Kening Will mengerut, "Nico," panggilnya pada si anak Hades yang terus-terusan menurunkan jaketnya hingga menampakkan bahunya, seakan-akan malas menenggerkan jaket pada pundaknya. Ada apa dengan si mungil manisnya ini sampai-sampai memakai jaket seperti itu?
"Apa?"
"Jaketmu—" Will menahan napas, "Apa yang kamu lakukan dengan jaketmu?"
Nico memperhatikan jaketnya, "Oh? Ini bukan jaketku."
Anak Apollo mengernyit bingung, "Eh, memang sih, aku tidak pernah ingat kamu punya jaket berwarna hijau."
"Ini jaket Jason."
"Lalu, kenapa kamu mengenakan Jaket Jason?"
Nico mulai bercerita dari awal, dimulai ketika ia dan Jason mampir di pondok Poseidon —pondok milik Percy—, saat itu ia hanya mengenakan kaus hitam biasa dan mendatangi Percy di belakang sana dekat dengan perairan.
Percy sedang bermain-main mengendalikan airnya —huh mentang-mentang!— lalu tidak sengaja mengenai Nico dan akhirnya Jason meminjamkan jaket miliknya agar Nico tidak kedinginan.
"Oh—" Will menahan napas sekali lagi ketika melihat lagi-lagi Nico menurunkan jaketnya, "—tolong pakai jaketmu dengan benar."
"Kenapa? aku merasa keren dengan kaos tidak berlengan dan jaket diturunkan seperti ini."
Will menahan napas, ayolah, mana tahan dia melihat Nico seperti itu. Ketika mengedarkan pandangan ke sekitar ia juga mendapati para pekemah lain yang memperhatikan mereka berdua, mungkin, lebih tepatnya memperhatikan Nico.
Will tidak suka.
Will juga tidak mau ada yang melirik Nico selain dirinya, oke?!
Cepat-cepat Will memasang jaket milik Jason pada Nico dengan benar. Ia bergumam protes terus-menerus, menuai tatapan bingung dari Nico, "Hey, kamu kenapa?"
"Pakai jaketnya yang benar dong! Jangan dilonggarin sampe bahunya kebuka gitu!"
"Tapi keren."
Will mengancing jaketnya sampai ke atas, membiarkan Nico tenggelam karena terbalut jaket besar milik Jason.
"Iya keren tapi semua orang melihat ke arah kamu sekarang—" Will melirik sekitar dan menatap galak pekemah lain, "—dan kamu bisa kedinginan, oke? Jadi pakai yang benar!"
Nico tertawa kecil, "Will marah ya?"
Wil mendengus seraya memakaikan tudung jaket tersebut pada Nico, lalu mengencangkan karetnya —tentu saja perlahan, Will tidak mau membuat kesayangannya tercekik— lalu mengikatnya dengan ikatan pita.
"Tentu saja."
"Maaf, ya?"
"Diterima jika kamu berjanji tidak akan memakai jaket seperti itu, demi Ayahku yang nyentrik—" Will berdoa semoga ayahnya tidak mengutuk dirinya dari atas sana, "—aku tidak suka."
"Aku berjanji, Pak Dokter."
"Bagus."
Senyuman kecil terulas begitu Will mendaratkan kecupan ringan pada kening Nico.
Tolong ingatkan Nico untuk memakai jaketnya seperti itu lain kali. Tujuannya? Membuat Will kebakaran jenggot.
a/n: halo, semua? maaf jika ini tidak memenuhi ekspektasi kalian. Tapi, bolehkah aku menerima kritik dan saran kalian jika mungkin kalian memiliki satu dua pemikiran tentang fanfiksi ini? Terima kasih. Aku sayang kalian.
