fatal, karena antara terorisme dan penjilat mengirimkan sinyal buruk yang sama. Rasanya sama seperti saat pertamakali bertemu Theo. Stiles mengabaikan jabat tangan pria itu.
Tony menaikkan alis melihat reaksinya. Senyum sang dokter sedikit memudar, tapi ia tetap memasang tampang innocent. Tony yang tiba-tiba berubah 180% menjadi tidak tertarik mengakhiri pembicaraan dan membawa Stiles menjauhi kerumunan. "Ada Apa?" bisiknya.
Stiles mengigit bibir. Ia bisa saja bohong, tapi setelah melihat ekspresi Tony, ia memutuskan untuk jujur sekonyol apapun itu. "Aku merasa orang itu tidak bisa dipercaya. Ia mengirimkan sinyal buruk..." Stiles mengerdikkan bahu. Tony memandangnya dengan intens.
Beberapa jam kemudian, Stiles menyesal tidak menyuruh Jarvis memeriksa background Dr Cornor segera, begitu ia sadar sekali lagi diculik oleh psikopat. Rupanya sang doktor memang punya niatan mendominasi dunia dengan virus berbahaya, seandainya saja Stiles tidak membuat Tony ragu, mungkin pria itu sudah menekan teken sebagai penyumbang dana terbesar.
Well, ia tidak tahu dibagian mana Tony menyadapnya, tapi tetap saja ia tidak bisa bertaruh pada Tony. Ia tidak bisa memastikan dimana dan selama apa ia sudah di sekap. Semua barang disakunya lenyap, dan Stiles yakin George, HP kesayangannya, sudah hancur entah dimana. Syukurlah jam tangannya masih ditempat. Perlahan ia mencabut jarum yang tersembunyi di dalam jam tangan itu; satu dari alat siaga yang selalu dibawanya. Bunyi klik dari borgor yang terlepas tertutup suara koklang senjata dari pasukan bayaran yang menyebar di gudang ini. Sementara pria itu berpidato khas villian tentang dominasi dunia, mata Stiles mengikuti samurai disarung pinggangnya.
Adam Cornor boleh jadi bukan mutan ataupun hunter, tapi bukan berarti tidak kalah berbahaya. Namun, ini bukan pertama kalinya Stiles disekap, dan bukan pertama kalinya pula ia kabur. Paling beruntung setelah mengakhiri pidatonya, ia langsung membunuhnya. Kemungkinan paling buruk ia akan memakai Stiles untuk mengancam Tony atau bernego dengan SHIELD. Itupun jika SHIELD menganggap Stiles lebih berharga dari sekedar bidak.
Begitu pria itu menarik samurainya, Stiles beraksi; ia mengayunkan borgolnya seperti Ruyung; senjata dua tongkat yang disatukan dengan besi. Lalu ia bergelung menghindari hujanan peluru. Stiles tidak membawa pistol, tapi ia punya cukup pisau untuk merebut satu. Misinya bukan untuk melenyapkan sindikat ini, tapi kabur secepat mungkin. Seandainya ia meninggalkan sedikit kerusakan disana sini, dan beberapa kepala bocor, anggap saja aksi pembelaan diri.
Stiles berhasil keluar dari ruang sempit yang menghubungkan antara gudang dengan toilet lewat kaca jendela pecah. Saat ia melompat, Peter disana untuk menangkapnya. Matanya merah membara, dan satu-satunya yang membuatnya tidak wolf out adalah bisikan Stiles, "aku oke. Aku oke. hanya luka kecil," Peter menghapus darah dipipinya. "Bukan darahku."
"Bagus," suara dalam geraman. Ia menyeringai, memperlihatkan taring. Jika ia menganggap alpha Peter yang marah sangat hot, hanya Stiles yang tahu. "Aku akan menyelesaikan mereka."
"Jangan!" Peter mengkilatkan matanya merah sambil menggeram, menimbulkan dorongan untuk menunjukkan lehernya, alih-alih Stiles menangkup wajah Peter, "Peter! Dengarkan aku, aku yakin SHIELD segera datang dan mengurusnya, saat itu kita tidak ingin mereka menemukan kita disini, oke? OKE?"
Peter menutup mata dan menghela napas, saat membukanya, warnanya kembali normal. Tapi ia tidak juga menurunkan Stiles. Tanpa banyak kata, pria itu menguncinya di Camaro dan melesat pulang. Jika malam itu Peter menyusup ke kamarnya, Stiles pura-pura tidak tahu. Toh ketika ia bangun, hanya aroma maskulin yang tertinggal dibantalnya.
xxx
Clint Barton masuk ke dalam kantornya tiba-tiba. "Ap-" ia menepuk-nepuk Stiles seakan mencari senjata atau luka, dan tampak puas saat hanya melihat plester dipipinya. "Coulson memanggilmu," katanya, membuat Stiles menggigit bibir. Ia anggap itu artinya SHIELD tahu. Stiles tidak begitu ingat apa yang diperbuatnya ketika kabur, ia sepenuhnya dikendalikan insting. Jika beberapa peluru nyasar melukai beberapa orang, ia harap itu tak mempengaruhi karirnya.
Coulson memandangnya tajam saat Stiles duduk di depannya. Ia menyodorkan tablet, mengetuk rekaman CCTV bisu disana. Stiles menelan ludah saat gambar para pria bersenjata dan Stiles yang kabur bersama Peter.
"Stiles, sebagai bagian dari SHIELD, aku harap kau mengerti aku perlu tahu apa yang terjadi dengan orang-orangku, terutama jika melibatkan pistol dan pisau."
Stiles membasahi bibirnya. "Kau tahu aku hanya berada di tempat dan waktu yang salah," ia mengerdikkan bahu, "Kurasa itu resiko bekerja di SHIELD?"
"Kau diculik."
"Well-"
"Dan bisa kabur hanya berbekal sebuah dagger."
Stiles berdehem. "Aku punya beberapa trik?"
"Jika kau terus terlibat masalah, mau tak mau aku bisa memaksamu memakai bodyguard-"
"Hei!"
"-seandainya saja kau belum memiliknya." Stiles membeku. "Dia tampaknya selalu ada di waktu dan tempat yang tepat.
Seorang pengacara handal dari firma terkenal yang punya catatan menarik secara medis dan kepolisian," Coulson mencondongkan tubuhnya pada Stiles sambil melipat tangannya dibawah dagu. "Apa kau tahu Stiles, jika temanmu seharusnya memiliki luka bakar di wajahnya, atau catatan yang patut dipertanyakan pada beberapa kasus kriminal di Beacon Hill? Ah, tentu saja kau tahu, ada jejak namamu dalam file yang terhapus. "
Mendengar itu membuat ikatan di paru-parunya longgar. Lega Coulson belum mengorek rahasia Peter paling dalam. "Well, aku bisa yakinkan padamu jika Peter tidak pernah menjadi yang pertama kali membuat masalah. Dan dia lebih pada domba berbulu serigala dibanding sebaliknya." Stiles tidak bisa membayangkan reaksi Peter jika tahu ia memakai istilah itu, mungkin ia akan manhandle Stiles seharian.
"Hm... Kurasa aku bisa memegang kata-katamu. Jangan membuat masalah, Stiles."
Stiles tertawa konyol, "Aku?"
