Tetesan cairan merah kental ikut jatuh disetiap kakiku mengambil langkah. Kimono tidur berwarna putih yang kugunakan kini mulai bermertamorfosis menjadi warna merah. Sumbernya dari punggungku. Dimana disana ada tiga garis yang terkoyak. Sepertinya aku akan mati karena kehabisan darah..

Jalanku sempoyongan. Pusing. Kepalaku berat. Sesuatu seperti membebani kepalaku. Berulang kali badanku menubruk benda-benda di sekitar jalan yang ku tempuh. Sekilas kejadian tadi masih terlintas di pelupuk mataku. Api itu.. darah.. tangan pucat itu.. tou-san.. ka-san.. neji-niisan..

BRUK!

Aku terjatuh. Kepalaku pening. Badanku lemas. Samar-samar kulihat sepasang kaki berdiri di hadapanku. Dan kemudian kegelapan mendominasi mataku, membuatku merasa nyaman dan tenang.

Tsukimori Family Production

Presenting : HIM

Dissclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Inspirated by : Daddy Long Legs

Warning : OOC, Tidak bhasing Chara.

Mata lavender itu perlahan terbuka. Beberapa kali ia mengedipkan, beradaptasi dengan sekelilingnya. Tangan pucatnya meraba pipinya, semulanya ada sebuah luka cakar disana. Lenyap. Apa kejadian yang menimpa keluarganya semalam itu hanyalah mimpi? Dimana seluruh keluarganya dibantai oleh mahluk haus darah, dan hanya ia yang selamat?

Hinata mencoba bangkit, dan memeriksa sekeliling. Ia berada ditempat yang tak ia kenal. Sebuah kamar yang normal, tetapi tetap saja ia tak mengenalnya. Kemudian ia dengan cepat memeriksa dirinya sendiri. Ia menggunakan sebuah piyama yang berwarna biru tua. Lebih cocok dipakai oleh laki-laki sepertinya. Perlahan ia mencoba memeriksa punggungnya yang luka parah, semula. Nihil. Ia tak merasakan sakit. Hanya ada tiga luka gores disitu. Seakan tak mengalami luka dalam. Apa benar hanya mimpi?

"Kau sudah bangun?"

Hinata segera menoleh. Pemuda berambut raven itu menatap si gadis lavender dengan tatapan menilai, dengan segelas kopi hangat di tangan kanannya. Namun wajah stoic itu seperti menutupinya. Hinata menatap pemuda itu takut-takut. Ia tak mengenalnya. "Ka-kau siapa?"

"Aku Sasuke," ucap si raven datar. Ia lalu mendekat kearah ranjang Hinata, lalu menyerahkan secangkir kopi itu pada gadis lavender ini. "Kau minumlah. Mau kubawakan sarapan?"

"A-arigatou!" Hinata menunduk sambil meraih cangkir kopi yang diberikan Sasuke. "Ti-tidak usah repot, Sa-sasuke-san!"

"Hn, aku hanya menawarkan. Kalau kau sudah siap, ke meja makan saja. Ada aniki yang sudah menyiapkan sarapan." Pemuda raven itu lalu melengos pergi, meninggalkan gadis yang masih kebingungan itu.

Dan Hinata pun segera turun dari ranjang empuk itu, mengikuti arah Sasuke pergi. "A-ano, Sasuke-san! I-ini dimana? A-apa sa-saya mengenal anda?"

"Ini dirumahku." Sasuke terdiam. Sepertinya berfikir. "Sepertinya kau tidak mengenalku."

"Ke-kenapa a-aku bisa ada disini?" Hinata menatap rambut raven Sasuke, menunggu jawaban dari pemuda stoic ini.

"Hn, bagaimana ya?" Sasuke mengaruk-garuk kepalanya bingung. "Aku dan aniki hanya dititipi."

"O-oleh si-siapa?" gadis itu masih mengidap gagu akut rupanya.

"Kau akan tau nanti."

Mereka sampai diruang makan. Dimana disitu berdiri seorang yang mirip dengan Sasuke, hanya saja rambutnya lebih panjang, dan ada beberapa kerutan diwajahnya. "Oh jadi gadis ini sudah bangun?"

"Ya." Sasuke lalu duduk di kursinya, menikmati satu mug kopi tanpa gula. Merasa Hinata menatapnya bingung, Sasuke lebih memilih memperkenalkan Hinata pada kakaknya. "Hinata, ini Itachi. Kakakku."

Hinata lalu duduk didepan Sasuke. "A-ano.. kenapa sa-saya bisa ada di-disini..?"

"Kamu?" Itachi memutar bola matanya. "Kamu hanya dititipi disini.."

"Di-dititipi o-oleh siapa?" kali ini gadis berambut indigo itu menunduk kembali.

Sasuke dan Itachi saling menatap. Itachi lalu tertawa kecil. "Kau akan tau nanti, Hinata-chan.."

Sementara Hinata hanya tertawa miris. Benar-benar kakak beradik yang kompak, pikirnya.

"A-ano, lu-luka-luka yang kuderita..—" Hinata benar-benar penasaran akan luka-lukanya yang lenyap secara ajaib. Namun, Itachi segera menyelanya.

"Lukamu? Apa masih sakit?" tanya Itachi, agak khawatir.

"Ti-tidak!" jawab Hinata, "Su-sudah kering malahan.."

"Berarti dia merawatmu dengan benar, Hinata-chan. Kamu beruntung.." ucap Itachi sambil meletakkan sebuah piring berisi omelet di depan Hinata. "Makanlah.."

"Arigatou!" ucap Hinata. "Ano Itachi-sama, 'dia' yang kau maksud disini, siapa?"

"Dia, orang yang menitipkanmu.." Itachi berbalik, lalu duduk di kursinya, disebelah Sasuke. Dan mulai memakan makanannya. "Itadakimasu!"

Dalam otak Hinata muncul berbagai pertanyaan. Kenapa duo bersaudara ini tidak mau memberitahu siapa yang telah menolongnya? Sungguh sangat aneh.

"Tidur selama tiga hari membuatmu jadi linglung? Atau amnesia?" si sulung bertanya sambil memasukkan toast bread ke dalam mulutnya.

"Tiga hari?" Hinata melongok kaget. Selama itu kah? jadi kejadian itu sudah dari tiga hari yang lalu?

"Ya," Itachi menjawab sekenanya, disela kegiatannya mengunyah roti. "Kau terluka parah saat dibawa kemari.."

"Luka parah?" Hinata terdiam. Perlahan kilasan memori di hari itu kembali mencuat. Ya, mahluk itu mencakar punggungku..

"Iya," jawab Itachi lagi, kini menyeruput kopi hitamnya nikmat. "Dia tak memberi tahu kami apa yang terjadi, hingga luka mu begitu parah dan nyaris merenggut nyawamu.."

"Seluruh keluargaku di bantai oleh sekelompok mahluk—entah apa," Hinata terdiam, memandangi cangkir kecil berisi kopi miliknya. "Seluruh keluarga Hyuga mati, terkecuali aku.."

"Kenapa kamu bisa selamat?" rupanya si bungsu tertarik akan pembicaraan yang sedari tadi diabaikan olehnya.

"Ne-Neji-niisan, berkorban untukku.." kali ini pipi gadis bermata lavender ini meneteskan bulir-bulir air matanya. Menyisakan pipi yang mulai memerah. "Da-dan seharusnya aku juga mati.. luka dipunggungku—dicakar oleh mahluk itu, sudah sangat lebar dan menghabiskan banyak darahku.."

"Apa yang terakhir kali kau lihat?" tanya Itachi penasaran.

"Hutan.. dan sepasang kaki.. setelah itu pandanganku menjadi buram dan gelap.." ucap Hinata, lancar.

"Kau melihat kaki orang yang menolongmu?" Itachi menatap Hinata. "Tak lihat wajahnya?"

Hinata menggeleng. "A-aku nyaris pingsan saat menyadari keberadaannya.."

"Oh.." ucap si bungsu menimpali.

"Si-siapa yang menolongku?" tanya Hinata.

"Kau akan tau nanti." Kali ini duo bersaudara ini sangatlah kompak. Dan Hinata kembali menunduk. otaknya mulai menerka-nerka siapa kah 'dia'?

"Temeeeeeeeeeeeeeee!"

Ketiga orang diruang makan itu terkejut. Namun Sasuke dan Itachi kembali meneruskan aktifitas mereka. Sementara Hinata hanya celingukan bingung. "Are.."

"Teme!" suara itu terdengar seiring dengan suara langkah kaki yang menapak cepat.

Sasuke menyahut, "Apa, dobe?"

Teme? Dobe? Hinata diam sendiri. Sibuk membayangkan siapa kira-kira yang dipanggil dobe. Ia lalu menatap lorong menuju ruangan ini.

Seorang pemuda berambut pirang, dan kulit yang terbakar sinar matahari, masuk kedala ruangan ini dengan tergesa-gesa. "Teme! Kau mau berangkat kuliah tidak? Kita hampir terlambat!"

"Ya." Sasuke beranjak dari kursinya, mengambil tas punggung berwarna hitam disampingnya, lalu menghampiri pemuda bermata ocean blue ini. "Aniki, Hinata, aku pergi dulu."

"Wah Hinata-chan sudah bangun ya?" sapa si pemuda pirang, seraya mendekat kearah Hinata yang wajahnya mulai memerah.

Hinata mengangguk cepat. Pemuda pirang itu lalu menyodorkan tangannya. "Aku Uzumaki Naruto! Salam kenal ya!"

Hinata menjabat tangan Naruto pelan. Ia masih agak terkejut.

"Hn, Dobe, kau jadi berangkat kuliah apa tidak?" seru Sasuke dari arah pintu keluar.

"Tunggu aku, Teme!" sahut Naruto, segera bergegas mengejar Sasuke, sesudah mengucapkan, "Sampai nanti, Hinata-chan.."

Hinata bengong sambil menatap punggung Naruto yang menghilang dibalik pintu. Ia lalu beralih menatap omelet, mengambil garpu dan pisau, kemudian menikmati sajian ringan yang disiapkan Itachi.

* To Be Continued *

Minaaaaaaaaa-saaaaaaaaaaaan

sehubungan dengan ulang tahun saya, saya kembali mempublish fic paralel (?)

saya hanya mempublish prolognya, karena takut jadi buang sampah karena fic ini kurang mutu.

Sekenanya, saya memohonkan review dan jawaban dari pertanyaan ini, KEEP or DELETE?

gomen kalau merepotkan *sujut*

sankyuuu yang sudah mau review :))