Ini kisahku. Kisahku dan smartphone milikku yang sudah bersamaku selama dua tahun belakangan ini.

.

.

.

.

.

My SmartGirl: EnurSuki

.

.

.

.

.

Naruto: Masashi Kishimoto

.

.

.

.

.

WARN: bahasa non baku, abal, gaje, dll..

.*Jika tidak suka dengan fanfic yg saya buat ini, klik tombol 'back' aja ya. Daripada nge-flame. Please. di flame seorang flamer tuh sakitnya lebih warrbyazah daripada digantungin gebetan :v

.

.

.

.

.

Yang jomblo silahkan berimajinasi :D

.

.

.

.

.

Aku Uchiha Sasuke. Umur 17 tahun. Berada di tingkat ketiga SMA Tokyo. Baru naik tingkat tiga kok. Orang baru bulan September juga. Eh itu namanya sebentar nggak sih? Udahlah aku itu cowok. Kenapa cerewet begini?

Satu bulan lagi akan diadakan festival di sekolahku ini. Jadi semua murid, dari tingkat satu sampai tiga sibuk mengurus persiapan untuk festival bulan depan nanti. Dan atas usulan WaKeSek montok Senju Tsunade-sama, setiap kelas diwajibkan membuat sebuah acara atau pertunjukan. Yah terserah itu apa. Membuka cafe juga tidak apa-apa. Yang penting bisa membuat festival sekolah jadi semakin meriah, katanya gitu.

Dan kelasku, kelas 3-C, akan menampilkan pertunjukan drama Snow White. Sumpah, jika aku disuruh menjadi pangeran oleh si ketua, Nara Shikamaru yang suka tidur tapi tetap pintar itu, aku akan menolaknya mentah-mentah. Terlebih jika pemeran sang putri nanti itu si mata empat, Uzumaki Karin yang cerewetnya minta ampun itu. Aku sungguh tidak sudi.

Bukannya aku menutup diri atau apalah itu. Aku hanya benci keramaian. Mungkin itu juga efek dari lingkungan keluargaku juga. Keluargaku selalu menjunjung tinggi tata krama dan kesopanan. Jadi tak pernah ada suara bising di rumahku. Terkecuali jika ada tamu yang datang ke rumah. Atau saat pulangnya kakakku sewaktu liburan di tengah-tengah padatnya jadwal kuliah. Kakakku itu benci kesunyian. Berbeda dengan diriku seratus delapan puluh derajat.

Ah, oh iya. Apa aku belum memberitahu kalian? Sebenarnya hari ini-lebih tepatnya sekarang, diadakan rapat kelas yang ditujukan untuk memilih pemeran tokoh untuk drama Snow White. Tadi sewaktu jam istirahat, Nara Shikamaru mengumumkan bahwa setelah kegiatan ekskul selesai, semua murid kelas 3-C diwajibkan ikut rapat. Ya tapi kalian tahu. Rapat itu benar-benar hal yang membosankan. Oke Aku tahu aku salah. Rencananya nanti aku akan datang belakangan saja. Datang terakhir tapi pulang cepat. Bukankah lebih enak seperti itu? Oh ayolah jangan memandangku seperti itu.

Sebelum aku ke kelas, aku pergi ke toilet terlebih dahulu. Perutku mulas, rasanya seperti gunung api yang kapan saja siap meletus. Oke aku berlebihan. Waktu istirahat tadi, Naruto mengajakku ikut makan siang bersamanya. Aku setuju saja. Kebetulan tadi pagi aku belum sarapan.

Kami sama-sama memesan ramen. Tetapi punya Naruto dibuat super pedas. Dan sialnya, ramen kami berdua tertukar. Aku memakan ramen milik Naruto yang super pedas itu, sedangkan Naruto memakan ramen milikku. Makanya perutku mulas seperti ini. Aku itu tidak suka makanan pedas, kalian tahu?

Oke cukup di sini dulu. Tunggu di luar toilet oke? Aku akan segera kembali.

.

.

.

.

.

"Baiklah. Karena Sasuke menolak menjadi pangeran, jadi yang memerankan tokoh pangeran nanti adalah... Naruto. Kau setuju Naruto?" suara sang ketua kelas terdengar menggelegar di telingaku. Setelah mampir ke toilet tadi, aku langsung melangkahkan kaki ke kelas. Aku terlambat lima belas menit. Lumayan lama. Karena dalam waktu lima belas menit saja pemeran tokoh san putri, penyihir, dan para kurcaci sudah ditentukan.

Sang penyihir diperankan oleh si mata empat itu. Haha, peran penyihir benar-benar cocok untuk si Uzumaki Karin itu. Lalu sang putri di perankan oleh Hyuuga Hinata. Cewek yang kebetulan punya rambut berwarna dark blue seperti di kartun Snow White aslinya. Wah kebetulan banget Naruto. Untuk pemeran kurcacinya, aku kurang tahu.

Sesampainya aku di kelas tadi, Nara Shikamaru langsung menunjukku untuk memerankan tokoh sang pangeran. Kalian lihat? Perkiraanku benar. Awalnya aku ingin menyetujui usulannya itu, tetapi setelah kupikir lagi aku menolaknya. Waktuku bersantai di rumah akan habis untuk latihan bukan? Karena pastinya murid yang ikut nimbrung di acara sekolah seperti festival ini akan pulang lebih larut dari biasanya.

"Etto... kalau Hinata setuju sih... aku 'iya' aja, hehehe," kata Naruto sambil menggaruk kepalanya bagian belakang. Aku tahu kepalamu itu tidak gatal, Naruto. Kau sedang malu pastinya. Lihat, pipimu 'sedikit' bersemu merah. Sangat tidak ke-laki-laki-an.

"Oke. Kalau begitu rapat bubar. Jika ada hal yang kurang dimengerti saat rapat tadi, kalian bisa bertanya padaku atau pada wakil ketua, Hikari-san. Mengerti?"

"Ha'i..."

.

.

.

.

.

Akhirnya, rapatnya selesai. Aku ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat. Entah kenapa hari ini tubuhku lebih cepat lelah dari biasanya.

Aku mulai melangkah. Aku baru sadar. Turun dari lantai tiga menuju lantai satu itu sangat melelahkan. Padahal aku sudah bersekolah di sini selama hampir tiga tahun. Keterlaluan.

Em. Halte bis sudah terlihat sepi. Jadwal bus terakhir juga sudah lewat. Iyalah. Memang ini sudah pukul berapa. Pulang sekolah ini lebih baik aku minta dijemput kakak aja lah. Daripada aku harus jalan kaki?

Aku merogoh-rogoh saku celanaku. Tunggu. Di mana handphoneku? Saku celana samping nggak ada. Saku belakang nggak ada. Saku seragam nggak ada. Di mana handphoneku sih? Apa di dalam tas ya? Tunggu. Ah tidak ada juga.

Sebentar. Biar aku ingat-ingat di mana terakhir kali aku memakainya. Tadi... aku pergi ke kantin sama Naruto. Handphoneku masih ada. Terus... perutku mules... ah! Apa tertinggal di toilet ya? Mungkin saja. Soalnya saat rapat tadi aku sama sekali tidak mengutak-atik handphone. Ya benar. Mungkin tertinggal di toilet. Semoga saja tidak ada yang mencuri handphoneku itu.

.

.

.

.

.

Ini merepotkan. Aku harus kembali ke dalam gedung berlantai tiga lagi. Padahal aku tadi sudah ada di halte bus depan sekolah. Sialan memang.

Aku membuka pintu toilet dengan pelan. Benar-benar sepi. Hei aku tidak takut gelap ataupun hal-hal yang berbau mistis ya. Jadi jangan remehkan aku. Yah walaupun aku tetap percaya bahwa hal-hal seperti itu memang ada sih.

"PFFT!!"

Aku terdiam sambil terkejut . Aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari hidungku. D-di depanku... berdiri se-seorang cewek... se-sendirian... di t-t-t-toilet cowok... terlebih lagi, cewek tadi da-dalam keadaan... TELANJANG!!! ASDFGHJKL!!! APA INI?!

"COTTO! APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?!" teriakku kencang sambil memalingkan wajah karena malu sendiri melihat cewek dalam keadaan telanjang. Aneh. Dia tidak berteriak ataupun memukulku. Terkadang kan jika ada cowok yang sedang mengintip cewek dan ketahuan, pasti si cewek bakal teriak sekenceng-kencengnya dan memukul cowok pengintip tadi.

"Hm?" jawabnya singkat sambil memiringkan kepalanya. Cewek yang punya rambut warna merah muda itu malah menunjukkan wajah linglung.

"DI MANA BAJUMU?! CEPAT PAKAI BAJUMU!" tanyaku kembali pada cewek itu.

"Baju? Ah maksudmu ini?" bukannya menjawab, cewek tadi malah balik bertanya padaku sambil menyodorkan sebuah silikon handphone. Hei tunggu. Itu silikon handphoneku!!!

"Hah?! Jangan bercanda! Di mana bajumu? Cepat pakai! Lagipula dari mana kau mendapat silikon itu? Itu milikku tahu!"

"Ini bajuku. Tapi karena tidak muat untukku, ya... begini,"

"Kau gila?!"

Aku frustasi. Berdebat-bukan. Mengomeli cewek sableng yang lagi telanjang ini bikin badanku jadi tambah capek. Lelah, lahir batin lagi.

"Ini memang bajuku kok. Dan tentu saja ini juga milikmu karena kau itu tuanku,"katanya sambil menunjukkan silikon yang ia sodorkan padaku tadi.

"Apa maksudmu?"

"Aku ini handphonemu, tau."

"Hah?" wao. Aku tercengang. Apa katanya tadi? Dia itu handphoneku? "Kalau mau ngelawak jangan sekarang lah!" kataku lagi. Ia mulai menunjukkan wajah lelah. Lelah berdebat denganku maksudnya.

"Kamu nggak percaya banget sih. Nih buktinya. Kamu pernah punya video bok*p yang tiap abis belajar selalu kamu tonton,"

WHAT THE FU*K?!

"Di sini juga ada catatan tentang kamu yang lagi patah hati gara-gara kamu nembak seseorang tapi di tolak,"

BAGAIMANA DIA BISA TAHU?!

"Lalu-"

"CUKUP! Oke aku percaya! Jadi berhenti!" kataku menyela omongannya. Wtf! Apa ini efek ngejomblo dari lahir sampe udah remaja umur tujuh belas tahun ya? Aku masih waras kan? Enggak sableng kan? Masa iya handphoneku berubah jadi manusia?

.

.

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

.

.

.

A/N: APA INI??!! gaje bged. wuhhh jomblo mulai berimajinasi euy. hewan jadi manusia mah terlalu maenstrim :v. terinspirasi dari salah satu komik yang berlatar belakang negara Korea. yang beberapa hari ini Enur baca. judulnya My Smart boy. sumpah komiknya ngakak. dan bener di ceritanya tuh handphone punya si tokoh utama berubah jadi manusia. ah... andai bisa jadi kenyataan ya? mungkin Enur juga bisa ngalamin kejadian handphone berubah jadi manusia :v

oh dan maafkan Enur. bukannya ngelanjutin Meet You malah bikin fanfic baru :') ide mampet sih. hehehe yasudahlah.

PS: KriSar-nya please... :')