Wings Of Love
Rated: T
Genre: Romance/Drama, AU, School-Life
Pair: VKOOK
Cast: BTS Members and others
Length: Chaptered
.
Kim Taehyung itu siswa populer dan Jeon Jungkook hanyalah siswa yang tidak disadari keberadaannya. Kalau Jungkook menyukai Taehyung dan ingin memacarinya, bagaimana cara dia melakukan pendekatan?
.
Jungkook sedang membaca buku sejarahnya ketika seseorang masuk ke dalam kelasnya. Suasana kelas yang awalnya hening berubah menjadi ramai karena suara gadis-gadis yang memekik senang. Jungkook mendongak untuk melihat penyebab gadis-gadis itu memekik, dan ternyata tepat seperti dugaannya—Taehyung baru saja masuk ke dalam kelas.
Jungkook sempat melamun dan itu hanya bertahan selama sedetik, detik berikutnya wajahnya sedikit merona.
Jimin—teman sebangku dan menjadi satu-satunya teman Jungkook di sekolah—menepuk bahu laki-laki yang sedang merona itu, membuat Jungkook menoleh untuk menatapnya. "Kau merona lagi, ada apa?"
Ingin rasanya Jungkook melempar laki-laki di hadapannya ini keluar jendela, tapi tentu saja dia tidak bisa melakukan itu. "Kau tahu apa alasannya," Jungkook mendengus setelah mengatakan itu dan kembali memberikan perhatiannya ke buku yang sedari tadi digenggamnya.
"Karena Tae—"
"Jangan disebut kau bodoh!" damprat Jungkook. Jimin menatapnya dan nyengir tak bersalah.
Jimin menyandarkan tubuhnya ke kursi dan melipat lengannya di depan dada. "Seharusnya kau membuat nickname—atau sebutan lain selain menggunakan nama aslinya agar aku lebih mudah untuk menyebutnya."
Jungkook menutup buku sejarahnya, siku di meja dan menopang dagu. Sesekali dia melirik Taehyung yang sedang kewalahan dikarenakan gadis-gadis—sekitar lima belas orang—sedang memaksanya untuk menerima hadiah pemberian mereka. Jungkook tersenyum tipis, tapi tak sampai sedetik dia kembali memasang wajah datar.
"Bagaimana kalau V?" Jimin menyarankan sambil mengusap dagunya. Jungkook memandangnya, tertarik. "Boleh juga, dari mana kau dapat yang sebagus itu?"
"Di sini," Jimin menunjuk kepalanya menggunakan jari telunjuknya dan terkekeh.
Jungkook menatap Jimin dengan datar, "Tumben kau pintar," ucapnya.
Jimin terkekeh lagi dan kali ini menatap Jungkook serius. "Jungkook-ah, aku serius. Kapan kau akan mendekatinya?"
"Tidak tahu, jangan dibahas."
Jimin mengedikkan bahu. "Kau tidak akan pernah mendapatkan dia jika kau tidak berusaha seperti aku."
Jungkook melirik lelaki di sampingnya. "Seperti kau, katamu? Dengan caramu mendekati Min Yoongi yang tidak bisa tergolong sebagai 'cara normal' begitu? Kau memberikannya kon—"
"DEMI TUHAN, JEON JUNGKOOK. JANGAN DIINGATKAN LAGI." Jimin berteriak frustasi, beruntung suasana kelas sedang berisik dikarenakan fans Taehyung, jadi teriakannya tidak bisa didengar.
Jungkook terkekeh. "Ya, maaf. Lagi pula, siapa sih yang mau memberikan benda keramat itu ke orang yang disukai? Kau ingin mengajaknya untuk bertarung di ranjang denganmu?"
Jimin mendengus sebal. "Bukan itu niatku," dia mengerang. "Aku tidak tahu harus memberikan apa. Lagipula, setelah itu dia langsung meresponku."
"Kesimpulannya?"
"Dekati dia menggunakan caraku."
"Otakmu tertukar dengan otak udang ya?"
.
Taehyung sedang mengistirahatkan bokongnya di kursi kantin, dan mengembuskan napas gusar. Di sampingnya terdapat Hoseok yang sedang bermain dengan PSP-nya, dan Namjoon yang sedang membaca buku biologi. Di hadapan mereka bertiga—di atas meja—ada satu set makan siang yang belum tersentuh sama sekali, entah karena pemiliknya sedang sibuk atau hanya sedang malas menyentuhnya.
"Panas sekali," Taehyung mengibaskan tangannya ke lehernya dan melonggarkan dasi yang ia ikat di kerah kemejanya, dan melepas satu kancing kemejanya.
Hoseok membalas tanpa melepaskan pandangannya dari PSP sama sekali. "Sekarang sudah musim semi, kenapa kau kepanasan?"
Diikuti dengan Namjoon yang baru saja membalikkan halaman buku tebalnya. "Kau kebanyakan dosa, ya?"
Taehyung menatap Namjoon keki. "Hubungannya kepanasan dengan dosa?"
"Panas itu api, api itu setan, setan selalu menyuruhmu berbuat dosa. Jadi, kalau kau kepanasan saat musim semi begini, berarti kau banyak dosa."
"Aku tidak tahu apakah ini karena kau terlalu jenius, tapi—terserah kau sajalah." Taehyung mengedikkan bahunya tak peduli dan meraih sumpit.
Hoseok mematikan PSP-nya dan meletakkannya di atas meja. "Ngomong-ngomong, Taehyung-ah," dia memperhatikan sekeliling dan terkekeh pelan. "Penggemarmu akhir-akhir ini bertambah, ya?"
"Entahlah," Taehyung menyumpit sosis ke dalam mulutnya dan menatap ke sekelilingnya, ternyata memang benar apa yang barusan Hoseok katakan: penggemarnya semakin bertambah. "Kalaupun bertambah, aku tidak masalah. Justru aku makin senang."
Namjoon menopang dagu. "Kau senang juga kalau kaum Adam mulai melirikmu?"
"Maksudmu?"
Namjoon dengan santainya menunjuk ke arah lelaki yang sedang menatap Taehyung. "Maksudku, dia." Yang ditunjuk pun langsung sadar akan kebodohannya, dan segera mengalihkan pandangannya. Lelaki itu pun berpura-pura sibuk dengan kegiatannya seakan-akan dia tidak melakukan apapun sebelumnya.
Taehyung melirik lelaki itu sekali, kemudian mengalihkan pandangannya acuh. "Si Kelinci?"
Hoseok dan Namjoon menatap Taehyung berbarengan. "Maksud kau dengan—Si Kelinci?" Taehyung terkekeh pelan begitu mendengar pertanyaan dari kedua seniornya, serempak pula.
"Tenang saja, aku tidak kenal dia." Taehyung menyumpit kimchi dan menyuapkannya ke dalam mulutnya. "Dia punya gigi kelinci—aku sempat lihat saat dia melihat ke arahku. Jadi, jangan salah paham."
Hoseok terkekeh pelan. "Tapi, dia imut bukan?"
Taehyung mengedikkan bahu. "Imut untuk ukuran namja seperti dia; aku masih suka perempuan."
"Aku tidak menanyakan orientasi seksualmu, Taehyung-ah."
Namjoon tertawa singkat. "Ternyata tampan begini, kau bodoh juga."
"Aku tidak bodoh!" semprot Taehyung, dan segera mendapat perhatian seluruh siswa dan siswi yang sedang makan siang di kantin tersebut. Namjoon sempat menggumamkan kata maaf kepada semua orang dan segera beralih ke Taehyung dan Hoseok. "Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita ke Arcade setelah pulang sekolah?"
"Call!" Taehyung menjentikkan jarinya, dan tersenyum puas. "Sudah lama aku tidak ke sana," Laki-laki bersurai merah—Taehyung—tersebut kemudian menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
Hoseok menggelengkan kepalanya pelan. "Kau memang senangnya bermain game, ya?"
Taehyung berbicara dengan mulut penuh yang seketika membuat Hoseok jijik setengah mati. "Game itu segalanya, hyung." Taehyung beruntung karena nasi yang masih ia kunyah tidak memaksa keluar dari mulutnya ketika ia berbicara dengan semangat.
Walaupun mulut Taehyung tidak kotor, Namjoon menempelkan selembar tisu ke mulut adik kelasnya. "Pakai itu, kau jorok sekali sih."
Taehyung terkekeh dan membuat tanda damai menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya.
Dua detik kemudian bel tanda jam istirahat selesai berbunyi, dan Taehyung segera beranjak dari tempatnya duduk. "Aku akan kembali ke kelas ya, hyungdeul. Sampai jumpa!" Taehyung berlari-lari ke kelas setelah melambai singkat ke arah Namjoon dan Hoseok.
Taehyung sudah menemukan pintu kelasnya di sebelah kiri. Ketika ia hendak masuk, tiba-tiba seseorang dari dalam kelas berjalan keluar.
Taehyung hendak melayangkan protesnya, namun dia sadar kalau dia tidak bisa menggerakkan kedua belah bibirnya. Dan ketika dia membuka kedua matanya lebar-lebar, dia kaget bukan main.
Demi Neptunus, bibirnya menempel di bibir Si Kelinci yang ia sebut-sebut di kantin tadi.
To Be Continued
.
©Arvin Midderford
