Survive

Shingeki No Kyojin © Hajime Isayama

Story is mine. I don't gain any profits from doing this.

Warning : OOC, Typo, EYD amburadul, unbeta-ed, hints of shounen-ai, Modern AU. Read at your own risks.

Sumarry : Dunia berubah menjadi tempat yang kejam. Hukum alam berlaku sepenuhnya. Ini semua terjadi karena 'mereka' yang perlahan mengikis dunia. Bertahan hidup adalah prioritas utama. Modern AU, hints of sho-ai, genre tidak jelas.

Chapter 0 : Pembuka

Pukul satu siang, dapur kantin

TAP… TAP…

Suara langkah kaki menggema dari kejauhan, Marco mengeratkan genggamannya pada penggorengan yang sudah dipegangnya satu jam terakhir ini, berusaha untuk tidak terlihat dari jarak pandangan si pendatang. Keringat dingin bercucuran dari dahinya. Perasaan panik dan takut dalam dirinya kembali menumpuk dan bercampur.

'Kalau berhasil, aku bisa kabur. Kalau tidak berhasil... aku akan menjadi sama seperti 'mereka'.' Marco membatin. Sekarang logika harus diutamakan di atas ketakutan. Salah melangkah, nyawa jadi taruhannya.

TAP TAP TAP

'Sial! Tidak ada pilihan lain! Yang penting bisa lari!'

Ia keluar dari tempat persembunyiannya, mengangkat penggorengan dan memukulkannya ke wajah si pendatang dengan seluruh tenaganya.

" HEAAAAAHHHHHHH!"

PLANG

" OW ITTTEEEEEE!"

Eh?

Marco memandang wajah si pendatang yang barusan Ia 'tampar' dengan penggorengan. Dia sedikit terhenyak saat melihat siapa sebenarnya si pendatang yang jatuh terduduk di lantai dan meratapi hidungnya yang sedikit berdarah.

" Astaga Jean! Maaf! Kau tidak apa-apa?" Marco langsung panik saat melihat figur seorang Jean dihadapannya. Dengan bonus wajah Jean yang memerah dan hidung yang sedikit berdarah karena 'mencium' penggorengan tentunya.

" Marco! Apa-apaan kau ini memukulku dengan penggorengan! Mana sakit lagi!" Keluh Jean seraya mengelus pipinya yang terasa seperti dibakar. Darah segar mengucur dari hidungnya dan sedikit membasahi jaket yang dikenakannya.

Alih-alih membalas keluhan Jean, Marco malah mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mengelap darah yang terus mengucur dari hidung Jean, menyumpal hidung Jean dengan benda itu sambil berkata " Nih, kupinjamkan sampai kau berhenti mimisan." Jean hanya bisa melongo ke arah sapu tangan yang sekarang menyumpal lubang hidungnya.

" Sebagai permintaan maaf karena telah memukulmu tentunya."

Jean melepas sapu tangan Marco dari hidungnya dan menyimpannya ke dalam saku celananya. " Thanks, nanti aku bersihkan." Jean berdiri dan memungut sebuah pemukul baseball yang terjatuh saat Marco memukulnya, menaikkan sebelah alis matanya saat melihat benda yang digunakan Marco sebagai alat pertahanan.

" Kau... menggunakan penggorengan untuk membunuh 'mereka'?"

Marco menatap penggorengan yang digenggamnya, dan kemudian berkata " Aku hanya bersembunyi di dalam lemari, keluar adalah ide yang gila." . Marco tidak sepenuhnya salah, keadaan memang menjadi tidak terkendali di luar sana. Mencari perlindungan adalah opsi terbaik.

" Kalau begitu cari alat lain. Sebuah penggorengan tidak akan cukup untuk pertahanan diri." Ucap Jean sambil mengecek laci dan lemari yang ada di dapur, mencari bahan makanan atau benda apapun yang bisa menaikkan persentase bertahan hidup. Ia menemukan lima buah pisau dan melempar salah satunya ke arah Marco, sisanya Ia masukkan ke dalam tas punggung yang tersampir di lengannya.

" Hei Jean, mengambil milik orang lain sama saja dengan mencuri." Marco berusaha menasihati Jean, yang tentu saja tidak didengarkan.

" Psh... Marco, kalau mau jadi malaikat jangan sekarang." Jean menanggapi Marco dengan asal, dirinya masih sibuk memasukkan bahan makanan ke dalam tas punggungnya. " Lagipula tidak akan ada yang peduli atau menegur kita karena mencuri." Jean melanjutkan ucapannya.

" Tapi-"

" Tenang saja, kau akan berterimakasih nanti. Sekarang kita harus kemana? Ada saran?" Jean memotong ucapan Marco dengan pertanyaan. Marco hanya bisa menghela napas melihat kelakuan Jean. Ia memang harus ekstra sabar untuk menghadapi sahabatnya yang satu ini.

" Mungkin ke ruang kesehatan? Kita bisa mengambil beberapa obat dan alat pertolongan pertama di sana." Marco menyatakan pendapatnya, walaupun dirinya sendiri sedikit tidak yakin dengan perkataannya sendiri.

Pasalnya, ruang kesehatan terletak di lantai tiga, cukup jauh dari posisi mereka sekarang yang berada di lantai satu. Tangga bukanlah tempat yang menyenangkan untuk dilewati sekarang tentunya, Karena kemungkinan mereka tidak disergap sangatlah kecil.

" Ide bagus, ayo pergi sekarang." Tanpa perdebatan lebih lanjut, Jean menggengam tangan Marco dan menariknya keluar dari dapur. Marco hanya bisa pasrah ditarik-tarik seenak perut oleh Jean.

Walau begitu, Marco tahu dia bisa mempercayai Jean sepenuhnya.

TBC

Author's note:

Ya, saya tahu ini pendek :\ tapi namanya juga pembuka. Makhluk yang disebut sebagai 'mereka' akan author jelaskan di chapter selanjutnya, biar reader sekalian penasaran *diinjek*

Saya tidak tahu kalau ini bakal jadi sho-ai beneran ato nggak, mungkin sepanjang jalan saya bakal beri hint JeanMarco lol, saya demen sama pair yang lumayan langka di FFN Indon ini.

Mungkin juga seluruh chara utama di SnK bakal muncul, tapi saya ga jamin lo.

Kalau dapat respon bagus, author akan melanjutkan cerita ini. So leave a review, okay?

Terima kasih sudah membaca!