Author : MinGyuTae00
Pair : HunHan
Rated : K+
Summary : Sehun yang sangat mencintai Luhan dan Luhan yang sangat membenci Sehun bahkan disaat hadirnya buah hati mereka.
Warning : Typo!Maaf jika ide cerita kampungan.
.
.
.
.::Valid Love::.
.
.
.
"Apa kau puas?"lirih sang namja cantik seraya memandang datar namja yang berstatus suami sahnya itu.
"Waeyeo?"
"Setelah kau menghancurkan hidupku begitu saja hanya karna perasaan tolol mu padaku dan sekarang kau ingin menghancurkanku lagi?"
"A-apa maksudmu Luhan?"
"Jangan pernah kau mengucapkan namaku "desis Luhan.
"Mi-mianhae"ujar Sehun lirih.
Sungguh ia tidak mengerti mengapa istri yang sangat dicintainya ini tiba-tiba saja mendatanginya ke kantor dan langsung melayangkan tatapan tajam serta pertanyaan yang tak ia mengerti. Ia hanya bisa menahan perasaannya dan mencoba bersikap tenang.
"Katakan kepada orang tuamu bahwa keinginan mereka sudah terkabul"ujar Luhan datar.
"A-apa maksudmu?" ia mulai mengerti situasi yang terjadi sekarang , tapi apakah secepat ini? Bolehkan ia berteriak kegirangan sekarang?.
"Tak usah berlagak bodoh seperti itu pecundang!"
"K-kau hamil?"walau terdengar biasa saja namun percayalah dibalik perkataannya terdapat secercah kebahagiaan yang meluap-luap.
"Ne aku hamil, namun sialnya itu anakmu! Cih asal kau tahu saja tuan Oh , aku sangat-sangat menyesalinya , camkan itu! Jika saja bukan karena keluarga kita yang sangat menginginkan cucu aku takkan sudi mengandung benih sialanmu ini"ujar Luhan berang.
"Aku tahu dan maafkan aku. Tapi ingat Luhan janin itu adalah darah dagingmu juga , darah daging kita. Kau boleh membenciku tapi kumohon jangan kau sesali kehadirannya" runtuh sudah pertahanan Sehun. Demi Tuhan ia merasakan sakit yang teramat sangat akibat perkataan Luhan. Ia akan menerima dengan lapang dada jika sampai saat ini Luhan masih membencinya namun ia tak rela jika Luhan juga ikut membenci calon anak mereka nantinya.
"Jangan harap. Aku sudah cukup bersabar menerima perjodohan konyol ini hanya karena Ayahku berhutang budi kepada Ayahmu , jangan kau kira lambat laun aku akan menerima kehadiranmu dan statusku begitu saja. Ku akui saat itu aku bodoh karena mencoba mabuk dan berakhir dengan nista diranjang bersamamu."
Deg
"…"
"Kenapa kau diam saja pecundang! Apa kau bisu!"
Karena perasaannya dan fikirannya yang sedang kalut Sehun dengan segera membekap dan melumat bibir mungil yang telah menjadi candunya itu ganas. Tak ia hiraukan segala penolakan dan aksi pemberontakkan Luhan. Kali ini saja , ia ingin egois. Memang keluarganya telah membantu keluarga Luhan disaat kakek Luhan yang tengah kecelakaan parah , Tuan Oh yang saat itu ingin pergi kekampusnya dengan segera menolong kakek Luhan dan membawanya kerumah sakit bahkan berbaik hati untuk mendonorkan darahnya.
Tuan Lu yang sangat berterima kasih dan bersyukur karena berkat pertolongan Tuan Oh kepada ayahnya , ia pun berjanji akan mengabulkan permintaan Tuan Oh suatu saat nanti. Mereka pun memulai hubungan persahabatan yang erat , sampai suatu saat Sehun yang tengah mengadu keluh kesahnya karena ia mencintai Luhan sejak lama namun selalu saja ditolak mentah-mentah. Ia tidak cengeng , tapi saat itu ibunya membujuknya terus-menerus untuk menceritakan permasalahan yang menimpanya dan dengan terpaksa ia pun menjelaskan semuanya. Tuan Oh yang menemui Tuan Lu untuk melamar Luhan dan beginilah.
Luhan yang kala itu sudah mempunyai kekasih bernama Irene malah harus mendengar kabar mengejutkan bahwa ia telah dijodohkan dengan Sehun , namja yang selama ini dianggapnya menjijikkan. Segala penolakan sudah Luhan kerahkan namun karena bujukan orang tuanya dan tentang perjanjian yang dijanjikan ayahnya dahulu kepada tuan Oh maka dengan terpaksa ia menerimanya. Hari-hari mereka lewati begitu saja , Luhan yang dingin dan Sehun yang penyabar. Sampai suatu hari ketika Luhan mabuk dan berakhir dengan Sehun dikamarnya. Lalu sekarang ia divonis hamil membuat kebencian Luhan berlipat ganda.
Dengan tenaga yang tersisa Luhan sekuat tenaga mendorong tubuh Sehun hingga tubuh Sehun harus menimpa barang-barang yang terdapat dimeja kerjanya. Bersyukurlah ruangan itu kedap suara jika tidak mungkin karyawan disana akan berbondong – bonding mendekati ruangan presdir mereka. Sehun hanya meringis lirih kala merasakan perih disekujur tubuhnya , tak diperdulikan keningnya yang terluka. Setelah tubuh Sehun menjauh Luhan dengan segera mengusap kasar bibirnya , ia sangat merasa jijik tak memperdulikan keadaan Sehun yang memprihatinkan. Bisa saja Sehun membalasnya namun ia tidak akan pernah tega untuk menyakiti Luhannya dan anaknya yang berada dalam kandungan Luhan.
"Cih apa-apaan kau! Walau kau suamiku bukan berarti kau bisa berbuat seenaknya. Jika kau ingin aku tidak membenci anak sial ini , maaf aku tidak bisa mengabulkannya tapi sudah kuputuskan bahwa aku akan melahirkan anakmu ini setelah ia lahir kita harus bercerai. Kau dan dia harus pergi dari kehidupanku!"
"Aniyo!"
"Jika kau menolaknya , maka besok kau akan mendapat berita bahwa anak sial ini sudah tidak ada didalam tubuhku"ancam Luhan. Sehun hanya bisa menghela nafasnya lelah dengan terpaksa ia menyetujui keinginan Luhan , ia tidak ingin anak mereka harus pergi begitu saja bahkan sebelum ia membuka matanya untuk pertama kali didunia ini.
"Bagus. Ah dan juga nanti Irene akan datang keapartemen kita. Kuharap kau tidak mengecewakanku!"ujar Luhan seraya meninggalkan ruangan kerja suaminya tersebut tanpa memperdulikan keadaan Sehun. Tak kuat untuk menopang tubuhnya lagi , Sehun pun merosot jatuh. Kali ini saja , hanya kali ini Sehun membiarkan dirinya lemah seperti ini. Hari esok dan seterusnya ia akan menjadi sosok Sehun yang kuat , ia akan memperjuangkan kehidupan rumah tangganya dengan nyawanya. Demi anaknya kelak.
.
.
.
Cklek
Bunyi pintu yang terbuka tak dihiraukan Luhan yang kini tengah memangku Irene. Ia tengah sibuk menggoda kekasihnya tersebut. Irene sudah mengetahui semuanya , namun ia membutakan matanya. Toh Luhan tidak mencintai Sehun fikirnya. Sehun yang dulunya mencoba tidak perduli kini dengan langkah mantap , disingkirkannya tubuh yeoja tersebut dari pangkuan istrinya. Ia takut jika Luhan dan anaknya kenapa-kenapa karena tubuh Irene yang tepat menindih perut istrinya tersebut. Tak memperdulikan teriakan protes dari Luhan , ia segera menyeret Irene keluar.
"Maaf nona , kau memang yeoja. Namun aku harus bertindak tegas. Untuk saat ini jauhi Luhan-ku , ia tengah mengandung darah dagingku. Kuharap kau mengerti maksudku. Annyeong"dengan segera Sehun menutup dan mengunci pintu apartementnya tak dihiraukan wajah syok dari Irene. Ia sedikir terperanjat dikala melihar Luhan yang tengah berdiri dihadapannya dengan pandangan murka.
Plak
"Apa kau sadar tentang kesalahmu tuan Oh! Berani-beraninya kau mengusir Irene begitu saja dan kau malah membongkar aibku!"
"Itu bukan aib Luhan, kau harus belajar menerimanya. Ingat kau itu sudah menjadi istriku , kau harusnya bersamaku bukan bersama yeoja itu"
"Tau apa kau!"
"Aku menerima jika kau membenciku , tapi kau juga harus menerima jika aku tidak ingin kau bersama Irene lagi. Kau harus focus dengan kandunganmu"ujar Sehun dengan tegas. Luhan awalnya merasa kaget dengan perubahan sifat Sehun yang sedrastis ini , namun karena amarahnya yang kian memuncak ia pun mencoba menampar bahkan memukul suaminya tersebut. Sehun dengan sigap menghentikan Luhan dan segera direngkuhnya tubuh Luhan dengan erat.
"Lepas sialan!"
"Tidak sebelum kau menuruti keinginanku!"
"Tidak akan"
"Baiklah , jika kau menolak. Maka jangan harap kau bisa menemui yeoja itu lagi seumur hidupmu"
"Berani-beraninya kau!"
"Sttt… sudah malam , waktunya kau minum susu dan istirahat. Kau harus memperhatikan keadaanmu Luhan. Jika kau memangku yeoja itu lebih lama lagi aku takut kau dan anak kita kesakitan!"
"Dia bahkan baru berbentuk gumpalan darah bodoh!"
"Aku tidak perduli. Mulai saat ini kau harus menurutiku , aku ini suamimu ingat itu!"
Sehun bersusah payah membujuk Luhan untuk meminum susunya , segala caci maki yang dilayangkan Luhan tak dihiraukannya. Akhirnya malam itu ia berhasil membuat Luhan untuk meminum susu kehamilannya walau berakhir ia harus tidur terpisah dari Luhan setidaknya sampai amarah Luhan menyurut setelah itu ia akan melanjutkan perjuangannya.
Menyelimuti dan mencium kening Luhan yang sedang tertidur lelap. Diusapnya sayang perut Luhan dengan pelan seolah-olah sedang mengelus anaknya. Ia bahkan mencuri ciuman dari istrinya tersebut setelah itu dengan berat hati dilangkahkan kakinya menuju ruangan lain yang berada diapartementnya.
.
.
.
TBC/END
