Diclaimer: Naruto, always punya'e Kishimoto Masashi. Aku cuma minjam Sasori sama Sakura doank.
Warning: Rate M! Gaje abal. typo. non eyd. pendek. dldr!
PS: Nggak usah dianggap serius, ya? just for fun. ;)
An Incest Moment
By seylena-chand
.
.
.
"Kak!"
.
"Kakak!"
.
"Kakaaak!"
.
"Kaakaaaak!"
.
"Onii-barbie!"
.
"Barbie jeyyek!"
.
"Ck! Apa sih dek?"
.
"Ayo dong, maiiiiiin!"
.
"NGGAK!"
.
"Aa~ kakaak jaahaaat!"
.
"Biarin!"
.
"…."
.
Sasori, pemuda berambut merah yang sedari tadi mengutak-utik laptopnya, kini menatap adik semata wayangnya sebal—sebal tingkat dewa. Mata hazelnya menangkap emerald si adek yang mulai berkaca-kaca. Hendak menangis.
Gawat! Pasti bocah tengil itu mau nangis dan memanggil Mama! Bisa berabe kalo nanti Sasori dijewer di kuping.
Menghela napas, Sasori melunakkan hazelnya. "Main sendiri kan bisa, Sakura sayang…" ucap manis.
.
Bibir mungil Sakura diluncip-luncipkan.
"ENGGAK MAUUUUU!"
.
Wusssh…
muka imut-imut Sasori seakan disemprot badai puyuh dari mulut adeknya.
.
Setelah efek badai mereda, muka Sasori mendatar, melihat putus asa pada si adek. "Haah…. okey."
"Tapi main apa?"
.
"Anak-anakan! Nanti kakak pura-pura jadi ayahnya, terus aku jadi ibu hamilnya!"
Emerald Sakura berbinar-binar.
.
DOEEEENGGG!
Si kakak sweat-drop.
.
Perasaan, makhluk ini baru 120 sentimeter kan? Umurnya juga baru 6 tahun.
Ah, jangan bilang Sakura suka nimbrung nonton sinetron kesukaan Mamanya!
.
"Nggak ah! Ogah! Barbie ajalah, dek…"
.
"Bosseeeennnn! Caku boseen main sama mariposa teruusss!"
.
Merasa habis akal karena otaknya mampet, Sasori menatap Sakura lama.
.
Semenit berlalu.
Mata Sakura berkedip bingung.
Mata Sasori melebar.
Ada bohlam terang bertengger di kepala tomatnya.
.
Weits! tak lupa…. ada senyum licik!
.
"Hm… Sakura yakin, mau main anak-anakan?" tanya Sasori sambil tersenyum lebar.
.
"IYA! MAUUU!"
Sakura yang polos mengangguk antusias.
.
Masih tersenyum, Sasori mengutak-utik laptopnya sebentar, lalu memutar layarnya ke depan muka Sakura.
.
"Ini apa, onii-chan?"
.
"Sudaahh… tonton saja dulu."
.
Lima detik berlalu.
.
"Kak, mereka mau tidur ya?"
"…."
.
"Kenapa kamarnya gelap? Mereka nggak takut ada hantu?"
"…."
.
"Wah, pakaiannya dibuka!"
"…."
.
"Onii-chan, kenapa perempuannya kesakitan?"
"Nggak kesakitan, Sakura sayang. Perempuannya cuma mendesah kok."
.
"Kak, itu laki-lakinya lagi ndorong apa sih?"
"…."
.
"Onii-chan!"
"Tonton sampai selesai, Sakura…"
.
Lima menit kemudian.
.
"Kak, filmnya udah selesai tuh."
.
Sasori yang baru saja mencari sesuatu di kamar menghampiri Sakura, lalu menggendongnya ke ruangan yang sama—kamarnya.
.
"Nah, Sakura, sekarang kita mulai main anak-anakannya."
Senyum licik nan mesum terlukis jelas di wajah imut pemuda yang belum genap duapuluh tahun itu.
"Sekarang, buka bajumu."
.
Sakura bingung, mukanya mengerut lucu. "Kenapa harus buka baju, Onii-chan?"
.
Sasori menghela napas malas, dan tanpa basa-basi melucuti semua pakaian adiknya. Sementara Sakura hanya menurut saja.
"Kalau mau main anak-anakan, pertama harus buka baju dulu. Nanti, kita tidur seperti yang di film tadi."
.
Si kecil Sakura mengangguk polos, "Oh…"
.
"Onii-chan juga buka baju?"
.
"Hn."
.
Sakura—yang walaupun masih berusia enam tahun—sumringah menatap kakaknya yang telanjang.
Te-lan-jang! Tanpa sehelai benang pun.
.
"Uwooow! Kakak imut banget nggak pakai baju!"
.
Sasori kembali tersenyum lebar. Kedua tangannya menggapai tubuh mungil Sakura, mengangkatnya ke atas ranjang.
Sakura tertawa kegirangan.
.
"Yey! Kak Sasori mau main anak-anakan!"
"Ye ye ye ye!"
.
Lampu dimatikan, dan kakak-beradik berbeda gender itu segera mempraktekkan adegan yang ada di film.
.
Mungkin,
Sasori mulai melumat bibir mungil adiknya.
—bukan hanya kupingku yang melayang.
.
Tapi…
Bodo amat ah!
Aku 19 tahun, Sakura 6 tahun.
—apa? Aku cabul?
Masalah buat lo?!
.
.
.
Catatan moral: Sasori bukan sosok kakak teladan. Jangan ditiru ya, minna! Khekhekhe…
*dibejeg*
Sekian~
RnR?
